Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 4 part 3

 

Original Network : Channel 7

Chuen sudah pindah dari rumah kecil dan rumah besar. Jadi saat dia merindukan Nanny Aon, dia harus pergi ke rumah kecil. Sialnya, saat dia keluar dari rumah, dia bertemu dengan Yupa. Dan ketika Yupa menanyainya, apakah Kade ada dirumah, dia diam dan mengabaikan Yupa.

“Hey, kau. Apa kau tuli? Kau tidak dengar aku bertanya?” tanya Yupa, menghalangin jalan Chuen. Dan Chuen diam. “Aku tanya jika Khun Kade ada didalam rumah atau tidak. Apa kau tidak mengerti bahasa manusia? Oh, aku lupa. Kau tinggal terlalu lama dengan kerbau, jadi kau lupa bahasa manusia seperti apa,” ejeknya.

“Bagaimana aku tahu kau bicara padaku? Sejak namaku bukan ‘kau’,” balas Chuen.


Chuen dan Yupa mulai saling mengejek satu sama lain. Lalu Kade datang, dan Yupa mengadu padanya. Dia berpura- pura merasa ngeri dan meminta Kade untuk menolongnya, karena Chuen ingin mengambil darah dari multunya. Kepadahal Chuen mengatakan itu, karena Yupa mengejeknya anak kampung, jadi Chuen ingin tahu apa bedanya darah bangsawan dengan darah orang kampung sepertinya.

“Beraninya kamu berbicara tidak sopan kepada P’ Yupa?” kata Kade, memarahi Chuen.

“Dan beraninya sepupumu berbicara tidak sopan padaku?!” balas Chuen.

“Yah, kau cuma orang kampung yang mereka pungut dan besarkan. Mengapa dia tidak bisa?” balas Kade, tidak merasa sikap Yupa salah. “Kau! Kau! Kau! Kau!” ejeknya dengan agresif.

Chuen tidak tahan dengan Kade dan Yupa. Jadi dia mengangkat tangannya, berpura- pura ingin meninju. Kepadahal dia hanya ingin menakut- nakuti mereka saja biar diam.



Ton yang sedari tadi memperhatikan bertengkaran mereka bertiga dari rumah, dia keluar. Melihat itu, Kade langsung memeluk Ton dan mengadu padanya. Bahkan Yupa juga ikut mengadu. Lalu Ton pun menanyai Chuen, apa yang terjadi. Sekaligus Ton menegur Chuen, karena tadi dia mendengar Chuen terus memanggil orang dengan ‘kau, kau, kau’.

Melihat Ton berpihak kepada Kade serta Yupa, Chuen merasa tidak nyaman dan agak terluka. Tapi dia berusaha untuk tetap terlihat kuat.


“Aku tanya, mengapa kamu tidak jawab? Apa kamu dengar aku?” tanya Ton.

“Aku dengar,” jawab Chuen.

“Kemudian mengapa kamu tidak jawab?” balas Ton.

“Karena kau pikir aku tidak membutuhkan jawabanku. Karena kamu mungkin sudah berpikir bahwa aku yang salah,” jawab Chuen.

“Aku tanya, kamu bertugas menjawabku. Bukan melawan,” tegur Ton.

Kemudian Ton menanyai Kade, apa yang terjadi. Tentu saja, Kade mengadukan hal buruk tentang Chuen. Lalu Yupa juga ikut mengadu. Dengan sikap berpura- pura takut, dia memberitahu Ton bahwa Chuen mengancam mau mengambil darah dari mulutnya. Mendengar itu, Ton menanyai Chuen lagi, apakah Chuen benar- benar mengatakan itu.


“Itu benar. Karena aku ingin tahu warna darah bangsawan, apakah merah seperti orang kampung seperti ku atau tidak,” kata Chuen. “Aku hanya berbicara dari apa yang Khun Yupa tentangku,” jelasnya.

“Ya ampun, apa kamu gila Chuen? Seseorang sepertiku mana berani mengatakan kata vulgar seperti itu?” keluh Yupa, bersikap polos.

“Khun Ton, P’Yupa bukan orang yang seperti itu. Dia tidak akan mengatakan hal buruk atau vulgar seperti Chuen,” kata Kade, mendukung Yupa.

“Haruskah kita sudahi saja masalah ini. Aku tidak ingin Ton merasa tidak enak. Selain itu, aku tidak menyalahkan Chuen,” kata Yupa, berpura- pura menjadi orang baik.


Mendengar perkataan Kade dan Yupa yang senada, membuat Ton jadi agak mempercayai mereka. Hal itu membuat, Chuen merasa sedih. Karena dimata Ton, dia selalu salah. Kemudian diapun pergi dan Ton menyusulnya. Dengan panik, Kade ingin menghentikan Ton. Tapi Yupa memegang tangan Kade dan menahannya.

“Kamu harus tetap tenang. Jika kamu mengikuti dia sekarang, dia akan mengkritikmu. Nong Kade, kamu perlu tetap tenang. Jangan bertingkat gegabah,” kata Yupa, mengajarkan Kade.


Chuen menangis. Dan Nanny Aon memeluk serta menghiburnya. Lalu Ton datang, dia mengomentari bahwa karena Nanny Aon seperti inilah, maka Chuen pun menjadi manja dan tidak takut pada siapapun.

Malas melihat Ton yang selalu sok bersikap adil dan mengomentari orang. Chuen pun pamit kepada Nanny Aon dan pergi. Lalu Ton menyusulnya.


Ton mengomentari kalau Chuen itu sok angkuh dan sok pintar. Lalu Chuen pun membalas bahwa dia tahu dengan sangat baik, apa alasan mengapa dia bisa tinggal disini, itu karena kebaikan Lord, Lady, Tor, dan Ton. Jadi mana berani dia sok angkuh dan sok pintar. Tapi ini bukan berarti, setiap orang bisa menghina dan mengejeknya, hanya karena dia datang dari kampung. Bahkan dia labeli sebagai orang kasta rendah.

“Hey, disini kalian,” kata Tor, datang menghampiri Chuen dan Ton. “Apa yang kalian bicarkan? Owh, Chuen mengapa kamu menangis?” tanyanya, perhatian.

“Tidak ada. Bagaimana bisa orang rendahan seperti ku berani berdebat dengan siapapun dirumah ini?” jawab Chuen.


Mendengar jawaban Chuen kepada Tor, Ton merasa terganggu. Jadi dia memberitahu Tor bahwa Chuen barusan bertengkar dengan Kade dan Yupa. Lalu saat dia bertanya, Chuen sok kuat, lalu pergi begitu saja. Dan Chuen membalas bahwa dia tidak sok kuat, tapi tidak ada yang bisa dikatakannya lagi.

“Sudah, sudah. Itu sudah berlarlu sekarang,” kata Tor, menengahi. “Chuen, bisakah kamu memaafkannya? Demi Ayah,Bibi Lady, aku dan Khun Ton. Lalu lainkali hindari mereka, jika kamu bisa,” jelasnya dengan lembut. Dan Chuen diam. Lalu dia pergi.




Diruang tamu. Lady Veena memberitahu Mr. Niwat bahwa dia ingin mengubah nama Chuencheewa menjadi Chuencheewa Chawal. Dan Mr. Niwat setuju saja, karena menurutnya Chuen adalah anak yang baik. Tapi Madam Kanda tidak setuju dan sangat menentang keras. Namun Lady Veena tidak memperdulikan pendapat Madam Kanda, yang penting baginya, Mr. Niwat setuju dan mengizinkan.

Keesokan harinya. Lady Veena mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada Mr. Niwat, karena sudah setuju dan mengizinkannya menggunakan nama Chawal kepada Chuen. Dan Mr. Niwat menjelaskan alasannya setuju. Dia setuju, karena wajah Chuen mirip dengan wajah mantan kekasihnya dulu.


Lalu Chuen datang, dan Lady Veena serta Mr. Niwat langsung memberitahunya bahwa mereka akan menambahkan Chawal dinama Chuen. Dan Chuen mengiyakan.

“Aku punya hadiah untukmu,” kata Mr. Niwat kepada Chuen. Dia memberikan sebuah kalung emas. “Pakaikan kalung ini di leher putrimu,” katanya kepada Lady Veena. Dengan senang hati, Lady Veena menerima kalung tersebut.

“Kalung ini sangat cantik. Tapi… tapi aku tidak mau,” tolak Chuen.

“Mengapa tidak?” tanya Lady Veena, bingung. Dan Mr. Niwat merasa sedih.

“Karena ini bukan milikmu,” jawab Chuen.


Lady Veena bingung dengan sikap Chuen. Tapi karena Chuen tidak mau menerima kalung tersebut, bila kalung dari Mr. Niwat, maka Lady Veena memberitahu Chuen bahwa anggap saja ini hadiah kalung darinya. Lalu dia memakaikan kalung tersebut di leher Chuen.

“Kamu cocok mengenakan kalung ini,” puji Lady Veena, setelah memakaikan kalung tersebut dileher Chuen. “Hei, ucapkan terima kasih kepada Paman,” katanya.

Tanpa mengatakan apapun, Chuen menunjukkan rasa terima kasihnya melalui sikapnya. Dia melipat tangannya dan menundukkan kepalanya kepada Mr. Niwat.





Kemudian Lady Veena berniat membawa Chuen ke suatu tempat. Dan Chuen menyembunyikan kalung dari Mr. Niwat didalam bajunya. Tapi pada saat dia melihat Yupa dan Madam Kanda datang, dia langsung mengeluarkan kalung tersebut dan tersenyum memamerkan.

Melihat kalung itu and ekspresi Chuen, Madam Kanda sangat tidak senang. Tapi dia diam dan tidak mengatakan apapun.

Post a Comment

Previous Post Next Post