Original Network : Channel 7
Didalam
mobil. Dengan sikap perhatian, Kade mengatakan bahwa bila Ton tidak mau keluar,
maka tidak apa- apa, mereka bisa pulang saja. Dia mengatakan ini karena sedari
tadi Ton cemberut dan tidak tersenyum.
“Kamu sering
melihatku tersenyum atau apa?” kata Ton dengan sikap acuh.
“Benar juga.
Kamu tidak seperti Khun Tor. Itu mengapa Chuen dekat dengannya. Dia juga dekat
dengan Nat dan Nan,” kata Kade, mengerti.
“Kamu mau
pergi kemana?” tanya Ton.
“Bisakah kamu
berhenti dirumah temanku untuk mengambil buku?” tanya Kade.
Ke rumah
teman untuk mengambil buku, ini sebenarnya hanya alasan Kade untuk pamer kepada
Ton bahwa teman- temannya kaya. Karena setelah tiba disana, Kade mengatakan
kepada Ton bahwa temannya, Wanipa, orang tuanya membangun beberapa bangunan dan
disewakan, intinya orang tua Wanipa sangat kaya.
Namun
mengetahui itu, Ton tidak berkomentar apa- apa. Lalu dia hanya berdiri diluar
saja dan menunggu Kade yang masuk ke dalam bangunan untuk menemui temannya.
Didalam
bangunan. Kade memamerkan Ton, yang kaya dan tampan, kepada teman- temannya.
Lalu dia meminjam beberapa buku pelajaran sebagai alasannya nanti.
“Maaf. Kamu
sudah lama menunggu?” tanya Kade, menghampiri Ton yang menunggu. “Wan barusan
menanyai tentang pelajaran disekolah kemarin. Dia tidak mengerti, jadi aku
tinggal sebentar disana dan mengajarkannya,” jelas Kade.
“Jadi kamu
mau kemana lagi?” tanya Ton.
“Aku …” kata
Kade, berpura- pura tidak enak. “Aku mau menonton. Ada film yang ingin aku
tonton,” jawabnya.
“Kalau
begitu, ayo makan dulu,” ajak Ton.
“Terima kasih
banyak, Khun Ton,” kata Kade, senang.
Dirumah
makan. Sambil makan, Kade menggosipi Chuen. Dia merasa Nan seperti bermain
peran mak coblang untuk Nat dan Chuen. Dia khawatir bila Tor tahu, maka Tor
akan patah hati, sebab Tor menyukai Chuen dan setiap orang tahu ini. Namun Ton
bersikap acuh dan tidak peduli.
“Mm…
menurutmu Khun Tor dan Chuen cocok?” tanya Kade, ingin tahu.
“Sudahlah.
Itu bukan urusan kita,” balas Ton dengan sikap acuh. “Makan.”
“Baiklah,”
jawab Kade, pelan.
Didepan
bioskop. Tim Ton dan Tim Nat bertemu. Ketika mereka bertemu, Nan dan Chuen
tampak sangat dekat sekali. Melihat itu, Ton tampak cemburu. Dia terus menatap
ke dekatan mereka berdua dengan tajam.
“Anak gila!” keluh Ton, dalam hatinya.
Sebagai orang
baik yang tahu sopan santun, Nat dan Nan mengantarkan Chuen sampai ke rumah.
Lalu mereka juga menemui Lord Pchai serta Lady Veena.
Setelah itu,
Chuen mengantarkan Nat dan Nan keluar. “Terima kasih banyak pada kalian berdua
ya,” kata Chuen dengan sopan. Dan Nat serta Nan mengiyakan, lalu mereka pergi.
Setelah
mengantarkan Nat dan Nan pergi, Chuen datang ke rumah kecil untuk menemui Nanny
Aon. Tapi ternyata disana ada Ton. Dan melihat itu, Chuen langsung berbalik
untuk pergi. Sayangnya, Nanny Aon melihatnya dan memanggilnya. Jadi mau tidak
mau, maka Chuen pun langsung berhenti dan berjalan kembali menghampiri Nanny
Aon. Lalu Ton yang duduk di ayunan berdiri serta mendekati mereka berdua.
“Dia takut
padaku,” kata Ton.
“Mengapa
takut padanya?” tanya Nanny Aon dengan heran kepada Chuen.
“Aku tidak
melakukan kesalahan apapun, jadi mengapa aku harus takut padanya?!” jawab Chuen
sambil menatap Ton dengan tajam.
“Khun Chuen
mengapa kamu berbicara pada kakak mu seperti itu?” tegur Nanny Aon dengan
lembut, menasehati Chuen.
“Aku tidak
punya kakak,” jawab Chuen.
“Selain P’Tor
dan P’Nat,” balas Ton.
“Hahah.. kamu
selalu menggoda adikmu,” canda Nanny Aon, menasehati Ton.
“Aku tidak
punya adik,” jawab Ton.
“Eh, apa
menyenangkan berbelanja hari ini?” tanya Nanny Aon, mengalihkan pembicaraan.
“Tanya Khun
Ton!” “Tanya Khun Chuen!” jawab Ton dan Chuen secara bersamaan.
“Aku bertanya
pada kalian berdua. Apa menyenangkan?” tanya Nanny Aon, mencoba mencairkan
suasana yang semakin canggung.
“Tidak
menyenangkan!” jawab Ton dan Chuen secara bersamaan lagi.
Kemudian Ton
dan Chuen sama- sama pamit dan pergi.
Disekolah.
Chuen bertemu dengan Ibu Ying. Saat Ibu Ying melihat wajah Chuen, dia teringat
dengan teman baiknya Cheewan. Karena wajah Chuen sangat mirip dengan Cheewan.
Lalu dengan penasaran, dia menanyai, siapa nama Ibu Chuen, dan Chuen pun
menjawab bahwa nama Ibunya adalah Choi.
“Choi?” gumam
Ibu Ying, agak kecewa. “Oh ya, aku masih punya foto Cheewan. Sabtu teman,
ketika aku datang menjempunt Ying, aku akan menunjukkan nya padamu ya,”
katanya.
“Iya,” jawab
Chuen, merespon.
Kakekku tersayang,
Aku menulis surat untukmu karena
ada hal yang mendesak. Senin kemarin aku bertemu Ibu temanku. Dia terkejut dan
bersemangat saat melihat wajahku. Dia bilang aku terlihat seperti teman
baiknya, Cheewan. Ini kedua kalinya aku mendengar nama Cheewan. Membuatku ingin
bertemu dengannya.
Aku juga punya satu masalah lain
yang tidak terpercahkan. Kamu dan Ibu bilang bahwa aku terlihat seperti Ibu
ketika dia muda. Begitu juga Paman Mun. Ini membuatku berpikir bahwa Ibu
mungkin saja berhubungan dengan wanita bernama Cheewan.
Ibu dan wanita itu adalah orang
yang sama.
Selesai
membaca surat dari Chuen, Bawahan Mu jadi merasa khawatir, karena Chuen sangat
pintar. Tapi Kakek Chom tidak ada rencana untuk melakukan apapun, jika Chuen
tahu, maka biarlah Chuen tahu.
“Kamu tidak
takut, jika dia tahu, dia tidak akan membalas dendam lagi? Karena Mr. Niwat
adalah Ayahnya,” kata Bawahan Mu, khawatir.
“Aku mengenal
cucuku dengan baik. Jika Chuen tahu, dia akan semakin membenci Ayahnya,” kata
Kakek Chom dengan sangat percaya diri.
Cucuku tersayang, Chuen.
Terima kasih telah mendengarkan
ku tanpa memberitahu Ibu mu tentang ini. Tentang apa yang membuatmu merasa
penasaran.
Aku belum akan memberitahumu
segalanya. Aku ingin kamu mencari tahu sendiri. Ketika kamu sudah besar, kamu
akan mengerti. Lalu ketika waktu nya datang, aku akan menjelaskan apa yang kamu
tanya- tanyakan.
Aku senang kamu memiliki teman
disekolah. Untuk pemeran utama didalam drama sekolah, aku benar- benar ingin
menontonnya. Tapi aku tidak bisa, karena aku masih punya banyak tugas. Jika
bisa, kamu kirimkan fotomu kepada ku dan Ibu mu untuk dilihat.
Terakhir, aku sangat bangga
padamu. Jangan lupa aku menunggu untuk melihat keluarga Mr. Niwat Chawal
hancur!
Selesai
membaca surat dari Kakek Chom, Chuen merasa bingung dan bertanya- tanya, apa
yang sebenarnya Kakek Chom maksud kan.
Dirumah
Chawal. Pelayan Jan menjelek- jelekkan Chuen. Dia mengatakan bahwa Chuen ada
menerima surat dari pria, dan dia yakin Chuen pasti ada berhubungan dengan pria
tidak jelas. Dan dia tidak sabar melihat Chuen hamil serta skandalnya
terbongkar. Mendengar itu, Yupa merasa tersindir dan ngeri, jadi dia terbatuk-
batuk. Tapi tidak ada yang sadar kalau tingkah Yupa agak aneh, karena mereka
masih sibuk menjelek- jelekkan Chuen.
Kanok tidak
sengaja mendengar pembicaraan mereka. Lalu dia masuk ke dalam kamar Mr. Niwat
dan menceritakan gosip barusan.
Walaupun
Chuen agak kasihan, tapi Mr. Niwat tidak tahu harus bagaimana. Karena sikap
Pelayan Jan, Pelayan Juea, dan Madam Kanda, agak sulit ditanganin.
Hari H
penampilan drama Romeo dan Juliet. Diruang rias.
Melihat
betapa cantiknya Chuen, Ying dan kedua teman lainnya memuji- muji Chuen. Lalu
Ying menggoda Chuen. Dia ingin tahu, antara Ton (profesor yang dingin dan
elegan) serta Tor (perwira yang bersahabat dan manis), “Siapa Romeo aslimu?”
tanyanya.
“Siapa?” tanya dua teman lainnya, ikut menggoda Chuen.
Makin penasaran..
ReplyDeleteLanjutt terussss