Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 2 part 1

 

Original Network : Channel 7

“Ketika aku mulai bersekolah, haruskah aku memakai identitas pria atau wanita?” tanya Chuen, mengajukan pertanyaan paling penting.

“Itu benar, Yah. Chuen semakin besar,” kata Ibu Choi, menanyai pendapat Kakek Chom.

“Ketika kamu tinggal disini denganku, kamu adalah Chuen seorang petani. Tapi sekalinya kamu pergi mengikuti Lord Pichai, kamu harus menjadi Chuen yang baru,” kata Kakek Chom. Yang berarti dia ingin Chuen memakai identitas wanita.


Chuen agak khawatir, jika Lady Veena tahu bahwa dia adalah wanita. Dia takut Lady Veena tidak jadi mengadopsinya. Tapi Kakek Chom menenangkan Chuen untuk tidak perlu khawatir, karena Lady Veena adalah orang yang baik dan Lady Veena sudah menyukai Chuen sejak dulu. Jadi sekarang, Chuen hanya perlu mencari kesempatan yang tepat untuk memberitahu Lady Veena. Mendengar itu, Chuen mengerti.

“Ma, jangan khawatir tentang ku. Aku akan sering datang mengunjungi mu,” kata Chuen, pamit kepada Ibu Choi.

“Semoga Buddha melindungi anakku. Menjauhkan kamu dari bahaya,” kata Ibu Choi, mendoakan Chuen.


Sebelum pergi mengikuti Ton, Tor, dan keluarga, Chuen berpamitan dengan teman- temannya. Juga dengan Kakek Chom yang mengantarkannya. Lalu dia masuk ke dalam mobil bersama- sama dengan Tor dan yang lainnya.


Ketika Kakek Chom pulang, Ibu Choi masih menangis. Melihat itu, Kakek Chom mengatakan bahwa seharusnya Ibu Choi berbahagia, karena dendam mereka akan terbalaskan. Tapi Ibu Choi tidak bisa merasa bahagia, karena menurutnya Chuen sebagai seorang anak harus berbakti kepada orang yang mengandung mereka, bukannya melukai mereka. Jadi Ibu Choi tidak setuju Kakek Chom mengirim Chuen untuk melukai Ayah kandung Chuen sendiri, karena itu akan menjadi dosa bagi Chuen.

“Cukup! Jangan gunakan dosa dan karma sebagai alasan. Apa yang yang dia lakukan kepada kita, apa dia pernah berpikir tentang dosa dan karma? Huh?! Ini urusanku. Jangan ikut campur!” bentak Kakek Chom. Lalu dia pergi.


Sesampainya dirumah Sarayut di Bangkok. Chuen merasa sangat kagum melihat betapa besarnya rumah Sarayut. Dan dengan ketus, Kade mengatainya ‘orang kampungan’. Mendengar itu, Chuen merasa kesal dan ingin membalas. Tapi Tor menghentikannya.

Lalu dengan ramah, Nanny Aon membawa Chuen menuju ke kamar Chuen.


Ketika berjalan melewati halaman belakang, Chuen melihat sebuah bunga putih yang sangat indah. Dan saaat dia mencium aromanya, bunga tersebut sangat harum. Chuen sangat puas dengan tempat tinggal baru nya, karena di sekitar tempatnya ada banyak sekali bunga.

“Ini pertama kalinya aku melihat pria menyukai bunga,” komentar Nanny Aon, heran. Dan mendengar itu, Chuen jadi gugup.

“Aku seperti Mama ku. Mama ku suka bunga, makanya aku sering memetikkan bunga untuknya. Jadi aku pun menyukai mereka,” kata Chuen, beralasan.

Nanny Aon dan Chuen kemudian melanjutkan perjalanan. Nanny Aon menjelaskan bahwa dihalaman belakang ini ada dua kamar. Satu kamarnya. Kemudian kamar Chuen.

Ketika Chuen masuk ke dalam kamarnya, Chuen sangat kagum, karena kamarnya sangat luas dan memiliki perabot yang lengkap.

“Pergilah mandi. Jika kamu butuh apapun, panggil aku. Aku pas ada disebelah,” kata Nanny Aon. Lalu dia pergi meninggalkan Chuen di kamar sendiran.


Setelah Nanny Aon pergi, dengan gembira Chuen berguling- guling di tempat tidur sambil tertawa. Tapi kemudian tawanya berhenti, saat dia tiba- tiba teringat perkataan Kakek Chom. “Balas dendam! Balas dendam! Balas dendam!”

Didalam kamar. Pelayan Jan mensortir pakaian dikoper Kade yang perlu dicuci. Lalu tiba- tiba Kade mulai marah sampai cemberut. Dan Pelayan Jan mengerti bahwa ini pasti karena Chuen. Dengan prasangka buruk yang tidak berdasar, Pelayan Jan menjelek- jelekkan Chuen dan menasehati Kade untuk berhati- hati, karena dia melihat mata Chuen dipenuhi nafsu, pada saat Chuen menatap Kade.

Mendengar itu, Kade merasa jijik dan merinding. Ak aku aku ingin muntah! Rasanya jijik! keluhnya.

Tenang. Tenang, kata Pelayan Jan, langsung menenangkan Kade.


Selesai mandi, Tor pergi ke kamar Ton untuk mengajaknya sama- sama pergi menemui Chuen. Tapi ternyata Ton belum mandi dan masih sibuk merapikan barang- barang di koper.


Jadi akhirnya, Tor pun pergi sendiri ke tempat Chuen. Dan saat Chuen melihat Tor, dengan sedih dia memberitahunya bahwa dia merindukan keluarganya. Dan Tor menghibur Chuen supaya jangan sedih, seperti seorang gadis.

Cobalah jadi aku. Apa yang akan kamu lakukan jika kamu harus meninggalkan rumah?tanya Chuen, mengeluh.

Tiba- tiba suasana jadi agak sedih. Kamu masih baik. Walaupun kamu jauh dari Ibumu, tapi setidaknya kamu masih punya Ibu. Kamu masih bisa menulis surat untuknya dan mengunjunginya. Tapi Ibuku dia tidak akan pernah kembali. Khun Ton dan aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi.


Maaf, kata Chuen merasa tidak enak.

Tor sama sekali tidak merasa masalah. Lalu dia mengulurkan tangannya dan mengelap air mata Chuen. Kemudian dia mengajak Chuen untuk ikut dengannya, berjalan- jalan disekitar rumah.


Tepat ketika Tor dan Chuen keluar dari rumah untuk jalan, mereka bertemu dengan Nat dan Nan, tetangga sebelah rumah. Nat (cewek) dan Nan (cowok) datang berkunjung untuk mengantarkan Snow, anjing keluarga Tor, yang mereka bantu jaga selama keluarga Tor pergi liburan kepada Farmhouse.

Biar ku kenalkan, ini adik muda kami, kata Tor, memperkenalkan Chuen kepada Nat dan Nan. Chuen, ini Khun Natee dan Khun Nantalee. Tetangga tercinta kita, jelasnya.

Dia lebih cantik daripada Nan, puji Nat.

Hey, PNat, keluh Nan, kesal. Dan Nat tertawa.

Chuen sangat menyukai Snow. Dan menyadari hal itu, Torn pun memberikan Snow kepada Chuen. Lalu Chuen membawa Snow untuk bermain. Melihat sikap manis Chuen yang bermain- main dengan Snow, Nat dan Nan memiliki kesan yang baik terhadap Chuen. Dan Nat yakin kalau rumah Tor pasti akan lebih ceria dengan bertambahnya satu anggota baru.


Mendengar suara gong- gongan Snow, Ton pun berhenti membaca. Dia berdiri dan melihat keluar jendela, lalu dia melihat Chuen yang sedang bermain- main dengan Snow. Dan dia merasa tertarik meihat itu.

Tor mengikuti Nat dan Nan untuk melihat tanaman orchid terbaru. Tapi saat akan pergi, Tor agak khawatir untuk meninggalkan Chuen sendirian.

Jangan khawatirkan adikmu. Dia sedang sibuk bermain dengan Snow, kata Nat, menenangkan Tor. Ayo, ajaknya.

Ok, jawab Tor, mengikuti mereka.

Ton turun dan menghampiri Chuen yang sedang bermain dengan Snow. Dan melihatnya, Chuen langsung ingin menghindarinya. Namun seperti biasa, ketika mereka berdua bertemu, mereka pasti akan langsung berdebat dan bertengkar.


Tidak lama setelah Chuen pergi, Kade datang dan menghampiri Ton dengan sikap manja dan manis. Dia memberitahu Ton bahwa Lord Pichai memanggil. Karena Ton malas meladeni nya, jadi diapun mengabaikan Kade dan berjalan pergi. Dan Kade langsung mengikutinya.


Di ruang tamu. Lor Pichai menyuruh Ton untuk mengajari Chuen sebelum sekolah dimulai. Mendengar itu, Kade langsung protes. Menurutnya, membuat Ton mengajari Chuen, itu merepotkan Ton. Lebih baik suruh Wing atau Loy saja untuk mengajari Chuen. Melihat sikap tidak sopan Kade, Lady Veena pun menegurnya. Namun Lord Pichai menenangkannya untuk jangan marah.

“Ton apa kamu merasa direpotkan?” tanya Lord Pichai, menanyai pendapat Ton.

“Keluarlah dulu,” perintah Lady Veena, dia malas melihat wajah Kade yang cemberut karena tidak senang.

“Aku mau tinggal dan mendengarkan,” balas Kade, melawan.

“Ini bukan urusanmu,” tegas Lady Veena. Dan Kade ingin melawan lagi. Tapi Lady Veena langsung menyelanya, “Apa yang ku katakan?” tegasnya.

“Ya,” jawab Kade. Lalu dengan terpaksa, diapun pergi.


Ketika Kade pergi, Lord Pichai sekali lagi mempertanyakan pendapat Ton, apakah Ton bersedia atau tidak. Namun Ton tidak langsung menjawab, malah dia mengajukan pertanyaan, ide siapa untuk mengadopsi Chuen. Dan Lady Veena langsung menjawab bahwa ini adalah idenya, tapi dia sudah berdiskusi dengan Lord Pichai dan Lord Pichai setuju. Mendengar itu, Ton mengangguk pelan.

“Jika kamu tidak setuju, aku akan meminta Khun…” kata Lady Veena, merasa tidak enak.

“Aku akan mengajari dia,” kata Ton dengan cepat.


Ketika Ton keluar, Kade langsung menempelinya dan berbicara buruk tentang Chuen, menurutnya mengari Chuen itu susah, karena Chuen itu tidak berpendidikan. Mendengar itu, dengan tegas, Ton memberitahu Kade bahwa dia akan mengajari Chuen, lalu pengetahuan Chuen tidak seburuk yang Kade pikirkan, karena Chuen bisa membaca dan menulis surat dengan baik, bahkan tulisan Chuen bagus dan kalimat yang Chuen gunakan semuanya benar. Tapi Kade tidak percaya. Dan Ton mengabaikannya.

“Tunggu, Khun Ton,” kata Kade, buru- buru menghentikan Ton yang ingin pergi. “Aku akan membantu mu mengajari dia. Aku bisa mengajari English,” jelasnya.

“Lebih baik tidak. Kamu cewek. Chuen cowok. Jadi itu tidak akan cocok,” tolak Ton. Lalu dia melepaskan tangan Kade yang memegang nya dan berjalan pergi.



Malam. Ketika makan, Chuen teringat keluarganya. Dia sangat merindukan mereka. Dan diapun mulai menangis. Lalu dia berniat untuk pulang saja besok. Tapi Nanny Aon segera membujuknya untuk jangan sedih dan jangan pulang ke kampung, karena jika Chuen pulang maka keluarga Chuen pasti akan kecewa. Karena Chuen adalah harapan Kakek Chom dan Ibu Choi. Jadi Chuen harus bersekolah dengan baik disini.

“Tapi Kakek dan Ibu bisa mengajariku,” gumam Chuen.

“Khun Chuen, kamu adalah pria. Kamu harus kuat,” kata Nanny Aon sambil mengepalkan tangannya untuk menyemangati Chuen.


Post a Comment

Previous Post Next Post