Original Network : Channel 7
Ton menemani
Lady Veena dan Chuen ke rumah sakit. Namun sesampainya disana, Lady Veena
menyuruh Ton untuk pergi duluan ke kamar rawat Mr. Niwat. Karena dia ingin
berbicara kepada Chuen. Dan tanpa mengatakan apapun, Ton pun pergi duluan ke
kamar Mr. Niwat.
“Chuen, nanti jangan katakan
apapun yang bisa memicu P’Niwat,” pinta Lady Veena dengan serius.
“Aku tidak ada hubungannya dengan
dia. Apapun yang aku katakan, dia seharusnya tidak akan merasa apapun kan,” balas Chuen, heran.
“Aku pinta padamu, mengerti?” tekan Lady Veena. Dan Chuen pun mengiyakan.
Mr. Niwat
sangat senang sekali, ketika melihat Chuen datang menjenguknya. Tapi Chuen sama
sekali tidak mau banyak berbicara kepada Mr. Niwat, jadi dia hanya mengatakan
satu atau dua kata saja, lalu diam. Kebanyakan Lady Veena yang berbicara dan
menjawab pertanyaan Mr. Niwat.
“Bagaimana sekolah?” tanya Mr. Niwat, perhatian.
“Bagus,” jawab Chuen, singkat.
“Chuen akan memainkan pemeran
utama di drama sekolah,” kata Lady Veena, memberita Mr.
Niwat.
“Itu bagus,” puji Mr. Niwat. “Bolehkah aku
datang menonton?”
“Ya,” jawab Chuen,
singkat.
“Jika kamu tidak mau aku pergi,
tidak apa. Aku tidak akan pergi,” kata Mr.
Niwat, mengerti kalau Chuen tidak menyukainya. Dan kali ini Chuen hanya diam
saja, tidak menjawab.
Merasa
suasana jadi agak tidak enak, Ton pun langsung mengalihkan topik. Lalu Lady
Veena dan Mr. Niwat mulai mengobrol berdua. Sedangkan Chuen hanya tetap diam
saja. Dan Ton memperhatikan Chuen dengan perasaan heran, ada apa dan kenapa
Chuen tidak menyukai Mr. Niwat.
Yupa
memberitahu Kade bahwa barusan dia melihat Ton pergi mengantarkan Chuen dan
Lady Veena untuk pergi menjenguk Mr. Niwat. Mengetahui itu, Kade merasa tidak
senang. Lalu Yupa pun membujuknya agar Kade jangan cemberut, dan dia ingin
memberikan saran kepada Kade. Tapi Kade malah menyindirnya.
“Memberikan saran padaku?
Menurutku kamu perlu fokus pada masalahmu terlebih dahulu,” sindir Kade dengan halus.
Mendengar
sindiran halus itu, Yupa merasa tidak senang. Tapi dia tidak berani meluapkan
emosinya pada Kade. Jadi ketika Pelayan Sa lewat, dia meluapkan emosinya kepada
Pelayan Sa.
“Jangan ikut campur, ketika sepupu
bicara!” kata Yupa dengan ketus kepada Pelayan Sa. “Nong Kade, menurutku kita harus bicara dikamarmu. Dibawah
sini, ada banyak orang yang berisik,” katanya
sambil menarik Kade.
Didalam
kamar. Yupa menjelaskan kepada Kade bahwa pria itu adalah makhluk yang ketika
mereka tahu kalau ada gadis yang menyukai mereka, mereka akan menjauhi gadis
itu.
“Ibu bila coba dekati dia. Tapi
kamu ingin aku bermain sulit didapatkan?” tanya Kade,
tidak mengerti maksud Yupa.
“Bukan Nong Kade,” jawab Yupa. Lalu dia menjelaskan, “Maksudku kamu harus melakukan keduanya.”
Maksud Yupa,
Kade tetap harus mendekati Ton. Tapi Kade juga harus bermain sulit didapatkan,
dengan cara membuat Ton melihat bahwa ada pria lain yang menyukai Kade juga.
Jadi Yupa menyarankan Kade agar menggunakan Songwut, walaupun Kade tidak
menyukai Songwut, itu tidak masalah, karena Kade hanya perlu membuat Ton
melihat kalau ada pria lain yang menyukai Kade. Jadi itu akan membuat Ton
semakin menghargai nilai Kade.
Mendengar
saran dari Yupa ini, Kade merasa kalau Yupa benar.
Yupa datang
menjumpai Songwut dikota. Dia memberitahu Songwut bahwa Kade bersedia untuk
keluar dan menemui Songwut. Mengetahui itu, Songwut merasa sangat senang dan
dia berjanji manis kepada Yupa bahwa dia tidak akan melupakan kebaikan Yupa
ini. Lalu dia menawarkan diri untuk mentraktir Yupa. Dengan senang, Yupa
mengatakan bahwa dia lebih ingin agar Songwut membelikan kain serta menjahitkan
pakaian untuknya. Dan Songwut setuju.
Lalu sambil
bergadengan tangan, Yupa dan Songwut pergi bersama- sama.
Pertama,
Songwut dan Yupa pergi ke tempat jahit untuk memesan pakaian. Lalu setelah
siap, Yupa pamit untuk pulang, karena ini sudah sore. Tapi Songwut mengajak Yupa
untuk makan bersama terlebih dahulu dan dia akan traktir. Jadi kedua, mereka
pun pergi untuk makan malam bersama.
“Mm… ini
sangat enak,” kata Yupa, memuji makanan yang dimakannya. Lalu dia melihat
langit dan tersadar, “Yah, ampun. Aku sibuk mengobrol denganmu. Dan tidak
terasa sudah gelap.”
“Gimana kalau
nanti kita berhenti dirumah ku dulu, kenalan dengan bibi ku,” ajak Songwut.
“Lain kali
saja ya,” tolak Yupa.
“Hanya
katakan ‘hi’ sebentar saja padanya. Aku janji, setelah itu, aku akan
mengantarkanmu sampai ke depan rumahmu,” bujuk Songwut. Lalu dia memegang
tangan Yupa dengan lembut, “Yupa,” pintanya.
Sikap Songwut
yang sangat lembut, membuat Yupa malu dan setuju dengan ajakan Songwut untuk
berkunjung sebentar nantinya.
Ternyata
Songwut bukanlah anak orang kaya, melainkan dia hanya orang miskin yang
berpura- pura sebagai orang kaya. Ketika Yupa sampai dirumah Songwut yang
sangat kecil sekali, Yupa merasa telah ditipu dan dia marah. Lalu dia ingin
pulang. Tapi Songwut memeluk Yupa dan tidak mau mengizinkannya untuk pulang.
“Hey!
Lepaskan aku!” kata Yupa sambil memberontak.
“Yupa, aku
mencintaimu. Dan aku tahu bahwa kamu menyukai ku juga,” kata Songwut sambil
mulai mencium Yupa.
“Aku tidak
pernah menyukaimu!” teriak Yupa.
“Jika kamu
tidak menyukaiku, mengapa kamu menggodaku?!” balas Songwut sambil mencium Yupa
dan menarik Yupa ke tempat tidurnya.
“Siapapun
tolong! Tolong! Bibi! Tolong!” teriak Yupa, panik.
Dirumah.
Madam Kanda menunggu Yupa dengan cemas. Tapi sampai tengah malam, Yupa belum
pulang juga. Dan Madam Kanda pun tidak tahan lagi.
“Hey,
beritahu Khun Yupa untuk menemuiku di kamar,” perintah Madam Kanda kepada
Pelayan Jan dan Pelayan Juea.
“Baik,” jawab
Pelayan Jan dan Pelayan Juea.
Ketika
akhirnya Yupa pulang dan datang ke kamarnya, Madam Kanda langsung menanyai,
kemana Yupa pergi. Dan Yupa menjawab bahwa dia barusan pergi menonton sama
temannya. Mendengar itu, Madam Kanda memarahi Yupa. Dan Yupa meminta maaf. Tapi
Madam Kanda tidak memaafkannnya serta menamparnya.
“Maaf? Maaf!
Maaf! Maaf! Aku tidak ingin mendengar perkataan maaf mu! Aku ingin kamu
mendengarkan perintahku!” bentak Madam Kanda. “Aku berusaha membersihkanmu,
berharap kamu akan mendapatkan Khun Tor. Tapi lihat bagaimana kamu bersikap,
akankah Lord dan Lady menginginkanmu jadi menantu mereka?! Huh?! Khususnya
ketika Chuen sekarang menjadi favorit mereka!”
“Bolehkah aku
pergi sekarang?” tanya Yupa dengan datar. Mendengar ini, Madam Kanda menatap
Yupa dengan tajam. “Aku capek,” jelas Yupa sambil menahan air matanya.
“Capek? Apa
yang kamu lakukan sampai capek?” tanya Madam Kanda, heran.
“Pergi keluar
juga bisa membuat capek, Bibi,” jawab Yupa agak emosi. “Bibi tidak perlu takut.
Aku tidak akan membiarkan Khun Tor lepas dari tanganku! Khun Tor yang harus
kamu khawatirkan sekarang!” katanya. Lalu dia pergi.
Kembali ke
kamar, Yupa menangis.
Flash back
Setelah
Songwut meniduri Yupa, dia mengancam Yupa untuk datang ke tempatnya lagi besok.
Lagian Yupa juga memang sudah tidak perawan, jadi dia mengatai supaya Yupa
tidak usah sok- sokan. Jika Yupa tidak datang, maka dia akan datang ke rumah
Yupa. Lalu dia memeras Yupa untuk memberikan uang padanya, sebab hari ini dia
sudah menghabiskan banyak uang untuk Yupa. Dengan sangat terpaksa, Yupa pun
memberikan uang nya.
Setelah itu,
barulah Yupa bisa pergi.
Flash back end
Mengingat
kejadian itu, Yupa merasa sangat benci. Dan dia menangis.
Chuen
menitipkan surat yang ditulisnya kepada Loy supaya diberikan kepada Wings dan
diantarkan kepada Kakek Chom serta Ibu Choi di kampung.
Setelah itu,
Chuen pergi menemui Nanny Aon dirumah kecil. Dia mengajak Nanny Aon untuk
keluar bersamanya, karena dia mau membelikan snack untuk teman- temannya.
Tepat disaat
itu Ton datang, dan Nanny Aon pun langsung memanggil Ton. Dia meminta Ton untuk
mengantarkan Chuen pergi dan membeli snack. Tapi Chuen langsung menolak.
Melihat sikap Chuen yang menolak tanpa mau menoleh dan melihatnya, membuat Ton
jadi ingin menggoda Chuen.
“Mungkin dia
ingin beli snack untuk makan di dalam kelas,” kata Ton dengan sengaja.
“Benarkah?!
Benarkah Khun Chuen?!” tanya Nanny Aon, cemas dan tidak setuju.
“Temanku dan
aku tidak akan melakukan itu,” balas Chuen.
“Aku percaya
dia,” kata Nanny Aon kepada Ton sambil tersenyum.
“Jika begitu,
beritahu dia aku bisa membawa dia. Demi Nanny,” kata Ton kepada Nanny Aon
sambil balas tersenyum.
“Bibi,
beritahu Boss mu kalau aku bisa mengundang P’Nat dan P’Nan. Tidak perlu
merepotkan dia, kalau dia tidak mau,” kata Chuen kepada Nanny Aon. Lalu dia
pamit dan pergi tanpa mau menatap Ton sama sekali.
Ton mengikuti
Chuen dan menyindir bahwa Chuen sangat berbakat, karena baru sebentar saja
Chuen tinggal disini, tapi Chuen sudah akrab dengan Nat dan Nan. Kemudian Chuen
pun membalas bahwa dia dekat dengan siapapun yang baik padanya.
Lalu sebelum
Ton sempat mengatakan apapun, Kade datang. Dan Chuen pun menyindir, “Bukankah
itu orang terdekatmu?”
Dengan mesra,
Kade memeluk lengan Ton dan menanyai, apa yang sedang mereka berdua bicarakan.
Dan Chuen pun menjelaskan bahwa Ton mau mengantarkannya untuk membeli sesuatu,
dan dia merasa sangat tersanjung. Mendengar itu, Kade langsung mengatakan
kepada Ton bahwa dia ingin ikut juga. Dan Ton mengiyakan.
“Terima kasih
banyak Khun Ton. Aku begitu kesepian dirumah sendirian,” kata Kade dengan
sangat senang.
“Jika kamu
kesepian, mengapa kamu tidak ke rumah sakit untuk menjenguk Ayahmu?” sindir
Chuen, bertanya.
“Itu
urusanku!” bentak Kade.
“Jeez! Aku
tidak tahan kamu begitu berisik,” keluh Chuen.
“Chuen!”
tegur Ton. “Kamu anak yang tidak tahu bagaimana berbicara ya.”
“Mungkin dia
memang tidak bisa di disiplinkan lagi,” kata Kade.
“Aku tidak
perlu siapapun untuk mendisplikanku,” balas Chuen.
Tepat disaat
itu, Nat dan Nan datang. Chuen pun memberitahu mereka bahwa dia baru saja mau
menemui mereka, karena dia ingin mengajak mereka untuk menemaninya pergi
membeli sesuatu. Dengan senang hati, Nat dan Nan setuju.
“Tapi
bukankah kamu harus meminta izin pada wali mu terlebih dahulu? Dia berdiri
disana dengan wajah cemberut,” kata Nan menggoda Chuen sambil melirik ke arah
Ton.
“Hoho… jika
yang kamu maksud Khun Ton, kamu bisa pergi kemanapun yang kamu mau, karena Khun
Ton akan membawaku keluar juga,” kata Kade sambil tertawa senang.
“Benarkah
Khun Ton?” tanya Nan, tidak percaya dengan Kade.
“Benar. Chuen sudah memberitahu ku bahwa dia mau pergi dengan kalian. Aku sudah memberikannya izin,” balas Ton dengan ketus. “Ayo, Khun Kade,” ajaknya.