Original
Network : Channel 7
Tengah malam. Madam Kanda tiba-
tiba datang, mengetuk pintu kamar, serta memanggil dirinya, dan Yupa merasa
terkejut serta tidak berani untuk membuka pintu bagi Madam Kanda. Dia meminta,
apakah mereka bisa berbicara besok saja, karena dia sedang merasa tidak enak
badan. Sebenarnya, alasan Yupa tidak ingin membuka pintu adalah karena sekarang
wajahnya sedang terluka akibat dipukul oleh Songwut sebelumnya, jadi dia tidak
berani bertemu dengan Madam Kanda.
Namun Madam Kanda ingin berbicara
sekarang juga, dan dia meminta Yupa untuk membuka pintu. Dengan terpaksa, Yupa
pun mengiyakan. Tapi sebelum dia membuka pintu, dia mematikan lampu kamarnya
terlebih dahulu. Lalu setelah dia membuka kan pintu, dia membalikkan badannya
dan tidak berani menatap Madam Kanda.
“Mengapa kamu tidak menyalakan
lampu?” tanya Madam Kanda, heran. Karena sekarang terlalu gelap.
“Aku sudah mau tidur,” jawab
Yupa.
“Itu berarti kamu baru pulang
kan?”
“Aku sudah pulang sejak lama.
Khun Songwut sangat baik dan dia memperkenalkan ku ke beberapa kawannya,” jawab
Yupa, berbohong.
Melihat Yupa berbicara sambil
membelakanginnya, Madam Kanda jadi curiga ada sesuatu. Jadi diapun mendekati
Yupa, lalu dia melihat luka di wajah Yupa. Dengan gugup, Yupa langsung
beralasan bahwa ini akibat dia tidak sengaja terpeleset dan mengenai batu,
untungnya hanya terkena satu sisi wajah saja. Namun Madam Kanda tidak percaya
dan tetap curiga. Jadi Yupa pun langsung mengalihkan topik, dia memberitahu
Madam Kanda bahwa besok Songwut akan datang menemui Chuen.
“Bagus. Aku tidak berpikir akan
secepat ini,” kata Madam Kanda, puas.
“Nee… ini kan karena uangmu,”
balas Yupa.
“Ku kira temanmu tidak peduli
tentang uang?” komentar Madam Kanda, ketus.
“Siapa bilang?” balas Yupa dengan
ketus juga. “Oh ya, aku pikir dia mungkin ingin segera memiliki istri juga,”
katanya, memberitahu.
“Aku ingin lihat wajah Chuen pada
waktu itu.”
Tengah malam. Ton dan Tor datang
ke kamar Lord Pichai serta Lady Veena. Ton datang untuk memberitahu bahwa dua
bulan lagi dia akan berangkat ke luar negri untuk melanjutkan sekolahnya.
Rencana awal, Ton ingin berangkat ke luar negri, akhir tahun nanti, tapi karena
persiapannya sudah okay dan juga dia ingin mempelajari bahasa inggris lebih
baik lagi, jadi dia akan berangkat lebih cepat, yaitu dua bulan dari sekarang.
“Kemudian kita batalkan pergi ke
farmhouse besok,” kata Lord Pichai, dia mendukung keputusan Ton. Jadi dia
membatalkan rencana lain.
“Tidak apa. Bibi Lady dan Ayah
bisa pergi,” kata Ton, penuh pengertian.
“Tidak bisa. Urusanmu lebih
penting. Kamu punya banyak hal yang harus dipersiapkan. Beritahu aku jika kamu
butuh bantuan apapun ya,” kata Lady Veena.
“Terima kasih,” balas Ton.
Jika Ton pergi ke luar negri,
maka Tor akan merasa sedikit kesepian, tapi tidak apa, karena dia tahu Ton
hanya akan tinggal disana selama 2 tahun saja, dan 2 tahun itu akan berlalu
tampak terasa. Namun Tor salah. Karena Ton berencana tinggal lebih lama disana,
sebab dia ingin mendapatkan gelar Ph.D nya disana juga.
Mengetahui itu, Lord Pichai dan
yang lainnya tetap mendukung Ton.
Pagi hari. Dirumah kecil. Nanny
Aon serta Chuen sedang membicarakan tentang Ton, lalu tiba- tiba saja Ton
datang. Dan Nanny Aon tertawa serta memberitahu Ton bahwa dia dan Chuen barusan
sedang membicarakan tentang Ton. Kemudian dengan bersemangat, dia ingin
memberitahu Ton apa yang barusan dia dan Chuen bicarakan. Dengan panik dan
gugup, Chuen mulai batuk- batuk, berharap Nanny Aon tidak membocorkan
pembicaraan mereka barusan.
“Nanny, selesaikan apa yang ingin
kamu katakan tadi,” kata Ton, penasaran. “Dia akan segera baikkan,” katanya
sambil menatap Chuen.
“Ok. Aku bertanya pada Chuen,
antara kakek nya, Ibu nya, dan kamu….” kata Nanny Aon. Dan dengan panik, Chuen
batuk- batuk lebih keras. Lalu karena itu, Nanny Aon pun berbicara lebih keras
supaya Ton bisa mendengar suaranya. “Siapa yang akan lebih dia rindukan?!”
“Mengapa dia merindukanku? Selain
kakek dan Ibunya, dia punya banyak orang yang dirindukan,” balas Ton, agak
tidak percaya.
“Tapi orang- orang itu tidak
pergi jauh. Hanya kamu yang pergi ke luar negri,” balas Nanny Aon, menjelaskan.
Mendengar itu, Chuen terbatuk semakin keras.
“Ayo bawa dia ke dokter,” kata
Ton sambil menatap Chuen penuh arti.
“Aku sudah baikkan,” balas Chuen,
langsung berhenti terbatuk- batuk. Melihat itu, Nanny Aon merasa heran, tapi
dia juga senang karena Chuen sudah baikan.
Nanny Aon kemudian menyarankan
agar Chuen dan Ton makan siang bersama. Dan Chuen ingin menolak, tapi Ton sudah
setuju duluan. Lalu Ton pergi, karena dia mandi terlebih dahulu. Dan setelah
dia pergi, Chuen mengeluh pada Nanny Aon.
“Khun Chuen, kamu perlu makan
dengannya. Kan tidak lama lagi, kamu tidak akan bisa bertemu dengan Ton. Hari
ini saja Ton sibuk mempersiapkan dokumen- dokumennya dan belum memakan apapun,”
jelas Nanny Aon. “Sudahlah, makan dengannya,” bujuknya. Dan Chuen pun terdiam.
Saat Pelayan Jan ke dapur, dia
mendapat kabar kalau Ton dan Chuen akan makan siang bersama di dekat danau.
Jadi dia buru- buru pulang ke rumah samping, dan menanyai Pelayan Juea yang
sedang bersih- bersih, kapan Madam Kanda serta Kade akan pulang. Lalu Pelayan
Juea menjawab bahwa dia tidak tahu.
“Tidak tahu? Kamu selalu
mengatakan tidak tahu. Apa yang kamu tahu?! Huh?!” keluh Pelayan Jan, kesal.
“Aku tahu. Khun Yupa ada di
kamarnya,” jawab Pelayan Juea dengan bangga.
Didalam kamar. Yupa menyentuh
pipi nya yang memar serta sedikit sakit. Lalu tiba- tiba Pelayan Jan datang,
mengatakan kalau Chuen dan Ton akan makan siang bersama. Mendengar itu, Yupa
sama sekali tidak peduli.
“Mengapa kamu memberitahuku?
Sana, beritahu Khun Kade,” kata Yupa dengan acuh.
Dengan kesal, Pelayan Jan pergi
dari kamar Yupa dan turun ke lantai satu. Melihat itu, Pelayan Juea memberitahu
Pelayan Jan bahwa sekarang Yupa sedang bad mood, karena wajah Yupa di tampar
oleh seseorang.
“Dia bilang, dia jatuh!” kata
Pelayan Jan.
“Owh… aku tahu perbedaan antara
bekas jatuh dan bekas tamparan. Kan aku sering kenak pukul,” balas Pelayan Juea
dengan sangat yakin.
Lalu dengan jiwa nakal yang tiba-
tiba terbangkitkan, Pelayan Jan dan Pelayan Juea berniat untuk pergi ke dekat
danau dan memata- matai Chuen serta Ton saja. Malas memperdulikan tentang Yupa.
Di tepi danau. Ketika makan siang
dimulai, pada saat Ton dan Chuen sama- sama ingin membuka tutup mangkok, tangan
mereka saing bersentuhan. Dengan canggung, Ton menarik tangannya duluan dan
meminta maaf.
Melihat kedekatan antara Chuen
dan Ton yang walaupun tampak cangung, tapi Pelayan Jeua dan Pelayan jan merasa
geram. Mereka merasa kalau Kade harus melihat kejadian ini secara langsung.
“Aku tidak bisa lihat! Tidak bisa
lihat!” kata Pelayan Juea sambil menutup matanya.
“Kemudian tutup matamu! Tutup!”
keluh Pelayan Jan.
Chuen tidak berpikiran kalau Ton
akan beneran datang untuk makan siang bersamanya. Mengetahui apa yang Chuen
pikirkan, Ton menekankan bahwa dia tidak membenci Chuen. Dan Chuen membalas
bahwa dia juga tidak membenci Ton. Saat mereka saling mengatakan itu, suasana
yang canggung pun mencair.
“Ayo makan,” ajak Ton. Dan Chuen
mengangguk sambil tersenyum.
Ketika Madam Kanda serta Kade
pulang, Pelayan Jan dan Pelayan Juea langsung melaporkan tentang Chuen dan
Cheewa.
“Apa?!” teriak Kade.
Selesai makan, Ton menanyai
dengan rasa penasaran, kenapa Chuen tidak pulang ke kampung. Dan Chuen pun
menjawab bahwa ini bukan karena Ton, tapi karena dia melihat setiap orang
tampak sibuk, jadi dia tidak mau merepotkan dan juga dia sudah menuliskan surat
untuk memberitahu Kakek Chom.
“Saat aku kembali, kamu mungkin
sudah lulus sekolah,” gumam Ton. “Akankah kamu mengantarkan ku?” tanya Ton,
dengan perasaan berharap.
“Aku tidak tahu kapan kamu akan
berangkat,” balas Chuen.
“Sepertinya kamu tidak peduli,”
kata Ton, menggoda Chuen.
“Sepertinya aku yang tidak
terlalu penting bagimu,” balas Chuen.
“Jika kamu tahu kapannya, akankah
kamu mengantarkanku?” tanya Ton, dengan perasaan berharap. Sambil menatap
Chuen.
“Iya,” jawab Chuen langsung. Dan
mendengar itu, Ton tersenyum senang.
Karena perasaan Ton sedang sangat
senang sekali, maka diapun mengajak Chuen untuk ikut ke suatu tempat dengannya.
Dan Chuen pun mengiyakan, karena dia memang sedang punya waktu luang sekarang.
“Kalau begitu, bersiaplah,” kata
Ton sambil tersenyum.
Ketika Ton masuk ke dalam rumah
dan menunggu Chuen untuk berganti pakaian serta bersiap- siap, Kade yang sedari
tadi sudah duduk dan menunggu di ruang tamu, dia langsung berdiri dan
menghampiri Ton. Lalu saat dia tahu kalau Ton dan Chuen mau pergi, dia ingin
ikut juga.
“Bisakah kita berangkat?” tanya
Chuen, yang sudah selesai berganti pakaian. Dan Ton mengiyakan. Dengan panik,
Kade langsung menghentikan Ton dan merengek untuk di ajak juga. “Banyak tempat
yang harus ku tuju termasuk rumahku,” kata Chuen, menjelaskan. Ini tandanya dia
menolak Kade untuk ikut.
“Aku mau ikut,” kata Kade dengan
tajam pada Kade. Lalu dengan manja, dia kembali merengek pada Ton sambil
menggoyang- goyangkan tangan Ton. “Yah, Khun Ton,” pintanyanya. Dan Ton diam.
“Maaf Khun Kade. Aku tidak suka
orang lain ikut,” kata Chuen. Lalu dia mengajak Ton untuk berangkat. Dan Ton
mengiyakan.
Dengan sikap keras kepala, Kade
mengikuti Ton dan Chuen yang berjalan pergi. Dia menghentikan mereka berdua dan
terus merengek untuk ikut juga. Tapi Ton menolak, karena mereka pergi
berhubungan dengan urusan Chuen, jadi tidak mungkin membawa Kade. Melihat sikap
Ton kepada Kade, Chuen merasa senang.
“Ayo Khun Ton,” ajak Chuen. Dan
Ton pun masuk duluan ke dalam mobil. Sedangkan Chuen menghentikan Kade sambil
tersenyum mengejek.
“Arghh… Chuen,” keluh Kade,
kesal.
Tepat ketika Chuen dan Ton pergi,
Songwut datang menggunakan becak. Kebetulan Loy mau menutup pagar, jadi Songwut
pun memanggil Loy. Lalu saat tahu kalau Chuen barusaja pergi, Songwut pun
menitipkan buah- buahan serta saus yang dibawanya untuk Nanny Aon dan Chuen
kepada Loy. Dan Loy menerima itu.
“Juga, tolong beritahu Khun Chuen
bahwa aku sudah menemukan rumah Bibi
Saiarun. Didekat Charoenkrung. Ingat ya,” kata Songwut dengan sikap sopan.
“Terima kasih.”
“Sama-sama,” balas Loy. Lalu dia
masuk ke dalam rumah.
Didalam mobil. Ton menanyai,
apakah Chuen sangat membenci Kade. Dan Chuen menyuruh Ton untuk bertanya
langsung kepada Kade. Lalu Chuen diam. Melihat itu, Ton pun mengalihkan
pembicaraan.
“Jadi kamu mau kemana?” tanya
Ton.
“Owh… bukannya kamu bilang mau
membawaku ke suatu tempat,” balas Chuen, heran.
“Kamu bilang pada Khun Kade, ada
banyak tempat yang ingin kamu kunjungi,” balas Ton. Dan Chuen diam. “Jika kamu
tidak tahu mau kemana, aku akan membawamu ke Phahurat. Karena kamu akan
mengantarkanku nanti, jadi aku akan membelikan mu beberapa pakaian canti
sebagai gantinya,” jelas Ton. Mendengar itu, Chuen tersenyum senang.
Seperti biasa, sehabis ditolak
Ton dan diejek oleh Chuen, Kade pergi menemui Madam Kanda sambil menangis. Lalu
dia mengadukan tentang kejadian barusan. Dan Madam Kanda menyuruh Kade untuk
sabar dan jangan bertindak ceroboh, karena Chuen adalah orang yang pintar.
“Kamu ingin dia terus mengejekku
seperti ini?! Apa yang dia lakukan padaku, kamu bahkan tidak ada lihat!” teriak
Kade, emosi.
“Kade dengarkan aku,” kata Madam
Kanda. Lalu dia ingin membisikkan sesuatu ditelinga Kade. Tapi tiba- tiba saja
telpon rumah berbunyi. Jadi diapun tidak jadi berbisik.
Ternyata yang menelpon adalah
Songwut. Menerima telpon tersebut, Madam Kanda langsung ingin bertemu dengan
Songwut sekarang.
Lalu Madam Kanda dan Songwut pun bertemu di tempat sebelumnya. Tanpa berbasa- basi, Madam Kanda langsung memberitahu, “Aku ingin kamu menyingkirkan Chuen dalam dua hari ini,” perintahnya.
Makasih banyak..
ReplyDeleteSemngat...semangat..