Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 13 part 1

 

Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 13 part 1


Joong Gil yang mulai penasaran akan mimpi buruknya selama ini, akhirnya memutuskan pergi ke gudang penyimpanan data kehidupan untuk melihat kehidupan masa lalunya. Anehnya, buku kehidupan masa sebelumnya dari sebelumnya (sekarang kan dia Malaikat Maut, kehidupan sebelum menjadi Malaikat Maut bisa dilihat tapi kehidupan sebelumnya lagi nggak bisa dilihat) hanya bisa dilihat oleh Kaisar Giok. Karena buku kehidupan itu dikunci oleh Kaisar Giok. Dan Malaikat Maut lain yang buku kehidupannya di kunci oleh Kaisar Giok adalah Koo Ryeon.


Jelas ada sesuatu aneh yang terjadi, yang tidak diketahui oleh Joong Gil. Sayangnya, dia nggak punya waktu untuk memikirkan masalah ini sekarang karena hari ini, dia kedatangan Malaikat Maut baru yang akan menjadi bagian dari tim-nya, yaitu : Jeon Bo Yun. Penampilannya cukup berbeda daripada Malaikat Maut di tim pengawal lainnya karena dia mewarnai rambutnya dengan warna pirang. Ini bukan pertemuan pertama mereka. Dulu, saat Bo Yun meninggal, Joong Gil lah yang menjemput arwahnya. Bo Yun cukup kaget karena Joong Gil mengingatnya karena dia meninggal saat masih kecil dan sekarang dia memakai wujud dewasanya. Itu karena di pusat pelatihan, mereka diberitahu kalau orang-orang tidak akan nyaman jika dijemput oleh anak kecil, makanya dia memakai wujud dewasa. Bo Yun juga cukup mengkhawatirkan warna rambutnya akan membuat masalah, tapi Joong Gil tidak mempermasalahkan. Yang penting, Bo Yun bisa bekerja dengan baik.

“Hari ini adalah hari kematian orang itu?” tanya Joong Gil.

Bo Yun mengiyakan dan wajahnya terlihat agak sedih. Joong Gil berkomentar kalau ‘orang’ yang akan Bo Yun jemput hari ini telah melalui kehidupan yang berat, namun, melihat Bo Yun di akhir hayatnya akan membantunya pergi dengan damai. Kawallah dia dengan baik.

-= Episode 10 : Musim Semi =-



Kali ini, tim MR akan bekerja sama kembali dengan tim Pengawal yang baru yaitu Bo Yun. Alasannya karena target tim MR kali ini, Yoo Bok Hui mempunyai keterkaitan dengan orang yang akan dikawal oleh Bo Yun ke Alam Baka. Tidak hanya itu, orang yang akan di kawal Bo Yun juga ada hubungannya dengan Jun Woong di kehidupan Jun Woong sebelumnya, walau tentu saja, Jun Woong tidak akan ingat hal itu.


Saat pertama kali bertemu Koo Ryeon, Bo Yun sudah langsung mengenalinya, soalnya Koo Ryeon terkenal di kalangan Malaikat Maut, Ah, Ryeon langsung tahu kalau dia terkenal karena reputasinya yang buruk. Daripada mereka berbasa basi, Ryeon langsung membawa Bo Yun ke kantornya. Saat tahu kalau Bo Yun adalah Malaikat Maut baru, Jun Woong langsung menunjukkan sikap senioritas dengan sok memberikan nasehat. Melihat tingkahnya, Ryung Gu tertawa mengejek karena Jun Woong sepertinya sudah melupakan kesulitannya saat pertama kali bekerja.


Target mereka, Yoo Bok Hui adalah seorang wanita berusia 91 tahun. Dari data yang ada, Bok Hui memiliki satu putra dan satu putri juga suami yang sudah meninggal. Dia hidup berkecukupan, tidak punya masalah dan akrab dengan cucunya. Kelihatannya semua baik-baik saja dan tidak ada alasan kenapa dia sampai ingin bunuh diri.

Sementara orang yang akan dikawal oleh Bo Yun adalah seorang nenek bernama Lee Jeong Mun yang sangat ingin bertemu Yoo Bok Hui sebelum meninggal.

--


Setelah mengetahui latar belakang target mereka, Tim MR dan Bo Yun langsung pergi menemui Bok Hui. Mereka menemukan Bok Hui yang sedang membersihkan patung perdamaian yang dicorat-coret. Ryeon dan Ryung Gu pun mengajak Bok Hui untuk bicara sementara Jun Woong dan Bo Yun yang akan membersihkan patung tersebut. Ryung Gu memberanikan diri untuk bertanya, kenapa Bok Hui membersihkan patung itu padahal kebanyakan orang hanya melewatinya begitu saja.


“Ada teman masa kecil yang sudah lama ku cari. Aku sudah mencari Yun-I dengan keras sambil berharap ini belum terlambat. Namun dia… Yun-I… Belum lama ini aku baru mengetahui bahwa dia korban jugun ianfu.

“Bagaimana kau bisa mengetahuinya?”


“Cucuku sedang belajar sejarah di universitas, dan dia sangat tertarik dengan masa penjajahan Jepang. Aku tidak sengaja melihat foto-foto wanita penghibur tentara Jepang yang dia cetak. Aku melihat temanku berada di antara gadis-gadis di foto ini. Tidak mungkin aku tidak mengenalinya. Karena dia memakai syal yang kuberikan padanya. Tidak pernah terbayang olehku jika Yun-i… akan dipaksa menjadi wanita penghibur. Setiap kali aku melihat Patung Perdamaian, mengingatkanku pada temanku Yun-i, hatiku sangat sakit dan merasa bersalah. Jadi saat hujan, aku memayungkan dia agar tidak kehujanan. Dan saat ada orang jahat yang merusaknya, kubersihkan dia. Begitulah kehidupanku,” cerita Bok Hui, sedih.



Setelah menceritakan kisahya, dia mulai menanyakan identitas Ryeon dan Ryung Gu. Dia bisa menduga kalau keduanya adalah Malaikat Maut dan ternyata dugaannya benar. Sepertinya, dia sudah siap untuk dijemput. Sayangnya, Malaikat Maut yang menemuinya bukanlah Malaikat Maut yang akan menjemputnya melainkan Malaikat Maut yang bertugas untuk membantu manusia untuk hidup sampai ajalnya. Nggak bebasa basi lagi, Ryeon pun mengemukakan kalau mereka datang karena Bok Hui sudah menentukan tanggal kematian, yang artinya, dia mau bunuh diri. Dan setelah mendengar ceritanya, alasannya pasti karena perasaan bersalah pada Yun-I, bukan?


Saat mendengar nama Yun-I, Bok Hui ingin tahu kabar dan keberadaannya. Dan hatinya semakin hancur saat tahu kalau Yun-I sudah lama meninggal. Rasa bersalah itu semakin besar. Meski begitu, Ryeon tetap menyampaikan tujuan lain mereka menemuinya. Di foto yang ditunjukkan Bok Hui, ada seorang gadis yang berdiri di samping Yun-I dan juga merupakan korban jugun ianfu, Lee Jeong Mun. Sekarang, Lee Jeong Mun ingin bertemu dengan Bok Hui.  


“Sampai saat ini, aku hidup dengan bahagia dan berkecukupan, jadi, aku tidak punya penyesalan. Sampai aku mengetahui bahwa aku yang mengirim Yun-i ke tempat itu. Aku tidak pantas bertemu dengannya. Karena aku sudah melakukan kesalahan kepada Yun-i dan juga orang itu.”

“Kau mungkin akan semakin menyesalinya. Waktu tidak menunggu siapa pun. Hidup Bu Lee Jeong-mun tidak lama lagi. Dia bertahan hidup dengan tekad yang besar karena ingin menemuimu, seseorang yang mengingat Yun-i. Bagaimana jika memutuskannya setelah menemui dia?” ujar Ryeon dan Ryung Gu.


Sementara Ryeon dan Ryung Gu membawa Bok Hui menemui Jeong Mun, Jun Woong dan Bo Yun masih berkutat membersihkan Patung Perdamaian. Melihat patung tersebut di corat coret, Jun Woong sangat marah. Bo Yun juga merasakan hal yang sama. Dia berharap kalau yang mencorat – coret patung itu bukanlah orang Korea, karna jika ya, rasanya akan seperti dikhianati!

Selesai membersihkan patung, keduanya pun beristirahat sambil berbincang. Jun Woong penasaran kenapa Bo Yun bisa bekerja di tim Pengawal padahal Joong Gil kelihatannya seram. Dengan riang, Bo Yun bercerita mengenai pertemuan pertamanya dengan Joong Gil adalah saat masa penjajahan Jepang. Saat itu, situasi sangat suram. Mereka tertindas karena alasan negara yang lemah. Bukan hanya di dunia Fana, saat itu juga adalah masa-masa yang sulit bagi Jumadeung.


Dunia Alam Baka juga dibagi berdasarkan negara. Pada masa itu, saat orang-orang Joseon sudah meninggal, arwah mereka akan dijemput oleh Malaikat Maut dari Jepang dan dibawa ke wilayah mereka. Bagi mereka, orang Joseon bukanlah makhluk yang pantas untuk di perlakukan dengan sopan. Kekejaman mereka tidak ada bedanya dengan mereka yang di dunia Fana. Ketika arwah orang-orang Joseon memberontak dan meminta diantarkan ke kampung halaman mereka, Malaikat Maut Jepang akan mengeluarkan pedangnya dan mengancam akan menebas mereka hingga ke jiwa.


Ketika itulah Joong Gil muncul dan memerintahkan Malaikat Maut Jepang untuk menyerahkan arwah-arwah itu padanya karena mereka adalah penduduk Joseon. Dengan kemampuan berpedangnya, Malaikat Maut Jepang langsung ketakutan karena kemampuan mereka tidak sebanding dengan Joong Gil.

Oleh karena alasan tersebutlah, Bo Yun menjadi sangat menyukai dan menghormati Joong Gil. Dia juga alasannya kenapa dia ingin menjadi Malaikat Maut. Setelah mendengar cerita Bo Yun, Joong Gil terdengar seperti orang baik, tapi kenapa dia begitu membenci tim MR? Bo Yun juga tidak tahu tapi pasti ada alasannya.

--



Akhirnya, Bok Hui bertemu dengan Jeong Mun yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Keduanya hanyalah orang asing yang tidak saling mengenal. Di tangan Jeong Mun ada tattoo yang di ukir dengan huruf Jepang yang berarti : Pelacur Joseon. Melihat tulisan itu, membuat Bok Hui merasa sedih.



Dengan kondisi yang sangat lemah, Jeong Mun bertanya memastikan, apakah dia adalah Bok Hui, teman masa kecil Yun-I? Setelah yakin, dia mulai menceritakan mengenai Yun-i. Keduanya sama-sama menceritakan penyesalan mereka terhadap Yun-i. Bok Hui merasa sangat bersalah karena dialah yang mengirim Bok Hui ke tempat itu. Dia telah berbuat salah pada Yun-I dana apapun yang dikatakannya hanya akan menjadi alasan.

“Jangan khawatir. Kau bisa menceritakannya padaku,” ujar Jeong Mun.


Jadi, saat masih muda, Bok Hui yang terlahir dari kalangan atas mampu bersekolah sementara Yun-I, tetangganya tidak. Yun-I yang berusia lebih muda setahun darinya, sudah seperti adik baginya karena mereka tumbuh bersama sejak kecil. Setiap pulang sekolah, dia akan bermain dengan Yun-I, dan Yun-I selalu menanyakan apa saja yang dipelajarinya sekolah.

Mendengar bagian itu, Jeong Mun jadi mengerti kenapa Yun-I sangat pandai dan mampu berbahasa Jepang diantara mereka, ternyata semua berkat Bok Hui.



Bok Hui lanjut bercerita. Walaupun saat-saat itu adalah tahun yang sulit, namun dia dan Yun-I yang masih belum mengerti, menjalani hari dengan bahagia. Mereka selalu tertawa dan mengobrol. Karena sering berkunjung, orang tua Yun-I juga sudah sangat mengenal Bok Hui dan selalu menyambutnya dengan hangat.


Namun, hari bahagia itu hanya sesaat. Ayah Yun-I yang merupakan tulang punggung keluarga jatuh sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Lalu, suatu hari dia kebetulan melihat iklan di koran mengenai lowongan kerja di pabrik Jepang. Dia merasa itu bisa membantu Yun-I, jadi dia menunjukkannya pada Yun-I. Dia juga menerjemahkan apa yang tertulis di iklan tersebut. Para pekerja akan mendapat upah besar dan diberikan tempat tinggal.

Setelah melihat iklan itu, Yun-I akhirnya memutuskan untuk pergi bekerja ke pabrik tersebut. Bok Hui lah yang mengantarkannya dan mengalungkan Yun-I syal sambil menasehatinya agar terus memakai baju yang hangat. Yun-I yang tahu kalau syal itu adalah barang kesukaan Bok Hui, merasa sungkan untuk menerimanya. Bok Hui tidak masalah. Dia juga memberikan Yun-I uang agar bisa membeli makan enak. Keduanya sangat sedih harus berpisah.

Dan itulah pertemuan terakhir mereka.


Setelah itu, banyak hal terjadi. Negara mereka akhirnya merdeka, kemudian berperang dan akhirnya setelah melewati semua itu, dia berada di sini. Dia sangat beruntung bisa hidup dengan baik. Dia juga berpikir kalau Yun-I akan hidup dengan baik di suatu tempat.



Sampai suatu hari, dia melihat berita mengenai para korban jugun ianfu yang memberanikan diri menceritakan apa yang mereka lalui di masa-masa itu. Saat mendengar berita tersebut, Bok Hui sedikit tidak percaya karena saat dia tinggal di masa-masa tersebut, dia tidak pernah mendengar hal seperti itu. Namun, cucunya yang tertarik mempelajari sejarah, mengatakan kalau itu benar-benar terjadi. Meski begitu, dia masih tidak begitu percaya.

Dia baru mempercayai kalau hal itu benar-benar terjadi saat melihat bahan skripsi yang dikumpulkan cucunya. Di salah satu foto para korban, dia melihat Yun-I. Sejak hari itu, dia mulai mencari tahu soal korban lainnya dari perbudakan jugun ianfu. Setelah mengetahui kenyataannya, dia merasa sangat bersalah. Yun-I harus mengalami penghinaan yang kejam itu dan kehilangan nyawanya, semua karena dirinya.

“Jadi aku datang ke sini, meski aku tak pantas bertemu denganmu. Karena aku ingin mendengar cerita mengenai Yun-i.”


Setelah mendengarkan kisah Yun-I dari Bok Hui, gilirang Jeong Mun yang bercerita.


Dia memberitahu kalau Yun-I adalah gadis yang ceria dan tidak pernah putus asa. Meskipun mereka dipukuli setiap hari, Yun-I masih bisa tetap tersenyum sambil mengatakan : “Jika kita tidak menyerah pada hidup, musim semi pasti akan datang.”


Awal kisah mereka dimulai, ketika mereka semua para gadis mengira bahwa mereka akan dipekerjakan di pabrik Jepang. Tapi, yang aneh, mereka di bawa ke suatu tempat yang jauh dengan memasuki hutan. Saat ada anak yang akhirnya berubah pikiran dan meminta pulang, anak itu langsung di tembak mati. Melihat itu, semua gadis yang ada di truk langsung memiliki firasat kalau mereka tidak pergi ke pabrik.



Firasat itu benar. Para gadis itu di bawa ke sebuah rumah kayu di tengah hutan. Satu persatu dari mereka di masukkan ke dalam sebuah kamar. Mereka menjadi jugun ianfu. Mereka dipaksa melakuka apa yang tidak mereka inginkan. Suatu ketika, seorang gadis memberitahu kalau dia tidak datang bulan.


Begitu berita itu sampai ke telinga tentara Jepang, gadis itu langsung disuntikkan sesuatu ke dalam tubuhnya. Semua gadis mengkhawatirkan gadis tersebut, namun, mereka juga tidak berani membantu karena khawatir akan dipukuli jika ketahuan merawatnya. Ketakutan menguasai mereka. Bagi para tentara itu, mereka tidak lebih daripada badang yang bisa dibuang setelah digunakan. Selama bagian pinggang ke bawah tidak rusak, mereka menyuruh melayani tentara sampai mati. Mereka hanyalah seonggok barang yang bisa dibuang ke bukit saat mereka mati.


Saat itu, orang pertama yang merawat gadis tersebut adalah Yun-I. Meskipun ketahuan dan dipukuli oleh tentara Jepang, Yun-I tetap tidak berhenti dan terus merawat gadis tersebut. Tindakannya menggerakkan hati gadis lain untuk membantu.



Masa-masa itu adalah hari yang sangat sulit dilalui oleh Jeong Mun. Setiap malam bahkan hingga ke tidur, dia terus bermimpi melayani para tentara tersebut. Itu membuatnya kehilangan keinginan hidup. Dia ingin bunuh diri. Dia sudah mempersiapkan sebuah batang pohon yang ujungnya runcing dan akan digunakan untuk menusuk ke lehernya sendiri. Namun, sebelum dia berhasil melakukannya, Yun-I menangkap basah perbuatannya dan menghentikannya.


Ketika itu, Jeong Mun sangat marah karena Yun-I menghentikannya mengakhiri hidup. Namun, alih-alih mengatakan sesuatu, Yun-I hanya mengelap air matanya dan menepuk pundaknya lembut. Tindakan kecil itu sangat menenangkan Jeong Mun lebih daripada yang dibayangkan Jeong Mun.

“Aku tidak suka bagaimana dia mengkhawatirkan gadis-gadis lain dan merawat mereka bahkan ketika dia tidak bisa menjaga dirinya. Atau saat dia menyelamatkanku dari percobaan bunuh diri,” ujar Jeong Mun pada Bok Hui.


“Jangan mati. Saat hidup kita lebih buruk dari binatang. Meski begitu, seperti musim semi yang datang setelah musim dingin, jika kita bertahan dan menunggu aku yakin suatu hari nanti…,” ujar Yun-I padanya kala itu.

“Jangan menaruh harapan palsu. Jika kau atau aku sakit kita hanya akan ditembak mati,” balas Jeong Mun, saat itu.

Post a Comment

Previous Post Next Post