Original Network : Channel 7
Chuen sangat
merindukan Kakek Chom dan Ibu Choi, jadi dia ingin tetap tinggal bersama
mereka. Dan tidak ingin pergi mengikuti keluarga Sarayut. Namun Kakek Chom
membujuknya untuk tetap pergi mengikuti keluarga Sarayut, sebab Chuen memiliki
tugas yang sangat penting. Yaitu balas dendam.
“Aku
mengerti, Kakek dan Ibu sudah cukup menderita,” kata Chuen, penuh pengertian.
“Ayahmu mati
karena orang- orang jahat itu. Jadi lakukan apapun yang kamu bisa untuk
menghancurkan keluarga Mr. Niwat. Jangan ragu,” jelas Kakek Chom, penuh
penekanan.
“Baik,
Kakek,” jawab Chuen dengan patuh.
Kakek Chom
menghampiri Ibu Choi dan memberitahunya bahwa besok Chuen akan kembali ke
Bangkok besok, jadi dia ingin Ibu Choi mengingatkan Chuen tentang balas dendam
mereka. Tapi Ibu Choi tidak mau, dia tidak setuju. Karena dia tidak ingin Chuen
terjerembak dalam masalah hanya karena balas dendam ini. Dia ingin Chuen untuk
hidup bahagia dan tidak ternodai apapun.
“Jika kamu
tidak mau mengatakannya, maka jangan katakan apapun sama sekali!” kata Kakek
Chom dengan dingin. Lalu dia pergi. Dan Ibu Choi mulai menangis.
Sore hari.
Ketika Kakek Chom bertemu dengan Bawahan Mu, dia bertanya- tanya padanya,
apakah dirinya kejam. Dan Bawahan Mu menjawab tidak, karena dia setuju dengan
Kakek Chom untuk melakukan balas dendam.
“Siksaan
fisik tidak sesakit siksaan emosional. Hidup dengan penderitaan lebih
menyakitkan,” kata Bawahan Mu.
Dalam
perjalanan pulang ke Bangkok, Chuen sangat sedih sekali. Jadi sepanjang jalan,
dia diam sambil memeluk dan bersandar di bahu Lady Veena. Lalu saat sampai dan
turun dari mobil, dia masih menempel dengan Lady Veena.
Melihat itu,
Kade dan Madam Kanda merasa cemburu. Akibat Lady Veena sangat dekat dan intim
kepada Chuen.
Kade membawa
semua barang- barangnya ke rumah Madam Kanda. Sambil menangis, dia mengeluh
bahwa dia tidak ingin tinggal dirumah besar lagi. Karena dia tidak mau melihat
wajah Chuen. Juga wajah Lady Veena, sebab Lady Veena lebih menyanyangi Chuen.
Mendengar itu, Madam Kanda tidak setuju kalau Kade pindah ke tempatnya, karena
jika Kade pindah, maka rencana mereka untuk mendapatkan warisan Lady Veena dan
Ton, akan gagal.
Dengan sedih,
Kade memeluk Madam Kanda. Dan dengan lembut Madam Kanda mengelus kepalanya,
“Kade, bukankah kamu menyukai Khun Ton?” tanyanya.
“Bahkan Bibi
Lady lebih menyukai dia. Ton pasti juga,” kata Kade, pesimis.
“Lady hanya
mengasihani dia saja. Kamu keponakan kandungnya. Jadi mengapa kamu takut? Kamu
harus tetap tenang. Jangan bertindak gegabah. Jika tidak, kamu akan kehilangan
segalanya,” kata Madam Kanda, menasehati Kade.
Tor datang ke
kamar Ton yang sedang membaca. Dia datang untuk memberitahu Ton bahwa dia
sangat serius dengan perkataannya dulu, jika Chuen wanita, dia akan menikahi
Chuen. Oleh karena itu, dia memperingatkan Ton untuk menjauhi Chuen, sebab dia
melihat Ton seperti ingin mencoba mendekati Chuen, setiap orang juga bisa
melihat itu, bahkan Kade juga.
“Aku …” kata
Ton, tidak tahu harus beralasan apa.
“Aku tidak
ingin alasan apapun. Tapi aku ingin lihat tindakanmu. Aku ingin kamu menjauh
dari Chuen,” tegas Tor dengan sangat serius.
“Seperti aku
ingin dekat dengannya,” balas Ton dengan dingin.
“Ingat apa
yang kamu katkan ini,” tekan Tor. Lalu dia pergi.
Kanok
menghampiri Chuen yang sedang bermain- main dengan Snow ditaman. Dengan sikap
ramah dan bersahabat, dia berbicara kepada Chuen . Tapi Chuen mengabaikannya dan membawa Snow pergi.
Kade
kebetulan lewat dan melihat itu. Lalu diapun menghampiri Kanok. Dia tidak
senang, karena Kanok memuji Chuen manis.
“Aku akan
memberitahumu, Ibu,” kata Kade.
Kade beneran
mengadu kepada Madam Kanda. Dengan kesal, Madam Kanda memarahi Kanok. Dan
dengan sikap polos, Kanok menjelaskan bahwa barusan dia hanya mengatakan kalau
Chuen manis, itu saja. Lalu Kanok menanyai pendapat Pelayan Juea –si bodoh-,
apakah Chuen manis. Dan Pelayan Juea mengiyakan. Mendengar itu, Kade langsung
memukuli Pelayan Juea. Dan Madam Kanda mengusir Pelayan Juea untuk pergi.
Setelah
Pelayan Juea pergi, Madam Kanda memberikan perintah kepada Kanok. “Dengarkan
baik- baik. Aku perintahkan kamu untuk membenci dia!” tekannya.
“Karena dia
musuhku dan aku membenci dia,” jelas Kade.
“Kamu dan Ibu
sangat tidak masuk akal,” komentar Kanok. Dia membutuhkan alasan jelas untuk
mengapa dia harus membenci Chuen.
“Alasannya
adalah aku Ibumu! Jadi aku perintahkan kamu untuk harus membenci Chuen!” tekan
Madam Kanda sambil menunjuk Kanok.
Ketika Chuen
kembali, dengan ramah Mr. Niwat menanyai, darimana Chuen barusan. Dan Chuen
menjawab bahwa dia baru kembali dari bermain bersama Snow. Kemudian setelah
menjawab itu, Chuen ingin langsung pergi. Tapi Mr. Niwat menghentikannya,
karena dia masih ingin mengobrol bersama Chuen.
“Apa kamu
menyukai sekolahmu?” tanya Mr. Niwat.
“Belum tahu.
Aku belum masuk ke sana,” jawab Chuen, dengan sikap agak tidak sabaran untuk
pergi dan menjauhi Mr. Niwat.
“Oh begitu.
Jika kamu butuh apapun, kamu bisa memberitahuku,” kata Mr. Niwat, bersikap
ramah dan perhatian.
“Beritahu
kamu, Tuan?” balas Chuen, mendengus kecil.
“Mengapa kamu
tidak memanggilku paman?” tanya Mr. Niwat.
“Karena kamu
bukan pamanku,” balas Chuen, dengan ketus.
Tepat disaat
itu, Ton datang. Melihat sikap tidak sopan Chuen, diapun menegur Chuen. Tapi
Chuen mengabaikannya dan pergi.
“Chuen!
Kembali dan minta maaf kepada Paman!” teriak Ton, memanggil.
Dengan buru-
buru, Mr. Niwat menghentikan Ton yang ingin mengejar Chuen. “Tidak apa. Ini
salahku. Dia mungkin sedang bad mood saja,” katanya, menjelaskan untuk Chuen.
“Tapi …”
“Aku mohon
padamu. Jangan marahi dia. Janji padaku,” pinta Mr. Niwat. “Okay?”
“Ya,” jawab
Ton.
Walaupun Ton
menjawab ‘iya’, tapi dia tetap datang ke kamar Chuen untuk memarahi dan menegur
Chuen. Dia menjelaskan bahwa walaupun Chuen tidak menyukai Mr. Niwat, tapi
Chuen harus tetap berbicara sopan kepada Mr. Niwat, karena Mr. Niwat adalah
tertua. Dan Chuen hanya diam saja sambil cemberut.
“Apa yang
Paman Niwat lakukan sampai kamu tidak menyukainya? Padahal kamu baru bertemu
dengannya,” tanya Ton, ingin tahu. Tapi Chuen diam. “Jangan sekasar ini lagi,”
tegasnya, memperingatkan.
“Pergi
beritahu Mr. Niwat untuk jangan berbicara padaku lagi,” balas Chuen.
Melihat Chuen
tampak sangat membenci Mr. Niwat, Ton jadi sangat penasaran dan ingin tahu. Ada
apa dan kenapa Chuen membenci Mr. Niwat, kepadahal Chuen dan Mr. Niwat barusaja
bertemu. Tapi Chuen sama sekali tidak mau memebritahu dan tidak mau menjawab.
Lalu Nanny Aon datang. Dan dengan kesal, Ton pun pergi, karena Chuen terus saja bersikap keras kepala, jadi rasanya percuma saja bila dia terus bertanya.
Bukan hanya
Ton saja yang bisa melihat rasa tidak suka Chuen terhadap Mr. Niwat. Tapi Nanny
Aon juga bisa. Lalu Nanny Aon pun melaporkan hal tersebut kepada Lady Veena.
Kemudian Lady
Veena pun pergi menemui Mr. Niwat untuk mencari tahu. Dan Mr. Niwat menanyai,
apakah Lady Veena bisa membawanya untuk menemui Ibu Choi serta Kakek Chom.
“Bisa. Kapan
kamu siap?” tanya Lady Veena, menyanggupi.
“Besok pagi,”
jawab Mr. Niwat. Lalu dia melihat langit. “Jika ini masih belum sore, aku mau
langsung pergi ke sana sejujurnya,” jelasnya.
Malam hari.
Mr. Niwat memberitahu Madam Kanda bahwa besok Lady Veena mengajaknya ke suatu
tempat untuk melakukan sesuatu. Dan mengetahui itu, Madam Kanda ingin ikut.
Awalnya Mr.
Niwat menolak dan tidak setuju kalau Madam Kanda untuk ikut. Namun Madam Kanda
terus bersikeras, karena itulah Mr. Niwat menyuruh Madam Kanda untuk langsung
bertanya kepada Lady Veena saja. Jika Lady Veena setuju, maka Madam Kanda boleh
ikut.
Jadi keesokan
paginya, ketika Mr. Niwat, Lady Veena, dan Lord Pichai ingin berangkat. Madam
Kanda datang menghampiri mereka dan meminta untuk ikut juga. Dan secara halus,
Lady Veena menolak. Dia beralasan bahwa ini adalah perjalanan yang cukup
panjang, jadi tidak akan nyaman bila mereka bertiga duduk di kursi belakang.
Mendengar itu, Madam Kanda menyarankan agar tidak memakai supir, lalu dia
menyuruh Mr. Niwat untuk menyetir, jadi dua orang duduk di depan, dua orang
duduk di belakang. Dan Mr. Niwat menolak dengan alasan bahwa dia tidak sanggup
menyetir jauh. Begitu juga dengan Lord Pichai, dia menolak menggunakan alasan
yang sama.
Dengan kesal
dan sangat terpaksa, Madam Kanda pun hanya bisa melihat mereka bertiga masuk ke
dalam mobil dan pergi.
Yupa berdiri
didepan rumah untuk menunggu sampai Tor keluar, tapi Snow malah datang dan
menggonggong padanya. Dengan kesal, Yupa mengusirnya. Tapi Snow mengabaikannya
dan terus saja menggonggong.
Lalu disaat
itu, Nat dan Nan datang berkunjung. Melihat mereka berdua, Yupa langsung
mengubah sikapnya menjadi seorang wanita yang lembut. Dia menyapa dan
memperkenalkan dirinya kepada mereka berdua. Kemudian dia mengundang mereka
untuk masuk ke dalam rumah.
Kebetulan
didalam rumah ada Tor dan Ton. Lalu Yupa memanggil Pelayan Jan untuk memanggil
Kade supaya turun. Melihat itu, Nat memanggil Pelayan Sa, dia meminta Pelayan
Sa untuk memanggilkan Chuen. Lalu dia memberitahu Tor dan Ton bahwa mereka datang untuk menemui Chuen.
Mendengar itu, Ton pamit dan pergi.
Didalam
kamar. Kade berdandan dan merapikan penampilannya. Lalu dengan berlebihan,
Pelayan Jan terus memuji- muji bahwa Kade sangat cantik sekali. Dan Kade sangat
senang mendengar pujian tersebut.
Didalam
kamar. Ketika Chuen mengeluh bahwa dia tidak mau bertemu dengan Yupa dan Kade.
Namun Tor, Nat, dan Nan, dia mau menemui mereka. Sedangkan untuk Ton, dia tidak
peduli. Kemudian Chuen terpikir sebuah rencana yang menurutnya sangat bagus,
dia akan turun ke bawah melalui jendela. Dia yakin bahwa walaupun dia tidak
turun menemui Nat dan Nan secara langsung, mereka berdua pasti akan tahu
tentang niatnya, dan mereka berdua akan datang menjemput dia nanti. Jadi dia
tidak perlu bertemu Yupa dan Kade.
Melihat Chuen
keluar dari jendela Pelayan Sa merasa panik dan khawatir, tapi sayangnya dia
tidak bisa menghentikan Chuen.
Sialnya untuk
Chuen, ketika dia turun dari jendela, Ton kebetulan lewat. Lalu diapun ditegur
oleh Ton. Dan dengan jujur, Chuen menjelaskan bahwa dia hanya mau bertemu
dengan Nat, Nan, dan Tor. Sedangkan Yupa dan Kade, dia tidak mau bertemu mereka
berdua. Setelah menjelaskan itu, Chuen berniat pergi.
“Kamu mau
kemana?” tanya Ton, menghentikan Chuen.
“Ke rumah
kecil,” jawab Chuen. Lalu dia pergi.
Mendengar,
Chuen tidak ada di kamar, Tor sama sekali tidak percaya. Tapi Nat mengerti
kenapa Chuen tidak mau turun, jadi diapun membantu Pelayan Sa untuk kabur dari
introgasi Tor. Kemudian secara senada, Kade dan Yupa langsung mengatai bahwa
Chuen mungkin sudah kabur untuk bermain- main diluar.
“Tidak apa
jika dia tidak disini. Kami bisa menemui dia kapanpun. Kan rumah kami dekat.
Benarkan, P’Nat?” kata Nan, membela Chuen.
“Menurutku
Nong Chuen tidak pergi bermain kemana- mana,” jawab Nat, membela Chuen juga.
Dia senada dengan Nan.
“Apa kamu
yakin bahwa jika kamu tidak melihat Chuen, kamu akan pergi?” tanya Kade, penuh
arti.
“Apa yang
kamu coba katakan?” tanya Nan.
“Aku pikir
kamu pergi karena Khun Ton tidak disini,” jelas Kade, menjawab. Mendengar itu,
Yupa tertawa di tahan.
“Kade,” tegur
Ton.
“Aku hanya
bercanda,” kata Kade sambil tersenyum manis.
“Tidak apa.
Aku tidak masalah,” jawab Nan, bersikap santai. Lalu dia membalas, “Ketika kamu
turun dan tidak melihat Khun Ton, kamu tidak terlihat enak juga. Ah, aku juga
hanya bercanda,” katanya. Lalu dia tertawa. “Kamu tidak masalah kan?”
“Ya,” jawab
Kade sambil tersenyum terpaksa.
Melihat sikap
Nan dan Kade yang saling menyerang secara halus, Nat tersenyum kecil. Lalu dia
mengajak Nan untuk pulang. Dan dengan sikap sopan, dia pamit kepada Tor, Kade,
serta Yupa. Namun dia lupa nama Yupa, jadi dia bingung harus memanggil apa. Dan
Yupa langsung berpura- pura merasa sedih serta terluka, karena Nat tidak
mengingat namanya.
“Khun Yupa,”
panggil Nan. “Ketika kamu tinggal disini, kamu perlu berlatih keras ya. Orang-
orang disini sulit di goda. Jika kamu tidak cukup kuat, kamu mungkin akan
mengalami mimpi buruk,” katanya menasehati. Lalu dia menanyai pendapat Kade
sambil tersenyum, “Benarkan Khun Kade?” tanyanya.
“Ya,” jawab
Kade sambil tersenyum terpaksa.
Ketika Nat
dan Nan akhirnya pergi, Yupa dan Kade langsung menyuarakan kebencian mereka
terhadap Nan. Mendengar mereka berdua, Tor merasa agak capek. Lalu diapun pergi
untuk menjauhi mereka berdua.
Tor datang ke
rumah kecil untuk mencari Chuen. Dan Nanny Aon pun memberitahu Tor bahwa Chuen
ada dikamar nya dan sedang beristirahat. Mengetahui itu, Tor sangat senang.
Melihat
kedatangan Tor, Ton pun pamit kepada Nanny Aon dan pergi.
“Nanny, apa
menurutmu Khun Ton bertingkah sedikit aneh?” tanya Tor, memperhatikan Ton yang
pergi.
“Menurutku
setiap orang aneh,” jawab Nanny Aon sambil tertawa canggung.
Ketika Kakek
Chom mendapatkan kabar bahwa Mr. Niwat datang ke Rungsit. Dia langsung
memberitahu Ibu Choi. Dan Ibu Choi mengerti dengan maksud Kakek Chom.
Mr. Niwat
tidak selera makan, karena dia ingin segera menemui Ibu Choi. Dia ingin
memastikan apakah Ibu Choi adalah Cheewan. Karena Chuen sangat mirip dengan
Cheewan.
Oleh karena
Mr. Niwat sudah tidak sabaran, maka setelah selesai makan siang, Lady Veena dan
Lord Pichai pun langsung membawa Mr. Niwat ke rumah Kakek Chom. Dan sesampainya
mereka disana, Bawahan Mu menyambut mereka dengan sikap yang agak tidak ramah.
Dia memberitahu mereka bahwa Kakek Chom serta Ibu Choi tidak ada dirumah, dan
dia tidak tahu kemana Kakek Chom dan Ibu Choi pergi. Yang jelas Kakek Chom dan
Ibu Choi pergi dengan membawa koper.
“Berapa hari
mereka akan pergi?” tanya Mr. Niwat, ingin tahu.
“Tidak tahu.
Mereka hanya menyuruhku untuk menjaga rumah,” jawab Bawahan Mu.
“Hey, apakah
kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Mr. Niwat, memperhatikan tatapan tidak
ramah dari Bawahan Mu.
“Aku tidak
pernah bertemu kamu sebelumnya,” jawab Bawahan Mu, datar.
Dari dalam
kamar, melalui jendela, Ibu Choi memperhatikan semua itu. Lalu dia mulai
menangis secara diam.