Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 11 part 1

 

Original Network : Channel 7


Chuen pergi melapor kepada Lady Veena, mengenai gaun pestanya yang hilang. Lalu mereka berdua mencari bersama- sama, tapi tidak ketemu dan memang tidak ada. Dengan sangat yakin, Chuen mengatakan kalau pasti ada orang yang mencuri gaunnya tersebut, karena tidak mungkin gaunnya itu bisa berjalan keluar dari dalam lemari dan hilang.


Lady Veena kemudian mendiskusikan hal ini kepada Mr. Niwat. Dia menjelaskan sebenarnya dia merasa agak tidak nyaman, tapi sejujurnya dia mencurigai Kade. Karena sebelumnya, hanya Kade yang datang ke rumah besar. Mengetahui itu, Mr. Niwat langsung ingin pergi mencari Kade dan bertanya. Tapi Lady Veena menghentikannya, karena Kade masih agak tidak enak badan, jadi lebih baik biarkan Kade beristirahat.

“Siapa yang tahu dia beneran sakit atau tidak,” keluh Mr. Niwat, tidak percaya kalau Kade beneran sakit.

“Jika dia beneran tidak enak badan, dan kamu menfitnah dia, dia akan merasa terluka,” jelas Lady Veena, mengkhawatirkan tentang hal ini.


Karena tidak mungkin mempertanyakan Kade, Lady Veena dan Mr. Niwat pun mulai memikirkan harus bagaimana, supaya gaun baru Chuen bisa siap dalam dua hari ini. Kemudian tiba- tiba, Mr. Niwat teringat sesuatu.

“Cheewan pasti akan sangat senang,” gumam Mr. Niwat.

Pagi hari. Sekitar jam 9. Lady Veena datang ke kamar Chuen dan membangunkan Chuen yang masih tidur. Dia datang dengan membawa sebuah kotak besar berisikan gaun pesta. Dan menerima hal itu, Chuen merasa agak bingung, karena Madam Kanda mengatakan kalau ini memanglah gaunnya.

“Mandi dulu dan kemudian aku akan beritahu kamu,” kata Lady Veena. Dan Chuen mengiyakan dengan masih agak bingung- bingung.


Setelah Chuen selesai, dia dan Lady Veena mengobrol didekat tepi danau. Lady Veena memberitahu Chuen, kalau gaun pesta yang diberikannya tadi, itu adalah milik Ibu Choi. Dan dia mendapatkan gaun ini dari Mr. Niwat. Ternyata selama ini, Mr. Niwat ada menyimpan gaun milik Ibu Choi. Mengetahui ini, Chuen tidak ingin mengenakan gaun tersebut.

“Ibumu membuat gaun ini untuk di kenakan pada pesta topeng dengan Ayahmu. Tapi kebetulan sesuatu terjadi, jadi Ibumu pergi meninggalkan rumah. Ayahmu menyimpan gaun ini sebagai kenangan, karena gaun ini mewakilkan Khun Cheewan. Juga setiap tahun, dia selalu mencuci gaun ini dan menyimpannya dengan baik, sehingga gaun ini selalu terlihat baru,” kata Lady Veena, bercerita. “Pikirkanlah, mungkin Ibumu membuat gaun ini untukmu,” jelasnya, membujuk Chuen.


Disaat Lady Veena serta Chuen masih mengobrol, Kade datang. Lalu dengan perhatian, Lady Veena pun menanyai, apakah perut Kade sudah terasa baikan. Dan Kade menjawab sudah baikan. Kemudian, Lady Veena mengundang Kade untuk duduk bersama serta mengobrol. Tapi Chuen malas kalau harus mengobrol dengan Kade, jadi diapun beralasan bahwa dia ada urusan kepada Lady Veena serta pamit pergi.

“Bibi lihat sikap nya! Aku sudah merendahkan diriku sendiri untuk duduk di satu meja yang sama dengan dia, tapi dia malah bersikap sombong!” keluh Kade, menjelek- jelekan Chuen di depan Lady Veena.

“Dia ‘kan sudah bilang, dia harus menyelesaikan pr nya,” balas Lady Veena.


Mendengar Lady Veena terkesan membela Chuen, Kade tidak senang dan langsung berbicara dengan keras. Tapi saat melihat ekspresi wajah Lady Veena tampak seperti kecewa dengannya, dia langsung merubah sikap nya menjadi lebih baik. Dan setelah itu, ekspresi wajah Lady Veena pun ikut membaik.

Ketika Kade pulang, Yupa buru- buru menanyai, apakah ada berita terupdate mengenai gaun Chuen. Mendengar itu, Madam Kanda memarahi Yupa untuk jangan berbicara keras- keras, karena dinding dan pintu punya telinga, jika masalah ini sampai didengar orang, maka mereka akan dalam masalah. Dan dengan patuh, Yupa mengiyakan.

Kade tidak menjawab pertanyaan Yupa dan mengabaikannya. Dia mendekati Madam Kanda, lalu mulai mengeluh seperti biasa. Mengeluh tentang Madam Kanda dan Chuen.


“Sshh…” kata Pelayan Juea, memberikan tanda supaya Kade bicara lebih pelan. “Nona, dinding dan pintu ada mata serta telinga, jadi jangan terlalu keras,” katanya, menasehati.

“Juea!” tegur Madam Kanda serta Kade secara bersamaan.

Setelah ditegur dan disuruh untuk membuat sarapan, Pelayan Juea pun pergi. Lalu setelah ini, barulah Madam Kanda serta Kade mulai berbicara lagi.


Didalam kamar. Chuen membuka kotak gaun yang Lady Veena. Lalu dia mengambil gaun didalam kotak tersebut. “Ma, jika gaun ini benar- benar milikmu, tolong biarkan ini muat padaku,” doa Chuen di dalam hati sambil memeluk gaun Ibu Choi. “Ma, aku tahu kamu selalu bersama denganku.”


Hari pesta sambutan Ton. Songwut serta temannya datang. Sebenarnya si teman merasa takut, karena ada banyak orang, tapi Songwut tidak, malahan menurutnya hari seperti ini sangat bagus, karena mereka akan bisa dengan mudah masuk ke dalam ke kediaman Sarayut. Tepat disaat itu, dua orang tamu datang, dan melihat kedatangan kedua tamu tersebut, Songwut terpikirkan sebuah ide.

Songwut dan si teman menyerang ke dua tamu tersebut dari belakang. Lalu mereka menyeret kedua tamu tersebut.

Didalam rumah sebelah. Yupa sangat senang sekali dengan gaun nya. Ketika Madam Kanda turun dari lantai atas, dia berputar untuk menunjukkan gaunnya.


Pesta dimulai. Pada saat suara terompet berbunyi, Kade berjalan menuruni anak tangga dengan langkah elegan. Lalu dengan senyuman yang lebar, dia menatap ke arah Ton. Melihat itu, Ying langsung mendorong Nan sebagai korban, ke arah Kade. Dan mengerti dengan maksud Ying, Nan pun mengulurkan tangannya serta mengajak Kade untuk berdansa. Bila ditolak, maka tidak akan enak, jadi dengan terpaksa Kade pun menerima ajakan dansa dari Nan.



Kemudian selanjutnya, giliran Chuen yang berjalan turun. Melihat kecantikan Chuen, Ton serta Tor merasa terpana. Lalu sebelum Tor sempat maju, Ton sudah berjalan maju duluan dan mengulurkan tangannya kepada Chuen, sebagai tanda dia ingin mengajak Chuen untuk berdansa bersama. Dan Chuen menerima uluran tangan dari Ton.



Melihat itu, Tor serta Kade sama- sama merasa cemburu. Dan kemudian, Tor menari bersama dengan Lady Veena yang datang serta mengajaknya untuk berdansa.


Selesai berdansa, Chuen dan Ton mengobrol berdua ditaman. Biasanya Ton selalu bersikap cuek dan agak acuh pada Chuen, karena janjinya pada Tor. Tapi kali ini tidak seperti biasanya. Kali ini Ton dengan jujur, mengungkapkan perasaannya kepada Chuen. Dia mengatakan kalau dia menari dengan Chuen, bukan karena dia memilih gadis mana yang lebih elegan, tapi dia menari dengan Chuen karena gadis itu adalah Chuen. Mendengar pengakuan itu, Chue tersenyum malu- malu.

Ton kemudian melepaskan topeng yang Chuen gunakan dan mendekatkan wajah nya secara perlahan, mengecup bibir Chuen. Dan Chuen membiarkan itu.

Tepat disaat itu, Tor lewat. Dan melihat hal tersebut.

Post a Comment

Previous Post Next Post