Original Network : Channel 7
Mr. Niwat
menyebutkan nama Cheewan Vichaluck. Tapi Chuen sama sekali tidak tahu. Jadi dia
menunjukkan sebuah foto yang ada di dompetnya. Sayangnya, ketika Chuen melihat wanita
di dalam foto, dia tidak mengenali wanita tersebut. Walaupun Mr. Niwat kecewa,
tapi dia mencoba untuk menerima kenyataan.
Lalu Chuen
pun pergi. Dan Mr. Niwat tidak ada menghentikannya lagi.
Madam Kanda
dan Kade kebetulan pulang. Dan dari dalam mobil, mereka melihat Mr. Niwat yang
sedang mengobrol dengan Chuen.
Didalam
kamar. Chuen tersenyum bangga, karena berhasil membuat Mr. Niwat merasa kecewa,
ketika dia mengabaikan Mr. Niwat. Tapi kemudian dia bertanya- tanya sendiri,
kenapa Mr. Niwat tampak kecewa saat dia mengabaikannya. Lalu dia teringat foto
wanita yang Mr. Niwat tunjukkan.
Chuen ingat
bahwa foto itu mirip dengan foto Ibu Choi semasa muda dulu. Dan dia pernah
melihat foto itu, saat membersihkan kamar Ibu Choi. “Jadi mengapa pria itu bisa memiliki foto Ibu? Dan siapa Cheewan
Vichaluck? Aku harus bertanya Kakek!”
Didalam
kamar. Dengan sikap agresif, Madam Kanda menanyai, apa yang Mr. Niwat bicarakan
dengan Chuen tadi. Dan Mr. Niwat tidak mau memberitahu, juga dia merasa agak
malas untuk meladeni Madam Kanda, sebab sikap Madam Kanda terlalu agresif dan
cara Madam Kanda memanggil Chuen seperti merendahkan Chuen.
“Hey …”
teriak Madam Kanda, menuntut jawaban.
“Cukup.
Berhenti! Jangan membuat ku kehilangan kesabaran denganmu!” bentak Mr. Niwat
dengan keras. “Kumohon,” pintanya, melembutkan suara sedikit.
Malam hari.
Songwut mengantarkan Yupa pulang. Dengan hati- hati, Yupa melihat ke
sekeliling, lalu ketika dia melihat Pelayan Jan, dia memanggilnya dengan pelan.
“Apa semua
orang sudah tidur?” tanya Yupa, memastikan.
“Sepertinya
belum,” jawab Pelayan Jan. Lalu dia memperhatikan Songwut. “Siapa yang kamu
bawa pulang? Teman atau pacar?” tanyanya, ingin tahu.
“Ini bukan
urusanmu,” balas Yupa.
Kemudian
Songwut pun pamit dan pulang. Lalu Yupa menyuruh Pelayan Jan untuk jangan
memberitahu Madam Kanda tentang hal ini. Dan Pelayan Jan mengiyakan dengan
patuh.
Keesokan
paginya. Pelayan Jan mengkhianati Yupa tanpa ragu ataupun rasa bersalah. Dia
melaporkan kejadian semalam kepada Madam Kanda.
Didalam
kamar. Madam Kanda memperingatkan Yupa, jika Yupa ingin mendapatkan Tor, maka
Yupa harus berhenti berhubungan dengan Songwut. Dan dengan patuh, Yupa
mengiyakan. Tapi setelah Madam Kanda pergi dari kamarnya, dia ekspresi wajahnya
langsung berubah jadi kejam.
“Bibi tidak akan
mendengar tentang ku dan Songwut. Tapi malahan kamu akan mendengar tentang si
cantik Nong Kade dengan dia,” gumam Yupa sambil tersenyum licik.
Yupa datang
mengunjungi kamar Kade. Saat dia masuk dan melihat kamar Kade yang begitu besar
dan luas, bahkan cantik, dia merasa agak iri. Lalu dia menceritakan kepada Kade
bahwa kemarin dia bertemu dengan Songwut, dan Songwut terus menanyai tentang
Kade. Mengetahui itu, Kade merasa bangga, karena dia tahu Songwut menyukainya. Ini
tandanya dia populer. Tapi sayangnya, dia sudah memiliki Ton. Jadi dia hanya
menggunakan Songwut saja.
“Hah,” kata
Yupa, tidak menyangka.
“Tapi jika
kamu menyukai dia, kamu bisa memiliki dia,” kata Kade, bersikap dermawan.
“Khun Kade.
Mengapa kamu mengatakan itu?! Kamu punya Khun Ton, aku punya Khun Tor, benar
kan?” balas Yupa, mengeluh. Dan Kade tertawa membenarkan.
Seperti
biasa, keluarga Sarayut pergi berlibur ke Rungsit. Namun kali ini, bukan hanya
Kade saja yang mengikuti keluarga Sarayut, tapi Madam Kanda dan Mr. Niwat juga
ikut.
Sesampainya
di Rungsit, Chuen langsung meminta izin Lady Veena supaya dia boleh pulang
menemui Ibu Choi dan Kakek Chom, sekaligus menginap disana. Dan tentu saja Lady
Veena mengizinkan, lalu Tor pun menawarkan diri untuk mengantarkan Chuen
pulang. Sedangkan Ton tidak ikut, karena malas.
Ketika sudah
hampir mau sampai dirumah, Chuen sangat bersemangat sekali. Jadi saat mobil
masih jalan, Chuen sudah membuka pintu dan keluar begitu saja. Melihat itu,
perhatian Tor jadi teralihkan dan hampir saja dia menabrak pintu pagar.
Untungnya, hanya hampir, dan tidak menabrak..
“Kerja bagus
Boss!” puji Chuen.
Melihat
tingkah Chuen itu, Tor tertawa pelan.
Dengan
bersemangat, Chuen berlari dan memeluk Ibu Choi. Lalu dia menawarkan Tor untuk
makan siang bersama mereka. Itupun jika Tor tidak masalah dengan makanan orang
desa, maka dia akan memasakkan telur goreng untuk Tor. Dan Tor sama sekali
tidak masalah.
Lalu Chuen
pun membawa Tor ke kandang ayam untuk mengambil beberapa butir telur. Kemudian
Piak dan Loy datang, ketika melihat penampilan Chuen yang memakai pakaian
wanita, mereka terkejut dan menertawai Chuen sebagai bencong. Mendengar itu,
Chuen melemparkan beberapa telur kepada mereka berdua. Dan dengan pintarnya,
mereka berdua bersembunyi dibelakang Tor. Sehingga Tor lah yang terkena
lemparan telur.
Saat Tor
terkena lemparan, Chuen langsung berhenti dan meminta maaf. Dia merasa sangat
tidak enak. Untungnya, Tor tidak mempermasalahkan itu.
“Boss,
mengapa kamu bisa jadi bencong?” tanya Loy, penasaran
“Hei! Hati-
hati kenak pukul lagi,” kata Piak, memperingatkan Loy, sebelum Chuen emosi lagi
dan menyerang mereka.
“Ceritanya
panjang. Bantu aku mengambil beberapa butir telur, lalu aku akan memberitahu
mu,” perintah Chuen dengan keras. Lalu dia berbicara kepada Tor dengan sikap
yang lebih lembut. “Buat dirimu sendiri nyaman. Ambil berapapun telur yang kamu
mau,” katanya. Dan Tor tersenyum melihat sikap Chuen itu.
Kakek Chom
dan Bawahan Mu datang. Dengan bersemangat, Ibu Choi memberitahu bahwa Chuen
sudah berubah menjadi seperti gadis kota beneran, dari cara berpakaian dan
berbicaranya. Lalu dia membujuk Kakek Chom untuk melupakan tentang balas
dendam. Namun Kakek Chom dan Bawahan Mu tidak mau melupakan itu.
“Kamu belum
belajar ya. Ketika ada kesempatan untuk membalas dendam, kita harus memegangnya
dengan erat. Jangan biarkan kesempatan bagus terselip begitu saja,” kata
Bawahan Mu, mengajarkan Ibu Choi.aa
“Benar.
Kesempatan bagus seperti ini mungkin tidak akan datang lagi,” kata Kakek Chom,
setuju. “Choi, ketika Chuen tinggal disini, kamu jangan mengatakan apapun yang
membuat niatnya tergetar. Segalanya, aku yang akan mengatakan. Mengerti?”
katanya, memperingatkan.
“Ya,” jawab
Ibu Choi dengan pelan.
Kakek Chom dan Bawahan Mu kemudian datang ke dapur untuk menemui Chuen yang sedang memasak. Dan melihat kedatangannya, Chuen menunjukkan kalung Chawal yang dipakainya dengan bangga.