Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 6 part 3

 

Original Network : Channel 7


Ton menemani Lady Veena dan Chuen ke rumah sakit. Namun sesampainya disana, Lady Veena menyuruh Ton untuk pergi duluan ke kamar rawat Mr. Niwat. Karena dia ingin berbicara kepada Chuen. Dan tanpa mengatakan apapun, Ton pun pergi duluan ke kamar Mr. Niwat.

Chuen, nanti jangan katakan apapun yang bisa memicu PNiwat, pinta Lady Veena dengan serius.

Aku tidak ada hubungannya dengan dia. Apapun yang aku katakan, dia seharusnya tidak akan merasa apapun kan, balas Chuen, heran.

Aku pinta padamu, mengerti? tekan Lady Veena. Dan Chuen pun mengiyakan.


Mr. Niwat sangat senang sekali, ketika melihat Chuen datang menjenguknya. Tapi Chuen sama sekali tidak mau banyak berbicara kepada Mr. Niwat, jadi dia hanya mengatakan satu atau dua kata saja, lalu diam. Kebanyakan Lady Veena yang berbicara dan menjawab pertanyaan Mr. Niwat.

Bagaimana sekolah? tanya Mr. Niwat, perhatian.

Bagus, jawab Chuen, singkat.

Chuen akan memainkan pemeran utama di drama sekolah, kata Lady Veena, memberita Mr. Niwat.

Itu bagus, puji Mr. Niwat. Bolehkah aku datang menonton?

Ya, jawab Chuen, singkat.

Jika kamu tidak mau aku pergi, tidak apa. Aku tidak akan pergi, kata Mr. Niwat, mengerti kalau Chuen tidak menyukainya. Dan kali ini Chuen hanya diam saja, tidak menjawab.


Merasa suasana jadi agak tidak enak, Ton pun langsung mengalihkan topik. Lalu Lady Veena dan Mr. Niwat mulai mengobrol berdua. Sedangkan Chuen hanya tetap diam saja. Dan Ton memperhatikan Chuen dengan perasaan heran, ada apa dan kenapa Chuen tidak menyukai Mr. Niwat.


Yupa memberitahu Kade bahwa barusan dia melihat Ton pergi mengantarkan Chuen dan Lady Veena untuk pergi menjenguk Mr. Niwat. Mengetahui itu, Kade merasa tidak senang. Lalu Yupa pun membujuknya agar Kade jangan cemberut, dan dia ingin memberikan saran kepada Kade. Tapi Kade malah menyindirnya.

Memberikan saran padaku? Menurutku kamu perlu fokus pada masalahmu terlebih dahulu, sindir Kade dengan halus.

Mendengar sindiran halus itu, Yupa merasa tidak senang. Tapi dia tidak berani meluapkan emosinya pada Kade. Jadi ketika Pelayan Sa lewat, dia meluapkan emosinya kepada Pelayan Sa.

Jangan ikut campur, ketika sepupu bicara! kata Yupa dengan ketus kepada Pelayan Sa. Nong Kade, menurutku kita harus bicara dikamarmu. Dibawah sini, ada banyak orang yang berisik, katanya sambil menarik Kade.


Didalam kamar. Yupa menjelaskan kepada Kade bahwa pria itu adalah makhluk yang ketika mereka tahu kalau ada gadis yang menyukai mereka, mereka akan menjauhi gadis itu.

Ibu bila coba dekati dia. Tapi kamu ingin aku bermain sulit didapatkan? tanya Kade, tidak mengerti maksud Yupa.

Bukan Nong Kade, jawab Yupa. Lalu dia menjelaskan, Maksudku kamu harus melakukan keduanya.

Maksud Yupa, Kade tetap harus mendekati Ton. Tapi Kade juga harus bermain sulit didapatkan, dengan cara membuat Ton melihat bahwa ada pria lain yang menyukai Kade juga. Jadi Yupa menyarankan Kade agar menggunakan Songwut, walaupun Kade tidak menyukai Songwut, itu tidak masalah, karena Kade hanya perlu membuat Ton melihat kalau ada pria lain yang menyukai Kade. Jadi itu akan membuat Ton semakin menghargai nilai Kade.

Mendengar saran dari Yupa ini, Kade merasa kalau Yupa benar.

Yupa datang menjumpai Songwut dikota. Dia memberitahu Songwut bahwa Kade bersedia untuk keluar dan menemui Songwut. Mengetahui itu, Songwut merasa sangat senang dan dia berjanji manis kepada Yupa bahwa dia tidak akan melupakan kebaikan Yupa ini. Lalu dia menawarkan diri untuk mentraktir Yupa. Dengan senang, Yupa mengatakan bahwa dia lebih ingin agar Songwut membelikan kain serta menjahitkan pakaian untuknya. Dan Songwut setuju.

Lalu sambil bergadengan tangan, Yupa dan Songwut pergi bersama- sama.


Pertama, Songwut dan Yupa pergi ke tempat jahit untuk memesan pakaian. Lalu setelah siap, Yupa pamit untuk pulang, karena ini sudah sore. Tapi Songwut mengajak Yupa untuk makan bersama terlebih dahulu dan dia akan traktir. Jadi kedua, mereka pun pergi untuk makan malam bersama.



“Mm… ini sangat enak,” kata Yupa, memuji makanan yang dimakannya. Lalu dia melihat langit dan tersadar, “Yah, ampun. Aku sibuk mengobrol denganmu. Dan tidak terasa sudah gelap.”

“Gimana kalau nanti kita berhenti dirumah ku dulu, kenalan dengan bibi ku,” ajak Songwut.

“Lain kali saja ya,” tolak Yupa.

“Hanya katakan ‘hi’ sebentar saja padanya. Aku janji, setelah itu, aku akan mengantarkanmu sampai ke depan rumahmu,” bujuk Songwut. Lalu dia memegang tangan Yupa dengan lembut, “Yupa,” pintanya.

Sikap Songwut yang sangat lembut, membuat Yupa malu dan setuju dengan ajakan Songwut untuk berkunjung sebentar nantinya.


Ternyata Songwut bukanlah anak orang kaya, melainkan dia hanya orang miskin yang berpura- pura sebagai orang kaya. Ketika Yupa sampai dirumah Songwut yang sangat kecil sekali, Yupa merasa telah ditipu dan dia marah. Lalu dia ingin pulang. Tapi Songwut memeluk Yupa dan tidak mau mengizinkannya untuk pulang.

“Hey! Lepaskan aku!” kata Yupa sambil memberontak.

“Yupa, aku mencintaimu. Dan aku tahu bahwa kamu menyukai ku juga,” kata Songwut sambil mulai mencium Yupa.

“Aku tidak pernah menyukaimu!” teriak Yupa.

“Jika kamu tidak menyukaiku, mengapa kamu menggodaku?!” balas Songwut sambil mencium Yupa dan menarik Yupa ke tempat tidurnya.

“Siapapun tolong! Tolong! Bibi! Tolong!” teriak Yupa, panik.

Dirumah. Madam Kanda menunggu Yupa dengan cemas. Tapi sampai tengah malam, Yupa belum pulang juga. Dan Madam Kanda pun tidak tahan lagi.

“Hey, beritahu Khun Yupa untuk menemuiku di kamar,” perintah Madam Kanda kepada Pelayan Jan dan Pelayan Juea.

“Baik,” jawab Pelayan Jan dan Pelayan Juea.


Ketika akhirnya Yupa pulang dan datang ke kamarnya, Madam Kanda langsung menanyai, kemana Yupa pergi. Dan Yupa menjawab bahwa dia barusan pergi menonton sama temannya. Mendengar itu, Madam Kanda memarahi Yupa. Dan Yupa meminta maaf. Tapi Madam Kanda tidak memaafkannnya serta menamparnya.


“Maaf? Maaf! Maaf! Maaf! Aku tidak ingin mendengar perkataan maaf mu! Aku ingin kamu mendengarkan perintahku!” bentak Madam Kanda. “Aku berusaha membersihkanmu, berharap kamu akan mendapatkan Khun Tor. Tapi lihat bagaimana kamu bersikap, akankah Lord dan Lady menginginkanmu jadi menantu mereka?! Huh?! Khususnya ketika Chuen sekarang menjadi favorit mereka!”

“Bolehkah aku pergi sekarang?” tanya Yupa dengan datar. Mendengar ini, Madam Kanda menatap Yupa dengan tajam. “Aku capek,” jelas Yupa sambil menahan air matanya.

“Capek? Apa yang kamu lakukan sampai capek?” tanya Madam Kanda, heran.

“Pergi keluar juga bisa membuat capek, Bibi,” jawab Yupa agak emosi. “Bibi tidak perlu takut. Aku tidak akan membiarkan Khun Tor lepas dari tanganku! Khun Tor yang harus kamu khawatirkan sekarang!” katanya. Lalu dia pergi.

Kembali ke kamar, Yupa menangis.


Flash back

Setelah Songwut meniduri Yupa, dia mengancam Yupa untuk datang ke tempatnya lagi besok. Lagian Yupa juga memang sudah tidak perawan, jadi dia mengatai supaya Yupa tidak usah sok- sokan. Jika Yupa tidak datang, maka dia akan datang ke rumah Yupa. Lalu dia memeras Yupa untuk memberikan uang padanya, sebab hari ini dia sudah menghabiskan banyak uang untuk Yupa. Dengan sangat terpaksa, Yupa pun memberikan uang nya.

Setelah itu, barulah Yupa bisa pergi.

Flash back end

Mengingat kejadian itu, Yupa merasa sangat benci. Dan dia menangis.

Chuen menitipkan surat yang ditulisnya kepada Loy supaya diberikan kepada Wings dan diantarkan kepada Kakek Chom serta Ibu Choi di kampung.

Setelah itu, Chuen pergi menemui Nanny Aon dirumah kecil. Dia mengajak Nanny Aon untuk keluar bersamanya, karena dia mau membelikan snack untuk teman- temannya.


Tepat disaat itu Ton datang, dan Nanny Aon pun langsung memanggil Ton. Dia meminta Ton untuk mengantarkan Chuen pergi dan membeli snack. Tapi Chuen langsung menolak. Melihat sikap Chuen yang menolak tanpa mau menoleh dan melihatnya, membuat Ton jadi ingin menggoda Chuen.

“Mungkin dia ingin beli snack untuk makan di dalam kelas,” kata Ton dengan sengaja.

“Benarkah?! Benarkah Khun Chuen?!” tanya Nanny Aon, cemas dan tidak setuju.

“Temanku dan aku tidak akan melakukan itu,” balas Chuen.

“Aku percaya dia,” kata Nanny Aon kepada Ton sambil tersenyum.


“Jika begitu, beritahu dia aku bisa membawa dia. Demi Nanny,” kata Ton kepada Nanny Aon sambil balas tersenyum.

“Bibi, beritahu Boss mu kalau aku bisa mengundang P’Nat dan P’Nan. Tidak perlu merepotkan dia, kalau dia tidak mau,” kata Chuen kepada Nanny Aon. Lalu dia pamit dan pergi tanpa mau menatap Ton sama sekali.


Ton mengikuti Chuen dan menyindir bahwa Chuen sangat berbakat, karena baru sebentar saja Chuen tinggal disini, tapi Chuen sudah akrab dengan Nat dan Nan. Kemudian Chuen pun membalas bahwa dia dekat dengan siapapun yang baik padanya.

Lalu sebelum Ton sempat mengatakan apapun, Kade datang. Dan Chuen pun menyindir, “Bukankah itu orang terdekatmu?”


Dengan mesra, Kade memeluk lengan Ton dan menanyai, apa yang sedang mereka berdua bicarakan. Dan Chuen pun menjelaskan bahwa Ton mau mengantarkannya untuk membeli sesuatu, dan dia merasa sangat tersanjung. Mendengar itu, Kade langsung mengatakan kepada Ton bahwa dia ingin ikut juga. Dan Ton mengiyakan.

“Terima kasih banyak Khun Ton. Aku begitu kesepian dirumah sendirian,” kata Kade dengan sangat senang.

“Jika kamu kesepian, mengapa kamu tidak ke rumah sakit untuk menjenguk Ayahmu?” sindir Chuen, bertanya.

“Itu urusanku!” bentak Kade.

“Jeez! Aku tidak tahan kamu begitu berisik,” keluh Chuen.

“Chuen!” tegur Ton. “Kamu anak yang tidak tahu bagaimana berbicara ya.”

“Mungkin dia memang tidak bisa di disiplinkan lagi,” kata Kade.

“Aku tidak perlu siapapun untuk mendisplikanku,” balas Chuen.


Tepat disaat itu, Nat dan Nan datang. Chuen pun memberitahu mereka bahwa dia baru saja mau menemui mereka, karena dia ingin mengajak mereka untuk menemaninya pergi membeli sesuatu. Dengan senang hati, Nat dan Nan setuju.

“Tapi bukankah kamu harus meminta izin pada wali mu terlebih dahulu? Dia berdiri disana dengan wajah cemberut,” kata Nan menggoda Chuen sambil melirik ke arah Ton.

“Hoho… jika yang kamu maksud Khun Ton, kamu bisa pergi kemanapun yang kamu mau, karena Khun Ton akan membawaku keluar juga,” kata Kade sambil tertawa senang.


“Benarkah Khun Ton?” tanya Nan, tidak percaya dengan Kade.

“Benar. Chuen sudah memberitahu ku bahwa dia mau pergi dengan kalian. Aku sudah memberikannya izin,” balas Ton dengan ketus. “Ayo, Khun Kade,” ajaknya.

Post a Comment

Previous Post Next Post