Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 1 part 2

 

Original Network : Channel 7

“Niwat Chawal,” gumam Ibu Choi dengan sedih.

Ketika Kakek Chom dan Bawahan Mu pulang, Chuen langsung menghampiri mereka. Dengan panik, dia memberitahu Kakek Chom bahwa ada sesuatu yang salah dengan Ibu Choi.


Didalam kamar. Kakek Chom memberitahu Ibu Choi bahwa dari lama dia sudah tahu kalau keluarga Tor berhubungan dengan keluarga Chawal. Namun dia sengaja tidak memberitahu Ibu Choi, sebab orang- orang itulah yang telah menghancurkan hidup Ibu Choi dan membuat Ibu Choi menderita. Selain itu, Chuen  juga seharusnya bisa hidup di lingkungan yang lebih baik daripada ini. Jadi dia ingin Niwat untuk membayar semuanya.

“Jangan, Ayah. Aku sudah memaafkan dia. Aku tidak ingin ada karma lagi,” kata Ibu Choi.

“Itu urusanmu! Kamu memaafkan dia, tapi aku tidak akan pernah memaafkan dia!” tekan Kakek Chom penuh kebencian.

“Yah, aku mohon padamu,” kata Ibu Choi, membujuk Kakek Chom.

“Mereka menghancurkan hidupmu. Lihat kamu sekarang. Hidupmu… kamu seharusnya bisa lebih bahagia daripada sekarang. Lebih baik daripada sekarang. Bukan dalam kondisi seperti ini,” balas Kakek Chom. Dan Ibu Choi diam serta menangis.

Tampaknya Ibu Choi sama sekali tidak bisa berjalan. Karena selama ini, dia tidak ada terlihat berjalan. Inilah kondisi yang Kakek Chom sebutkan.


Saat Kakek Chom keluar, Chuen langsung menanyai nya, ada apa dengan Ibu Choi dan kenapa Ibu Choi tiba- tiba menangis. Tapi Kakek Chom tidak mau memberitahu. Lalu tanpa mengatakan apapun, dia pergi, begitu juga dengan Bawahan Mun.

Karena Chuen tidak berhasil mendapatkan info apapun dari Kakek Chom, diapun kembali ke kamar dan membaca lagi surat dari Tor. “Niwat Chawal. Ibu tampak sok, karena nama ini,” gumamnya dengan yakin. “Jadi, siapa dia?”

Chuen lalu memutuskan bahwa jika Tor datang, dia akan bertanya padanya.


Diruang makan. Lord Pichai menanyai pendapat setiap orang, kemana mereka mau pergi berlibur tahun ini. Dan dengan bersemangat, Kade langsung menjawab Hua Hin. Tapi Tor dan Ton menjawab Farmhouse. Karena Ton menjawab bahwa dia ingin pergi ke Farmhouse tahun ini, maka Kade pun langsung mengubah jawabannya. Kade memberitahu Lord Pichai bahwa dia ingin pergi ke Farmhouse juga.

Melihat Kade yang bersikap manja, Lord Pichai pun setuju. “Okay. Tapi jangan komplain saat sampai disana dan meminta untuk pulang, Kade,” katanya, mengingatkan.

“Baik. Aku janji. Aku tidak akan membuat Bibi, Khun Tor, dan Khun Ton merasa tidak nyaman,” jawab Kade sambil tersenyum menyakinkan.

Ton datang ke dapur dan mengajak Nanny Aon untuk ikut ke Farmhouse. Dan dengan sangat senang, Nanny Aon mengiyakan. Sebab dia ingin melihat bagaimana Chuen sekarang. Dia sangat merindukan Chuen.


Kemudian Torn datang dan mengajak Ton untuk membeli hadiah untuk Chuen, Kakek Chom, dan Ibu Choi juga. Namun sebelum Ton sempat menjawab, Nanny Aon mengangkat tangannya dan mengatakan bahwa dia ingin ikut. Lalu Nanny Aon membujuk Ton ikut bersama.

“Jika dia ikut dengan kita begitu mudah, itu bukan dia,” canda Tor sambil tertawa, sebelum Ton sempat menjawab. Dan mendengar itu, Ton diam dengan cemberut.

@@@

Chuen mengingat saat kecil dulu. Ketika dia mengucapkan selamat tinggal kepada Tor dan keluarga yang akan kembali ke kota.

@@@

Chuen menggelengkan kepalanya untuk melupakan hal itu. Lalu dia fokus dengan air panas yang sudah mendidih.



Lalu tiba- tiba disaat itu, Tor datang. Melihat kedatangan Tor, Chuen sedikit tidak yakin. “Apa itu kamu, Khun Tor?” tanyanya.

“Woah… kamu sudah besar ya,” puji Tor.

“Aku semakin tampan, ‘kan?” kata Chuen dengan percaya diri.

“Kamu semakin cantik! Aneh ya, semakin besar, kamu malah terlihat seperti wanita,” balas Tor, tanpa maksud apapun. Dan Chuen diam sambil tersenyum kecil.


Tor kemudian memberikan kantong- kantong hadiah yang dibawanya kepada Chuen. Ada hadiah untuk Chuen, Kakek Chom, Ibu Choi, Piak, dan Lor. Khusus untuk Chuen, ada tiga hadiah, yaitu hadiah darinya, Nanny Aon, dan Ton. Menerima hadiah dari Ton, Chuen agak terkejut, karena dia tidak menyangka kalau Ton akan membelikan hadiah untuknya.

“Bukankah dia selalu membelikanmu sesuatu setiap berkunjung?” tanya Tor, mengingatkan.

“Ow… itu sudah tiga tahun lalu!” jawab Chuen.

“Khun Ton pergi sendiri untuk membelinya. Dia mungkin tidak tahu ukuranmu, karena dia malu untuk bertanya,” kata Tor sambil tertawa.

Ketika Chuen melihat hadiah pemberian Ton. Ternyata hadiahnya adalah celana pendek dan ukurannya agak kecil. Melihat itu, Chuen yakin kalau celana itu tidak akan muat padanya, jadi dia akan memberikan itu kepada anak- anak disekitar supaya tidak sia- sia.

Terakhir ada hadiah dari Lady Veena, tapi Lady Veena tampaknya ingin memberikan hadiah itu secara langsung kepada Chuen. Jadi Tor tidak ada membawa nya.

“Kalau begitu, setelah tugasku selesai, aku akan pergi menyapanya. Aku merindukan dia. Aku juga merindukan Bibi Yohng dan Nanny,” kata Chuen dengan tulus.

“Uh… apa Kakek dan Ibumu ada? Bisakah kamu bawa aku untuk menyapa mereka?” tanya Tor.


Ketika Tor datang dengan membawa hadiah- hadiah untuk mereka, Ibu Choi mengucapkan terima kasih padanya. Lalu dia menasehati bahwa lain kali Tor tidak perlu menghabiskan uang untuk membelikan mereka apapun. Karena mereka juga tidak ada kemana- mana dan tidak bisa mengenakan begitu banyak pakaian. Dan dengan sopan, Tor mengiyakan, lalu dia menjelaskan bahwa dia hanya ingin membelikan untuk mereka.

“Permisi, berapa lama kamu akan berkunjung kali ini?” tanya Kakek Chom, ingin tahu.

“Sekitar sebulan,” jawab Tor. Lalu dia pamit. Dan Chuen juga pamit untuk ikut dengannya.


Saat Chuen pamit, Kakek Chom melarangnya, karena takut menganggu Tor yang baru sampai. Namun Tor tidak masalah kalau Chuen ikut sekarang dengannya. Lalu dia memberitahu Kakek Chom bahwa kali ini keponakan Lady Veena juga ada ikut ke sini. Jadi Chuen dan Kade bisa berkenalan nanti.

“Jika kamu tidak masalah, kemudian silahkan,” kata Kakek Chom, mengizinkan. Dan Chuen sangat senang. Lalu dia dan Tor langsung pergi.


Setelah Tor dan Chuen pergi. Ibu Choi menanyai Kakek Chom, apakah Kade itu putri pria itu. Dan Kakek Chom mengiyakan dengan yakin.


Kade berlari menghampiri Ton yang sedang menyiram bunga. Dengan senyum ceria, dia menyapa Ton. Lalu dia mengajak Ton untuk masuk ke dalam rumah dan mengobrol, karena sekarang cuaca semakin panas. Tapi Ton menolak. Jadi dengan terpaksa, Kade pun diam dan menemaninya untuk menyiram bunga.

Lalu disaat itu, Tor datang membawa Chuen. Dan melihat itu, Kade memandang rendah Chuen, “Hmm.. kampungan,” gumamnya, pelan.

Tor memperkenalkan Chuen kepada Kade. Dan dengan sopan, Chuen menyapa Kade. Tapi Kade mengabaikannya. Dan Chuen merasa kesal, “Jika aku tahu, aku tidak akan menyapamu.”

“Apa yang kamu bilang?” tanya Kade, tidak senang. Dan Chuen mengulang perkataannya. “Hei, kampungan! Keluar dari rumahku sekarang!” usir Kade dengan kasar.


“Khun Tor yang mengundangku. Tidak ada yang bisa mengusirku selain dia. Apa kamu dengar, gadis bibir merah?!” balas Chuen, melawan.

“Chuen! Mulutmu kasar!” tegur Ton dengan keras.

“Apa gadis itu berbicara sopan?!” lawan Chuen, tidak senang. Lalu ketika Kade mendekat untuk menamparnya, Chuen mengulurkan kakinya. “Ke sini, ku tendang kamu!”

Kade takut Chuen beneran akan menendangnya, jadi dia kembali ke samping Ton dan mengeluh. Lalu Chuen kembali melawannya. Dan sekali lagi, Ton menegur Chuen untuk jangan bersikap kasar. Dengan kesal, Chuen pun memutuskan untuk pergi saja.

“Tunggu Chuen!” panggil Tor.

“Khun Tor! Jangan ikuti dia,” perintah Ton.


Chuen pergi ke sungai. Dia berteriak dan menendang tanah untuk meluapkan emosinya. Mendengar itu, Piak dan Lor bersembunyi serta tidak berani untuk mendekatinya.


Didalam rumah. Kade mengadu kepada Lady Veena tentang Chuen. Tapi kemudian Lady Veena malah mengatakan kalau dia yang salah. Dan Kade tidak terima. Sebab menurutnya, Chuen yang mulai duluan. Chuen mengatainya gadis bibir merah dan bahkan ingin menendangnya. Lalu dia meminta dukungan dari Ton, dia meminta supaya Ton menjadi saksinya. Sedangkan untuk Tor, dia tidak peduli, karena sebelumnya Tor berpihak pada Chuen.

“Aku hanya bicara dari apa yang aku lihat dan dengar. Tidak berpihak kepada siapapun,” kata Ton. Karena dia adalah orang yang adil. “Chuen tidak akan membahayakan siapapun terlebih dahulu. Kembali dan renungkan Khun Kade, kemudian kamu akan tahu bahwa kamu yang mulai duluan,” jelas Ton. Lalu dia permisi dan pergi.

“Aku juga pergi dulu. Permisi,” kata Tor kepada Lady Veena. Lalu dia pergi juga.


Karena Ton tidak mendukungnya, Kade mulai menangis. Dia merasa tidak adil dan mulai mengomel tentang Chuen lagi. Karena Kade masih tidak mau mengaku bersalah, maka Lady Veena memutuskan untuk memanggil, Wing, tukang kebun mereka, untuk menanyai dengan jelas, apa yang sebenarnya terjadi.

“Tidak perlu. Jika setiap orang ingin aku salah, kemudian aku …” kata Kade, bersikap keras. Dia menahan air matanya dan bersikap seolah- olah setiap orang yang salah dan tidak adil, sedangkan dia sendiri tidak salah sama sekali.

“Tidak ada yang ingin menyalahkanmu. Tapi kamu benar- benar salah,” tegas Lady Veena. “Kamu harus minta maaf kepada Khun Ton dan Khun Tor, karena telah menfitnah mereka berpihak kepada Chuen,” jelasnya.


Kade diam dan bersikap keras kepala. Melihat itu, Lady Veena mengingatkan Kade, alasan bagaimana Kade bisa tinggal dengannya. Itu karena Lord Pichai, ayah Tor dan Ton, setuju. Namun sekarang, jika Kade bersikap seperti ini, maka lebih baik Kade kembali ke kedua orang tua Kade saja.

“Tidak! Tidak, Bibi!” kata Kade dengan panik sambil memegang tangan Lady Veena. “Aku ingin tinggal disini dengan Khun Ton! Tolong Bibi! Aku ingin tinggal disini dengan Khun Ton!” mohonnya sambil memeluk Lady Veena.

Tor ingin pergi menemui Chuen. Tapi Ton tidak setuju, karena menurutnya Chuen juga salah. Dan Tor mengeluh bahwa terkadang Ton terlalu adil. Lalu dia mengabaikan Ton dan pergi.



Kade menghampiri Ton yang sedang duduk sendirian sambil membaca buku di teras belakang. Dia meminta maaf kepada Ton serta menjelaskan bahwa dia bersikap seperti barusan, karena cuaca terlalu panas. Dan Ton mengomentari kalau Kade tidak seharusnya menyalahkan cuaca. Dengan cemberut, Kade mengiyakan. Lalu dia mengubah topik pembicaraan.

Kade mengometari kalau tempat ini terasa sangat damai. Dan Ton setuju. Mendengar Ton setuju, Kade langsung bersemangat kembali. “Aku suka disini juga. Disini sangat damai dan relax,” katanya. Dan mendengar itu, Ton tersenyum kecil, mengejek sikap Kade.

Ketika Tor datang. Chuen menunjukkan ketapelnya. Dia memberitahu Tor bahwa dia ingin membalas ‘Gadis bibir merah’. Dan mendengar itu, Tor menasehati bahwa sebagai pria, Chuen harus bersikap gentleman. Tapi Chuen tidak setuju, karena dia juga wanita. Tapi sebelum dia sempat mengatakan bahwa dirinya juga ‘wanita’, dia tersadar bahwa dia tidak boleh mengaku sebagai ‘wanita’, jadi diapun mengalihkan topik. Dia memberikan pancingan kepada Tor dan mengajaknya untuk memancing bersama.

Dengan senang hati, Tor tersenyum dan mengikuti Chuen untuk memancing.


Malam hari. Dimeja makan, semua hidangan yang tesedia, bahan utamanya adalah ikan. Dan itu semua berasal dari hasil pacingan Chuen dan Tor. Bahkan Tor juga ada menyisakan beberapa ikan untuk di masakan bubur ikan besok pagi.

Mengetahui hal itu, Kade menolak untuk makan.


Selesai makan, Lady Veera memberitahu Lord Pichai mengenai niatnya untuk mengadopsi Chuen. Dia menjelaskan bahwa ntah gimana, dia merasa seperti ada hubungan dekat dengan Chuen. Lalu dia ingin Chuen untuk bersekolah dengan baik, bukan menjadi anak nakal yang hanya memancing ikan dan menembak burung seperti ini setiap harinya. Mendengar itu, Lord Pichai tidak ada penolakan ataupun keberatan. Tapi dia tidak tahu, apakah Ibu Choi dan Kakek Chom akan memberikan izin kepada Lady Veera.

Didapur. Ketika Nanny Aon dan Chef Yohng sedang berdebat. Piak dan Lor datang mengantarkan bunga Lotus, biji Lotus dan akar Lotus. Untuk Bunga Lotus, Chuen memberikan itu kepada Lady Veena. Untuk biji Lotus dan akar Lotus, siapapun boleh memakannya, kecuali Ton.



Nanny Aon memberitahukan hal itu kepada Ton. Lalu dia meminta Ton supaya jangan marah kepada Chuen. Dan dengan sikap acuh, Ton mengatakan bahwa dia tidak marah dan tidak peduli, karena Chuen tidak terlalu penting baginya. Kemudian dia meminta Tor untuk mengembalikan hadiahnya untuk Chuen, karena dia yakin Chuen juga tidak akan memakai hadiah darinya.

“Aku dengar Chuen akan memberikan itu kepada anak- anak,” kata Tor, memberitahu. Lalu dia tertawa sedikit, karena dia tahu kalau Ton pasti marah.

“Benarkah?! Woahh… betapa baiknya dia, tahu untuk berbagi,” puji Nanny Aon.


Lady Veena datang ke ruang tamu dan mengajak Tor serta Nanny Aon untuk ke pasar. Dan dengan senang, Tor serta Nanny Aon mengiyakan. Lalu Tor mengajak Ton. Tapi Ton diam dan tidak menjawab.

“Apa Khun Kade ikut?” tanya Tor, ingin tahu.

“Mmm… tidak. Dia bilang dia ingin tinggal untuk menemani Ton. Kayaknya dia berasumsi bahwa Khun Ton pasti tidak akan ikut pergi juga. Jadi dia komplain sakit kepala dan mau istirahat,” jawab Lady Veena sambil tersenyum geli.

Mendengar kalau Kade tidak ikut, Ton langsung mengatakan bahwa dia ingin ikut ke pasar juga. Dia beralasan bahwa ini sudah tiga tahun, jadi dia ingin melihat- lihat.


Setelah agak siangan, Kade bangun. Lalu dia langsung merapikan penampilannya. Dia yakin bahwa yang lain pasti sudah pergi dan dia sangat senang, karena ini berarti hanya tinggal dia dan Ton saja yang ada dirumah. Tapi saat dia mencari- cari Ton, ternyata yang ada dirumah hanya Lord Pichai saja.


Lalu waktu Kade menemukan Lor yang sedang tidur di halaman. Dia membangunkannya dan menyuruhnya untuk mengantarkannya menemui Ton. Sayangnya, tidak ada mobil. Jadi Kade menyuruh Lor menggunakan sepeda. Tapi sayangnya lagi, Lor tidak tahu kemana Ton dan yang lainnya pergi.


Chuen dan Piak membawa Lady Veena serta yang lainnya ke pasar untuk berbelanja. Disana Chuen memperkenalkan Lady Veena kepada Bawahan Mu, karena Lady Veena ingin membeli beberapa ikan kering.

Lalu ketika Lady Veena sedang sibuk belanja, Tor melihat kebun belimbing. Dan merasa tertarik. Jadi dia berjalan ke sana. Dan Ton mengikutinya. Begitu juga dengan Chuen, karena dia takut mereka berdua akan tersesat.


Melihat Tor tampak tertarik dengan belimbing di kebun, Chuen mengambil satu dan memberikan nya pada Tor untuk dicoba. Dan saat Tor mencobanya, dia menyukai belimbing tersebut, karena rasanya sangat manis. Tapi Ton tidak mau mencoba, sebab Ayah dan Ibunya mengajarkannya untuk jangan mencuri barang orang lain.

“Ah! Jangan sok. Ini coba,” kata Chuen, menawarkan satu belimbing kepada Ton. Tapi Ton diam dan mengabaikannya. Karena Ton bersikap jual mahal, Chuen pun memakan sendiri belimbing tersebut.

“Hei, si kecil Chuen, ini namanya mencuri,” tegur Ton dengan serius.

“Aku tidak mencuri. Ini kebun Paman Mu. Dia sudah memberiku izin dan aku memberimu izin untuk makan juga,” balas Chuen menjelaskan dengan kesal.

“Aku tidak akan makan,” tegas Ton. Lalu dia berbalik dan berjalan pergi.


Ketika Ton berjalan pergi, Chuen berteriak padanya dengan sikap khawatir. “Hati- hati Khun Ton!” teriaknya. Tapi Ton mengabaikannya dan terus berjalan pergi.




1 Comments

  1. Seru...dilanjutt sampai selesai ya...
    Semangatttt...

    ReplyDelete
Previous Post Next Post