Sinopsis
K-Drama : Tomorrow Episode 13 part 2
Waktu
terus berlalu. Yun-I tetaplah Yun-I yang ceria. Saat tangannya patah karena
dipukuli, dia masih bisa tersenyum saat menjemur pakaian sambil menyanyikan
lagu Arirang. Perlahan, Jeong Mun mulai membuka hatinya untuk Yun-I. Dia juga
mulai tertular oleh Yun-I, memimpikan hari esok akan berbeda dari hari ini.
Suatu
hari, dia melihat dua tentara baru keluar dari kamar Yun-I sambil tertawa
bahagia. Di dalam kamarnya, Yun-I sedang menangis. Ini kali pertamanya melihat
Yun-I menangis seperti itu. Tubuh Yun-I bagian perut dilukai oleh para tentara
tersebut dengan berbagai gambar. Mereka menggambar di perut Yun-I dengan
menggoresnya menggunakan pisau.
“Berhenti
menangis dan duduk di sana. Ayo cepat. Aku tahu karena mereka juga begitu
padaku. Itu akan bernanah jika kau diamkan. Akan aku bersihkan,” ujar Jeong Mun
dan mulai membersihkan darah di tubuh Yun-I.
Mereka
melewati hari – hari berat tersebut dengan bergantung satu sama lain sambil
berharap bahwa suatu hari akan ada seseorang yang datang menolong mereka.
Kemudian,
hari yang dinanti itu mulai kelihatan. Yun-I yang mengerti bahasa Jepang,
menyadari ada yang aneh terjadi. Dia pun menyampaikannya ke Jeong Mun, mengenai
para tentara yang akan membunuh mereka untuk menghancurkan bukti. Jadi, mereka
harus pergi sekarang jika tidak mau mati.
Dan
kabar itu disebarkan ke semua gadis. Sesuai yang disepakati, di malam yang
direncanakan, para gadis pun berkumpul dan mulai melarikan diri. Tentu saja,
itu bukan hal yang mudah. Dengan cepat, para tentara menyadari menghilangnya
para gadis dan mulai menyusuri hutan. Menyadari kondisi akan semakin berbahaya,
Yun-I menawarkan diri untuk keluar dari persembunyian. Dia akan mengulur waktu
dengan berbohong kepada para tentara itu kalau dia tersesat. Dan sementara dia
melakukannya, dia menyuruh Jeong Mun untuk segera kabur sejauh mungkin.
Dari
jauh, Jeong Mun dan para gadis melihat Yun-I yang dikerumuni oleh para tentara
dan dipukuli. Yang bisa dilakukan Jeong Mun hanya menangis dan kabur bersama
para gadis lainnya.
Akhirnya,
dia bisa kabur dari tempat mengerikan tersebut. Setelah berjalan sekian lama
sampai sepatunya rusak, dia akhirnya tiba di kampung halamannya. Namun, tidak
ada seorangpun di sana. Orang tuanya jatuh sakit setelah mengetahui dia di bawa
kemana dan meninggal. Jeong Mun hanya tinggal sebatang kara.
Dan
hidup esok yang diimpikannya tidak pernah terjadi. Alih-alih mendapat sambutan
hangat karena dapat kembali, dia malah harus menghadapi tatapan sinis dan
ucapan menghina dari orang-orang di desanya. Kata-kata mereka lebih tajam dari
belati. Itu lebih menyakitkan daripada ditendang oleh tentara Jepang.
Sejak
hari itu, Jeong Mun hidup sendiri karena takut seseorang akan mengetahui masa
lalunya. Dia mengubur kenangan itu dan hidup dalam persembunyiannya.
Bertahun-tahun berlalu dan hal mengenai Jugun
Ianfu mulai diketahui orang-orang seiring dengan para korban yang berani
mengungkapkannya. Awalnya, dia bertanya-tanya kenapa dia (yang bersaksi)
memberitahu dunia tentang mereka. Dia merasa akan terluka lagi dari cara orang
memandang dan bicara padanya. Namun, berbeda dari yang dibayangkannya, ada
banyak orang yang menyuarakan dukungan untuk mereka. Jadi, dia memutuskan untuk
tidak malu lagi atau menyembunyikan masa lalunya karena dia adalah korban.
“Yang
aku… Yang kami inginkan bukan sesuatu yang sulit. Untuk mengakui kekejaman yang
telah mereka lakukan dan mengungkapkan yang sebenarnya kepada dunia. Dan secara
resmi meminta maaf atas kejadian itu. Tapi mereka masih mengatakan hal seperti,
"Itu sangat disayangkan. Kami menyampaikan belasungkawa,” atas kerugian
yang kami derita. Mereka hanya menghindarinya. Jika mereka meminta maaf hanya dengan
mengatakan hal seperti itu, apa gunanya "permintaan maaf" itu? Selama
aku masih hidup, aku akan terus berbicara sampai akhir untuk mengungkapkan
kebenaran. Itu satu-satunya yang dapat aku lakukan untuk para gadis yang
kehilangan nyawa mereka, seperti Yun-i.”
Setelah
mengatakan itu, Jeong Mun lanjut berkata kalau Yun-I tidak akan menyalahkan Bok
Hui, malah dia akan memberikannya pelukan hangat. Karena itu, dia meminta Bok
Hui untuk tidak menyiksa dirinya sendiri.
Perkataan
itu membuat air mata Bok Hui tidak dapat berhenti.
Tepat
saat Bok Hui dan Jeong Mun selesai bicara bersamaan dengan Bo Yun dan Jun Woong
yang baru saja datang. Kali ini, Ryeon meminta Bo Yun agar mau bertemu dengan
Bok Hui dan memberitahu dirinya yang sebenarnya. Kenapa? Karena Bo Yun sebenarnya
adalah Yun-I.
Melihat
Bo Yun memakai syal yang pernah diberikannya pada Yun-I, Bok Hui terhenyak.
Saat melihat Bo Yun membuka kacamatanya, dia langsung menyadari kalau yang ada
dihadapannya adalah Yun-I.
Dulu
sekali, saat pertama kali Yun-I meninggal dan dijemput oleh Malaikat Maut, dia
sudah bertanya pada Joong Gil, apakah dia bisa menjadi Malaikat Maut? Dia tidak
ingin bereinkarnasi karena jika terlahir kembali, dia akan melupakan Bok Hui
dan Jeong Mun. Dia tidak menginginkan itu. Dia ingin mengingat mereka selamanya
dan mengawal mereka setelah ajal menjemput. Sebesar itulah rasa sayang Yun-I
pada mereka.
“Sudah
kuduga kau akan mengenaliku,” ujar Yun-I.
“Aku
tidak percaya bisa bertemu denganmu
lagi. Maafkan aku. Maafkan aku, Yun-i. Aku sungguh minta maaf. Aku tahu kau tak
akan bisa memaafkanku, namun…”
“Aku
tidak akan memaafkanmu. Karena tidak ada yang perlu dimaafkan. Bukan kau yang
berbuat salah. Aku sangat senang mengetahui kau hidup dengan bahagia. Jadi
tolong, jalani hidupmu dengan baik seperti yang telah kau lakukan,” ujar Yun-I.
Dan
setelah berbicara dengan Bok Hui, kini saatnya Yun-I menjemput Jeong Mun.
Melihat mereka, Jeong Mun sudah bisa menyadari kalau mereka adalah Malaikat
Maut yang akan menjemputnya. Jeong Mun masih merasa berat untuk pergi karna dia
sudah berjanji pada Yun-I dan gadis-gadis yang meninggal sebelumnya, kalau dia
akan melihat bajingan itu meminta maaf dengan mata kepalanya sendiri. Jika dia
pergi sekarang, dia tidak punya muka untuk bertemu mereka di Alam Baka.
Mendengar
ucapannya, mata Jun Woong jadi berkaca-kaca. Dia meminta agar Jeong Mun tidak
menanggung beban itu sendirian. Beban yang selama ini dipikulnya, biar mereka
yang menggantikannya berjuang.
“Setelah
melihatmu, kau terlihat persis seperti dia. Meski sudah beberapa tahun berlalu,
aku tidak akan pernah melupakannya,” ujar Jeong Mun setelah melihat wajah Jun
Woong dengan seksama.
Dulu,
saat dia dan para gadis kabur dari tentara Jepang tersebut, mereka hampir
tertangkap. Dan secara tiba-tiba, seorang pria yang memakai syal muncul dan
menyerang pada tentara Jepang tersebut, membantu mereka untuk kabur. Pria itu
meminta maaf karena tiba terlambat. Saat itu, Jeong Mun menangis dan
mengucapkan terimakasih karena sudah menyelamatkan mereka dan berjuang demi
negara mereka.
“Membunuh
beberapa tentara tidak akan membuat negara ini merdeka. Namun, berkat
orang-orang sepertimu, yang bertahan dengan berani membuat kami tak kehilangan
harapan,” ujar pria tersebut. Dia adalah Jun Woong dikehidupan sebelumnya.
Mendengar
cerita Jeong Mun, Jun Woong tidak tahu harus berkata apa, karena dia tidak
ingat. Meski begitu, dia meminta Jeong Mun untuk tidak mempertahankan hidup
yang menyakitkan ini. Dia bisa melepaskannya dan beristirahat dengan tenang
sekarang.
Setelah
itu, giliran Yun-I yang menyapanya. Dia yakin Jeong Mun tidak mengenalinya
karena dulu wajahnya selalu bengkak karena dipukuli. Dan dia juga memilih wujud
dewasanya setelah menjadi Malaikat Maut. Satu-satunya yang tidak berubah adalah
bekas luka gambaran tentara Jepang yang ada di perutnya.
Saat
sadar kalau yang ada dihadapannya Yun-I, Jeong Mun menangis penuh penyesalan.
Dia sangat menyesal karena meninggalkan Yun-I malam itu. Yun-I sama sekali
tidak menyesali keputusannya malam itu.
“Eonni. Seperti kata Jun-woong, kau tak
perlu menanggung beban itu sendirian. Lepaskan semua beban itu. Sekarang kau
boleh beristirahat dengan tenang,” ujarnya pada Jeong Mun.
Setelah
mendengarkan itu semua, Jeong Mun akhirnya bisa meninggal dengan damai. Energi
negatif Bok Hui juga turun hingga ke tingkat yang aman.
Berita
kematian Jeong Mun yang merupakan salah satu penyintas dari Jugun Ianfu sudah diterbitkan. Komentar
atas artikel tersebut beragam. Ada yang positif namun ada pula yang menghina.
Huft, membaca komentar yang mengina, tentu membuat Jun Woong merasa kesal.
Ryeon menyuruh untuk tidak menghiraukannya karena dia akan menerima hukumannya
saat mati.
=-T O M O
R R O W-=
Epilog,
Di
dunia Alam Baka, Kaisar Giok mengundang Jeong Mun ke tempatnya dan
mengungkapkan rasa terimakasih karena Jeong Mun tidak menyerah dan terus hidup
tanpa kehilangan harapan. Namun, masalah di dunia Fana masih belum
terselesaikan, apa dia masih mengkhawatirkan para penyintas?
“Mereka
yang ingin menyembunyikan kebenaran ingin dunia melupakan dan memutarbalikkan
kebenaran. Namun, itu bukan masalah. Selama masih banyak orang yang ingat, kita
tidak akan pernah kalah,” ujar Jeong Mun.
“Ya.
Kebenaran memiliki kekuatan yang lebih besar dari apa pun.”
“Benar.”
“Aku
memberikan cuti khusus kepada Malaikat Maut Jeon Bo-yun. Bagaimana jika kalian
mengunjungi kampung halaman bersama?” ujar Kaisar Giok, mengakhiri pertemuan.
Setelah
Kaisar Giok pergi, Yun-I dan teman-temannya dulu muncul dan menyambutnya dengan
penuh kerinduan. Mereka pergi ke sebuah tempat yang indah. Menikmati musim semi
yang selama ini mereka nantikan. Musim semi itu tiba untuk mereka, meskipun
mereka harus menunggu hingga kematian menjemput.
Salah
satu film Korea yang mengangkat mengenai Jugun
Ianfu dan pernah ku tulis sinopsisnya adalah I Can Speak. Bisa dibaca disini : https://k-adramanov.blogspot.com/2021/08/sinopsis-movie-korea-i-can-speak-2017.html
============================
Sumber : https://id.wikipedia.org
Jugun ianfu (従軍慰安婦) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk kepada wanita (bahasa Inggris comfort women) yang melakukan
layanan seksual kepada anggota Tentara Jepang selama Perang Dunia II di koloni
Jepang dan wilayah perang. Jugun ianfu merupakan wanita yang menjadi pemuas
kebutuhan seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di
negara-negara jajahan Jepang lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945. Menurut
riset oleh Dr. Hirofumi Hayashi, seorang profesor di Universitas Kanto Gakuin,
jugun ianfu termasuk orang Jepang, Korea, Tiongkok, Malaya (Malaysia dan
Singapura), Thailand, Filipina, Indonesia, Myanmar, Vietnam, Indo, orang Eropa
di beberapa daerah kolonial (Inggris, Belanda, Prancis, Portugis), dan penduduk
kepulauan Pasifik. Jumlah perkiraan dari jugun ianfu ini pada saat perang,
berkisar antara 20.000 dan 30.000. Pengakuan dari beberapa jugun ianfu yang
masih hidup jumlah ini sepertinya berada di batas atas dari angka di atas.
Kebanyakan rumah bordilnya berada di pangkalan militer Jepang, tetapi
dijalankan oleh penduduk setempat, bukan militer Jepang. Menurut riset Dr.
Ikuhika Hata, seorang profesor di Universitas Nihon. Orang Jepang yang menjadi
jugun ianfu ini sekitar 40%, Korea 20%, Tionghoa 10%. Dan 30% sisanya dari
kelompok lain.
Untuk
informasi lebih lanjut dapat di cari informasinya melalu media cetak ataupun melalui
google. Ada banyak artikel dan jurnal yang membahas mengenai Jugun Ianfu.