Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 5 part 3

 

Original Network : Channel 7


Chuen sangat merindukan Kakek Chom dan Ibu Choi, jadi dia ingin tetap tinggal bersama mereka. Dan tidak ingin pergi mengikuti keluarga Sarayut. Namun Kakek Chom membujuknya untuk tetap pergi mengikuti keluarga Sarayut, sebab Chuen memiliki tugas yang sangat penting. Yaitu balas dendam.

“Aku mengerti, Kakek dan Ibu sudah cukup menderita,” kata Chuen, penuh pengertian.

“Ayahmu mati karena orang- orang jahat itu. Jadi lakukan apapun yang kamu bisa untuk menghancurkan keluarga Mr. Niwat. Jangan ragu,” jelas Kakek Chom, penuh penekanan.

“Baik, Kakek,” jawab Chuen dengan patuh.


Kakek Chom menghampiri Ibu Choi dan memberitahunya bahwa besok Chuen akan kembali ke Bangkok besok, jadi dia ingin Ibu Choi mengingatkan Chuen tentang balas dendam mereka. Tapi Ibu Choi tidak mau, dia tidak setuju. Karena dia tidak ingin Chuen terjerembak dalam masalah hanya karena balas dendam ini. Dia ingin Chuen untuk hidup bahagia dan tidak ternodai apapun.

“Jika kamu tidak mau mengatakannya, maka jangan katakan apapun sama sekali!” kata Kakek Chom dengan dingin. Lalu dia pergi. Dan Ibu Choi mulai menangis.

Sore hari. Ketika Kakek Chom bertemu dengan Bawahan Mu, dia bertanya- tanya padanya, apakah dirinya kejam. Dan Bawahan Mu menjawab tidak, karena dia setuju dengan Kakek Chom untuk melakukan balas dendam.

“Siksaan fisik tidak sesakit siksaan emosional. Hidup dengan penderitaan lebih menyakitkan,” kata Bawahan Mu.


Dalam perjalanan pulang ke Bangkok, Chuen sangat sedih sekali. Jadi sepanjang jalan, dia diam sambil memeluk dan bersandar di bahu Lady Veena. Lalu saat sampai dan turun dari mobil, dia masih menempel dengan Lady Veena.


Melihat itu, Kade dan Madam Kanda merasa cemburu. Akibat Lady Veena sangat dekat dan intim kepada Chuen.


Kade membawa semua barang- barangnya ke rumah Madam Kanda. Sambil menangis, dia mengeluh bahwa dia tidak ingin tinggal dirumah besar lagi. Karena dia tidak mau melihat wajah Chuen. Juga wajah Lady Veena, sebab Lady Veena lebih menyanyangi Chuen. Mendengar itu, Madam Kanda tidak setuju kalau Kade pindah ke tempatnya, karena jika Kade pindah, maka rencana mereka untuk mendapatkan warisan Lady Veena dan Ton, akan gagal.

Dengan sedih, Kade memeluk Madam Kanda. Dan dengan lembut Madam Kanda mengelus kepalanya, “Kade, bukankah kamu menyukai Khun Ton?” tanyanya.

“Bahkan Bibi Lady lebih menyukai dia. Ton pasti juga,” kata Kade, pesimis.

“Lady hanya mengasihani dia saja. Kamu keponakan kandungnya. Jadi mengapa kamu takut? Kamu harus tetap tenang. Jangan bertindak gegabah. Jika tidak, kamu akan kehilangan segalanya,” kata Madam Kanda, menasehati Kade.


Tor datang ke kamar Ton yang sedang membaca. Dia datang untuk memberitahu Ton bahwa dia sangat serius dengan perkataannya dulu, jika Chuen wanita, dia akan menikahi Chuen. Oleh karena itu, dia memperingatkan Ton untuk menjauhi Chuen, sebab dia melihat Ton seperti ingin mencoba mendekati Chuen, setiap orang juga bisa melihat itu, bahkan Kade juga.

“Aku …” kata Ton, tidak tahu harus beralasan apa.

“Aku tidak ingin alasan apapun. Tapi aku ingin lihat tindakanmu. Aku ingin kamu menjauh dari Chuen,” tegas Tor dengan sangat serius.

“Seperti aku ingin dekat dengannya,” balas Ton dengan dingin.

“Ingat apa yang kamu katkan ini,” tekan Tor. Lalu dia pergi.


Kanok menghampiri Chuen yang sedang bermain- main dengan Snow ditaman. Dengan sikap ramah dan bersahabat, dia berbicara kepada Chuen . Tapi Chuen mengabaikannya  dan membawa Snow pergi.


Kade kebetulan lewat dan melihat itu. Lalu diapun menghampiri Kanok. Dia tidak senang, karena Kanok memuji Chuen manis.

“Aku akan memberitahumu, Ibu,” kata Kade.


Kade beneran mengadu kepada Madam Kanda. Dengan kesal, Madam Kanda memarahi Kanok. Dan dengan sikap polos, Kanok menjelaskan bahwa barusan dia hanya mengatakan kalau Chuen manis, itu saja. Lalu Kanok menanyai pendapat Pelayan Juea –si bodoh-, apakah Chuen manis. Dan Pelayan Juea mengiyakan. Mendengar itu, Kade langsung memukuli Pelayan Juea. Dan Madam Kanda mengusir Pelayan Juea untuk pergi.

Setelah Pelayan Juea pergi, Madam Kanda memberikan perintah kepada Kanok. “Dengarkan baik- baik. Aku perintahkan kamu untuk membenci dia!” tekannya.

“Karena dia musuhku dan aku membenci dia,” jelas Kade.


“Kamu dan Ibu sangat tidak masuk akal,” komentar Kanok. Dia membutuhkan alasan jelas untuk mengapa dia harus membenci Chuen.

“Alasannya adalah aku Ibumu! Jadi aku perintahkan kamu untuk harus membenci Chuen!” tekan Madam Kanda sambil menunjuk Kanok.


Ketika Chuen kembali, dengan ramah Mr. Niwat menanyai, darimana Chuen barusan. Dan Chuen menjawab bahwa dia baru kembali dari bermain bersama Snow. Kemudian setelah menjawab itu, Chuen ingin langsung pergi. Tapi Mr. Niwat menghentikannya, karena dia masih ingin mengobrol bersama Chuen.

“Apa kamu menyukai sekolahmu?” tanya Mr. Niwat.

“Belum tahu. Aku belum masuk ke sana,” jawab Chuen, dengan sikap agak tidak sabaran untuk pergi dan menjauhi Mr. Niwat.

“Oh begitu. Jika kamu butuh apapun, kamu bisa memberitahuku,” kata Mr. Niwat, bersikap ramah dan perhatian.

“Beritahu kamu, Tuan?” balas Chuen, mendengus kecil.

“Mengapa kamu tidak memanggilku paman?” tanya Mr. Niwat.

“Karena kamu bukan pamanku,” balas Chuen, dengan ketus.


Tepat disaat itu, Ton datang. Melihat sikap tidak sopan Chuen, diapun menegur Chuen. Tapi Chuen mengabaikannya dan pergi.

“Chuen! Kembali dan minta maaf kepada Paman!” teriak Ton, memanggil.

Dengan buru- buru, Mr. Niwat menghentikan Ton yang ingin mengejar Chuen. “Tidak apa. Ini salahku. Dia mungkin sedang bad mood saja,” katanya, menjelaskan untuk Chuen.

“Tapi …”

“Aku mohon padamu. Jangan marahi dia. Janji padaku,” pinta Mr. Niwat. “Okay?”

“Ya,” jawab Ton.


Walaupun Ton menjawab ‘iya’, tapi dia tetap datang ke kamar Chuen untuk memarahi dan menegur Chuen. Dia menjelaskan bahwa walaupun Chuen tidak menyukai Mr. Niwat, tapi Chuen harus tetap berbicara sopan kepada Mr. Niwat, karena Mr. Niwat adalah tertua. Dan Chuen hanya diam saja sambil cemberut.

“Apa yang Paman Niwat lakukan sampai kamu tidak menyukainya? Padahal kamu baru bertemu dengannya,” tanya Ton, ingin tahu. Tapi Chuen diam. “Jangan sekasar ini lagi,” tegasnya, memperingatkan.

“Pergi beritahu Mr. Niwat untuk jangan berbicara padaku lagi,” balas Chuen.


Melihat Chuen tampak sangat membenci Mr. Niwat, Ton jadi sangat penasaran dan ingin tahu. Ada apa dan kenapa Chuen membenci Mr. Niwat, kepadahal Chuen dan Mr. Niwat barusaja bertemu. Tapi Chuen sama sekali tidak mau memebritahu dan tidak mau menjawab.

Lalu Nanny Aon datang. Dan dengan kesal, Ton pun pergi, karena Chuen terus saja bersikap keras kepala, jadi rasanya percuma saja bila dia terus bertanya.

Bukan hanya Ton saja yang bisa melihat rasa tidak suka Chuen terhadap Mr. Niwat. Tapi Nanny Aon juga bisa. Lalu Nanny Aon pun melaporkan hal tersebut kepada Lady Veena.


Kemudian Lady Veena pun pergi menemui Mr. Niwat untuk mencari tahu. Dan Mr. Niwat menanyai, apakah Lady Veena bisa membawanya untuk menemui Ibu Choi serta Kakek Chom.

“Bisa. Kapan kamu siap?” tanya Lady Veena, menyanggupi.

“Besok pagi,” jawab Mr. Niwat. Lalu dia melihat langit. “Jika ini masih belum sore, aku mau langsung pergi ke sana sejujurnya,” jelasnya.

Malam hari. Mr. Niwat memberitahu Madam Kanda bahwa besok Lady Veena mengajaknya ke suatu tempat untuk melakukan sesuatu. Dan mengetahui itu, Madam Kanda ingin ikut.

Awalnya Mr. Niwat menolak dan tidak setuju kalau Madam Kanda untuk ikut. Namun Madam Kanda terus bersikeras, karena itulah Mr. Niwat menyuruh Madam Kanda untuk langsung bertanya kepada Lady Veena saja. Jika Lady Veena setuju, maka Madam Kanda boleh ikut.



Jadi keesokan paginya, ketika Mr. Niwat, Lady Veena, dan Lord Pichai ingin berangkat. Madam Kanda datang menghampiri mereka dan meminta untuk ikut juga. Dan secara halus, Lady Veena menolak. Dia beralasan bahwa ini adalah perjalanan yang cukup panjang, jadi tidak akan nyaman bila mereka bertiga duduk di kursi belakang. Mendengar itu, Madam Kanda menyarankan agar tidak memakai supir, lalu dia menyuruh Mr. Niwat untuk menyetir, jadi dua orang duduk di depan, dua orang duduk di belakang. Dan Mr. Niwat menolak dengan alasan bahwa dia tidak sanggup menyetir jauh. Begitu juga dengan Lord Pichai, dia menolak menggunakan alasan yang sama.

Dengan kesal dan sangat terpaksa, Madam Kanda pun hanya bisa melihat mereka bertiga masuk ke dalam mobil dan pergi.


Yupa berdiri didepan rumah untuk menunggu sampai Tor keluar, tapi Snow malah datang dan menggonggong padanya. Dengan kesal, Yupa mengusirnya. Tapi Snow mengabaikannya dan terus saja menggonggong.


Lalu disaat itu, Nat dan Nan datang berkunjung. Melihat mereka berdua, Yupa langsung mengubah sikapnya menjadi seorang wanita yang lembut. Dia menyapa dan memperkenalkan dirinya kepada mereka berdua. Kemudian dia mengundang mereka untuk masuk ke dalam rumah.

Kebetulan didalam rumah ada Tor dan Ton. Lalu Yupa memanggil Pelayan Jan untuk memanggil Kade supaya turun. Melihat itu, Nat memanggil Pelayan Sa, dia meminta Pelayan Sa untuk memanggilkan Chuen. Lalu dia memberitahu Tor dan Ton  bahwa mereka datang untuk menemui Chuen. Mendengar itu, Ton pamit dan pergi.


Didalam kamar. Kade berdandan dan merapikan penampilannya. Lalu dengan berlebihan, Pelayan Jan terus memuji- muji bahwa Kade sangat cantik sekali. Dan Kade sangat senang mendengar pujian tersebut.


Didalam kamar. Ketika Chuen mengeluh bahwa dia tidak mau bertemu dengan Yupa dan Kade. Namun Tor, Nat, dan Nan, dia mau menemui mereka. Sedangkan untuk Ton, dia tidak peduli. Kemudian Chuen terpikir sebuah rencana yang menurutnya sangat bagus, dia akan turun ke bawah melalui jendela. Dia yakin bahwa walaupun dia tidak turun menemui Nat dan Nan secara langsung, mereka berdua pasti akan tahu tentang niatnya, dan mereka berdua akan datang menjemput dia nanti. Jadi dia tidak perlu bertemu Yupa dan Kade.

Melihat Chuen keluar dari jendela Pelayan Sa merasa panik dan khawatir, tapi sayangnya dia tidak bisa menghentikan Chuen.


Sialnya untuk Chuen, ketika dia turun dari jendela, Ton kebetulan lewat. Lalu diapun ditegur oleh Ton. Dan dengan jujur, Chuen menjelaskan bahwa dia hanya mau bertemu dengan Nat, Nan, dan Tor. Sedangkan Yupa dan Kade, dia tidak mau bertemu mereka berdua. Setelah menjelaskan itu, Chuen berniat pergi.

“Kamu mau kemana?” tanya Ton, menghentikan Chuen.

“Ke rumah kecil,” jawab Chuen. Lalu dia pergi.


Mendengar, Chuen tidak ada di kamar, Tor sama sekali tidak percaya. Tapi Nat mengerti kenapa Chuen tidak mau turun, jadi diapun membantu Pelayan Sa untuk kabur dari introgasi Tor. Kemudian secara senada, Kade dan Yupa langsung mengatai bahwa Chuen mungkin sudah kabur untuk bermain- main diluar.

“Tidak apa jika dia tidak disini. Kami bisa menemui dia kapanpun. Kan rumah kami dekat. Benarkan, P’Nat?” kata Nan, membela Chuen.

“Menurutku Nong Chuen tidak pergi bermain kemana- mana,” jawab Nat, membela Chuen juga. Dia senada dengan Nan.


“Apa kamu yakin bahwa jika kamu tidak melihat Chuen, kamu akan pergi?” tanya Kade, penuh arti.

“Apa yang kamu coba katakan?” tanya Nan.

“Aku pikir kamu pergi karena Khun Ton tidak disini,” jelas Kade, menjawab. Mendengar itu, Yupa tertawa di tahan.

“Kade,” tegur Ton.

“Aku hanya bercanda,” kata Kade sambil tersenyum manis.

“Tidak apa. Aku tidak masalah,” jawab Nan, bersikap santai. Lalu dia membalas, “Ketika kamu turun dan tidak melihat Khun Ton, kamu tidak terlihat enak juga. Ah, aku juga hanya bercanda,” katanya. Lalu dia tertawa. “Kamu tidak masalah kan?”

“Ya,” jawab Kade sambil tersenyum terpaksa.


Melihat sikap Nan dan Kade yang saling menyerang secara halus, Nat tersenyum kecil. Lalu dia mengajak Nan untuk pulang. Dan dengan sikap sopan, dia pamit kepada Tor, Kade, serta Yupa. Namun dia lupa nama Yupa, jadi dia bingung harus memanggil apa. Dan Yupa langsung berpura- pura merasa sedih serta terluka, karena Nat tidak mengingat namanya.

“Khun Yupa,” panggil Nan. “Ketika kamu tinggal disini, kamu perlu berlatih keras ya. Orang- orang disini sulit di goda. Jika kamu tidak cukup kuat, kamu mungkin akan mengalami mimpi buruk,” katanya menasehati. Lalu dia menanyai pendapat Kade sambil tersenyum, “Benarkan Khun Kade?” tanyanya.

“Ya,” jawab Kade sambil tersenyum terpaksa.


Ketika Nat dan Nan akhirnya pergi, Yupa dan Kade langsung menyuarakan kebencian mereka terhadap Nan. Mendengar mereka berdua, Tor merasa agak capek. Lalu diapun pergi untuk menjauhi mereka berdua.


Tor datang ke rumah kecil untuk mencari Chuen. Dan Nanny Aon pun memberitahu Tor bahwa Chuen ada dikamar nya dan sedang beristirahat. Mengetahui itu, Tor sangat senang.

Melihat kedatangan Tor, Ton pun pamit kepada Nanny Aon dan pergi.

“Nanny, apa menurutmu Khun Ton bertingkah sedikit aneh?” tanya Tor, memperhatikan Ton yang pergi.

“Menurutku setiap orang aneh,” jawab Nanny Aon sambil tertawa canggung.


Ketika Kakek Chom mendapatkan kabar bahwa Mr. Niwat datang ke Rungsit. Dia langsung memberitahu Ibu Choi. Dan Ibu Choi mengerti dengan maksud Kakek Chom.

Mr. Niwat tidak selera makan, karena dia ingin segera menemui Ibu Choi. Dia ingin memastikan apakah Ibu Choi adalah Cheewan. Karena Chuen sangat mirip dengan Cheewan.


Oleh karena Mr. Niwat sudah tidak sabaran, maka setelah selesai makan siang, Lady Veena dan Lord Pichai pun langsung membawa Mr. Niwat ke rumah Kakek Chom. Dan sesampainya mereka disana, Bawahan Mu menyambut mereka dengan sikap yang agak tidak ramah. Dia memberitahu mereka bahwa Kakek Chom serta Ibu Choi tidak ada dirumah, dan dia tidak tahu kemana Kakek Chom dan Ibu Choi pergi. Yang jelas Kakek Chom dan Ibu Choi pergi dengan membawa koper.

“Berapa hari mereka akan pergi?” tanya Mr. Niwat, ingin tahu.

“Tidak tahu. Mereka hanya menyuruhku untuk menjaga rumah,” jawab Bawahan Mu.

“Hey, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Mr. Niwat, memperhatikan tatapan tidak ramah dari Bawahan Mu.

“Aku tidak pernah bertemu kamu sebelumnya,” jawab Bawahan Mu, datar.



Dari dalam kamar, melalui jendela, Ibu Choi memperhatikan semua itu. Lalu dia mulai menangis secara diam.


Post a Comment

Previous Post Next Post