Original Network : OCN tvN
“Drama
ini adalah fiksi. Tokoh, tempat, organisasi, insiden, kelompok, dan latar.
Tidak berdasarkan kenyataan”
Dikantin.
Seorang kolega ingin makan siang bersama Hakim Ryu Sung Hoon yang sedang makan
sendirian. Sayangnya, Hakim Sung Hoon tidak suka makan bersama orang lain. Ini
adalah upaya Hakim Sung Hoon untuk menghindari orang- orang yang meminta
bantuannya tentang sidang, ini jugalah sebabnya banyak orang bilang, Hakim Ryu
akan menjadi calon Ketua Mahkamah Agung. Setiap orang tahu itu.
Ketika
makan siang selesai, Hakim Sung Hoon kembali ke ruangan. Dan disana, sudah ada
orang yang menunggunya, mantan hakim Mahkamah Agung.
“Entah
ini kebetulan atau aku beruntung, tapi kasus pertamaku setelah membuka firma
hukumku ditugaskan kepadamu,” kata mantan Hakim, dengan sikap bersahabat.
“Begitu
rupanya. Kasus apa itu?” tanya Hakim Sung Hoon sambil bersiap mencatat.
“Bukan
kasus besar. Soal narkoba,” jawab mantan Hakim sambil tersenyum.
Klien
si mantan hakim, dia adalah seorang mahasiswa kedokteran, dia pintar dan anak
yang baik. Tapi dia tidak tahan godaan dan melakukan kesalahan. Mendengar ini,
Hakim Sung Hoon tidak setuju, kalau si klien dari si mantan hakim adalah anak
yang baik, sebab pertama adalah kesalahan, tapi setelah kali kedua, itu adalah
kebiasaan.
Si
klien pernah masuk dalam masa percobaan karena menjual dan memakai narkoba.
Lalu sebelum masa percobaannya berakhir, dia mengulangi kejahatan itu lagi.
Jadi jelas, si klien akan mendapatkan hukuman tambahan.
Alasan
si mantan hakim menemui Hakim Sung Hoon adalah karena si klien ini. Dia ingin
Hakim Sung Hoon menetapkan tanggal persidangan, setelah masa percobaan usai.
Tapi Hakim Sung Hoon menolak. Lalu si mantan hakim menyebut nama Det. Sung Jun
untuk mengancam. Det. Sung Jun ada memukuli klien nya, hingga klien nya dirawat
selama lima pekan. Jadi jika hari ini Hakim Sung Hoon sepakat untuk membantu,
maka dia bisa membatalkan tuntutannya pada Det. Sung Jung. Sayangnya, dia
salah, karena Hakim Sung Joon sama sekali tidak takut ataupun peduli,
menurutnya jika Det. Sung Jun salah, maka Det. Sung Jun tetap harus dihukum,
walaupun Det. Sung Jun adalah adiknya.
“Aku
kecewa padamu. Kamu pernah menyandang reputasi bergengsi sebagai hakim, tapi
berusaha membuat kesepakatan seperti ini. Aku akan melaporkan kejadian hari ini
ke Kantor Administrasi,” kata Hakim Sung Hoon dengan serius.
“Apa?
"Membuat kesepakatan?" Dasar kurang ajar,” balas si mantan hakim,
takut dan marah. Lalu dia pergi sambil menutup pintu dengan kuat.
@@@
Dikantor
polisi. Atasan Yeom Ki Nam datang dan memarahi Det. Sung Jun, karena Det. Sung
Jun telah salah menangkap orang, dan bahkan memukuli orang tersebut. Walaupun
si pelanggan VIP gila ada mencoba meracuni korban Ji Eun, tapi percobaan itu
kan gagal. Juga sebenarnya, Atasan Yeom malah berharap kalau saat itu si
pelanggan VIP gila berhasil, setidaknya korban Ji Eun tidak akan dibunuh secara
brutal.
“Pak
Kepala, itu agak… “ kata Kapten Oh Young Guk, menghentikan Atasan Yeom yang
mengomel- ngomel dan semakin melenceng.
“Ryu
Sung Jun, kamu dituntut atas penyerangan!” kata Atasan Yeom.
“Lagi?”
gumam orang- orang, terkejut.
“Aku
akan mengurus ulang kasus Detektif Ryu dengan baik. Pak Kepala, kamu sudah
makan siang? Ayo. Hari ini aku yang bayar,” kata Kapten Oh, melindungi Det.
Sung Jun. Dia menarik Atasan Yeom untuk pergi dan makan- makan.
@@@
Malam
hari. Det. Sung Jun pulang ke rumah orang tuanya. Sebenarnya sih, dia tidak
ingin pulang ke sana. Tapi Hakim Sung Hoon tidak mau membantunya dan juga tidak
mau percaya dengan alasannya tidak bisa datang. Jadi akhirnya, diapun terpaksa
harus datang.
Pada
saat dia masuk ke dalam rumah dan mendengar tawa kedua orang tuanya pada Hakim
Sung Hoon, dia semakin merasa berat. Tapi dia tetap masuk dan duduk di meja
makan.
Ketika
Det. Sung Jun datang, Ibu Ryu memperhatikan ada luka ditangan Det. Sung Jun,
dan dia menebak dengan yakin, kalau Det. Sung Jun pasti berkelahi lagi. Dengan
gugup, Det. Sung Jun menutupi tanganya dan menjelaskan kalau ini karena dia
menangkap tersangka.
“Pasti
menyenangkan jika kamu menjadi hakim seperti kakakmu,” kata Ibu Ryu.
“Tidak
semua orang bisa menjadi hakim,” kata Ayah Ryu, juga.
Mendengar
kedua orang tuanya hanya memuji Hakim Sung Hoon, sebenarnya Det. Sung Jun
merasa agak tidak nyaman, seperti terkucilkan dalam keluarga ini, jadi diapun
hanya diam saja. Lalu Hakim Sung Hoon mengangkat gelasnya dan mengajak semuanya
untuk bersulang. Bersulang untuk Ibu mereka, Na Guk Hee, calon Menteri
Kesehatan dan Kesejahteraan. Setelah itu, suasana kembali ceria, tapi sama
seperti sebelumnya, kedua orang tua mereka hanya memuji Hakim Sung Hoon saja.
“Kurasa
Sung Jun belum sadar. Apa yang harus kita lakukan dengannya?” kata Ayah Ryu
sambil menatap Hakim Sung Hoon, meminta pendapat.
“Jika
kalian menjelaskan kasus ini di sidang dengar pendapat, aku yakin komite akan
mengerti,” kata Hakim Sung Hoon, menenangkan kedua orang tuanya. “Untungnya,
orang yang menuntut Sung Jun sangat dibenci masyarakat. Dia terdakwa di salah
satu persidanganku,” jelasnya.
“Syukurlah
kasus ini akan berakhir tanpa masalah,” kata Ibu Ryu, merasa lega. “Tapi jika
dia melakukan ini lagi… “ katanya, agak cemberut.
“Sung
Jun. Jangan lakukan apa pun dan diam saja, ya? Dengan begitu, kamu bisa
membantu ibumu,” pinta Ayah Ryu.
“Nak,
tolong bantu ibu,” kata Ibu Ryu, juga. Kali ini sambil tersenyum.
Selesai
makan malam, Det. Sung Jun dan Hakim Sung Hoon pulang bersama- sama ke
apatermen mereka. Disana, Det. Sung Jun berusaha menjelaskan alasannya memukuli
si pelanggan VIP gila. Tapi Hakim Sung Hoon mengabaikannya. Menyadari itu, Det.
Sung Jun pun memegang tangan Hakim Sung Hoon untuk menarik perhatiannya.
“Ryu
Sung Jun. Kenapa kamu menjadi polisi?” tanya Hakim Sung Hoon.
“Kenapa
tiba-tiba menanyakan itu?’ tanya Det. Sung Jun, heran.
@@@
Pada
masa sekolah. Sung Hoon memergoki Sung Jun memukuli anak- anak di gang. Melihat
itu, dia selalu gugup. Karena jika terus begitu, maka Sung Jun bisa menjadi
pembunuh. Tapi kemudian, Sung Jun mengatakan ingin menjadi polisi, dia terkejut
sekaligus lega. Jadi dia tidak perlu khawatir lagi, soal dia mungkin memiliki
adik pembunuh.
Tapi
hari ini, Sung Hoon terpikir sesuatu, apakah mungkin Sung Jun menjadi seorang
polisi untuk alasan yang berbeda.
@@@
“Alasan
apa?” tanya Det. Sung Jun, tidak paham.
“Kamu
lebih tahu jawabannya daripada aku,” jawab Hakim Sung Hoon.
Karena
perkataan Hakim Sung Hoon tersebut, Det. Sung Jun jadi merasa bertanya- tanya
pada dirinya sendiri. Dan dia pergi ke warung makan serta minum- minum
sendirian disana.
Didalam
ruang kerja. Hakim Sung Hoon mengukir sebuah kayu dengan sangat teliti sekali.
Sepertinya ini adalah hobi nya.
@@@
"Rumah Duka 6"
Det.
Sung Jun datang menemui Baek Moon Kang, Ayah dari korban Ji Eun. Dia ingin
mencari tahu, apakah ada orang yang Ayah Ji curigai, seperti orang yang dendam
pada Ji Eun sehingga membunuh Ji Eun secara brutal. Atau Ayah Ji memiliki
kenalan yang mahir menggunakan pisau, seperti mahasiswa kedokteran atau koki.
Dan Ayah Ji menjawab tidak untuk semua pertanyaan Det. Sung Jun itu.
“Sayang,
apa mungkin dia? Bagaimana dengan
Pak Jung?” kata Ibu Ji, terpikir akan seseorang.
“Jangan
bicara omong kosong,” kata Ayah Ji, menghentikannya berbicara.
“Siapa
Pak Jung?” tanya Det. Sung Jun, ingin tahu.
“Entahlah.
Istriku masih trauma atas apa yang terjadi,” kata Ayah Ji, tidak mau menjawab.
Lalu dia pamit, “Dia harus beristirahat,” jelasnya, dan dia membawa Ibu Ji
untuk pergi.
Berdasarkan
perkataan Ibu Ji, Det. Sung Jun pun menyuruh Det. Seok untuk memeriksa siapa
Pak Jung yang dimaksud. Dan juga riwayat hidup Ayah Ji.
Baek
Moon Kang, lahir tahun 1964. Dia pernah bertugas di pasukan khusus. Sekarang,
dia mengelola perusahaan bernama Hope Foods. Lokasinya di Jangmae-dong, 53-1,
dekat di tempat mayat Ji Eun ditemukan. Jarak perusahaan Ayah Ji dan mayat Ji
Eun ditemukan, hanya berjarak sekitar 2 km.
@@@
"Hope Foods"
Hope
Food adalah sebuah perusahaan pengelola daging mentah. Det. Sung Ju datang ke
sana dan mengamati setiap karyawan yang bekerja disana. Dari pengamatannya,
setiap karyawan sangat ahli dalam menggunakan pisau, kadang mereka menusuk ke
dalam, kadang dangkal, intinya mereka dapat mengolah daging dengan tepat, tanpa
menyentuh tulang sama sekali.
“Permisi,”
panggil Manajer, dari belakang.
Mendengar
panggilan itu, Det. Sung Jun berbalik dan menatap Manajer. Lalu dia menunjukkan
kartu identitas polisinya. “Aku mencari seseorang. Kamu punya pegawai bernama
Pak Jung, bukan?” tanyanya, secara langsung.
“Tidak,”
jawab Manajer, singkat.
Ketika
Det. Sung Jun menyebut nama Pak Jung, setiap karyawan berhenti dan menatap ke
arahnya. Sebenarnya Det. Sung Jun menyadari itu, bahkan dia juga menyadari
kalau ada seseorang yang bersikap mencurigakan. Karena inilah, ketika Manajer
menjawab ‘tidak’, dia langsung pamit serta pergi darisana.
Orang
yang mencurigakan itu, ketika sudah waktunya pulang, dia langsung pergi ke
tempat yang sepi, yaitu ke dalam gudang. Dia menelpon Pak Jung. Kemudian tepat
disaat dia telah selesai menelpon Pak Jung, tiba- tiba saja Det. Sung Jun
muncul di belakang nya dan berdiri didepan pintu gudang. Dan dia sangat
terkejut serta gugup.
“Man
Chun? Jung Man Chun?” tanya Det. Sung Jun, memeriksa riwayat telpon di ponsel
si orang mencurigakan.
Dikantor
polisi. Kapten Oh dan rekan- rekannya menemukan petunjuk baru dari hasil
rekaman kamera di helm kurir Pengiriman Piggy.
Det.
Sung Jun mendapatkan informasi baru dari kantor polisi, yaitu foto Ji Eun dan
pelaku. Lalu dia menunjukkan foto itu kepada si orang mencurigakan. “Ini Jung
Man Chun, bukan?” tanyanya. Dan si orang mencurigakan, menyangkal dengan gugup.
“Itu dia. Temanmu, Man Chun. Jung Man Chun,” kata Det. Sung Jun dengan yakin.
“Di mana dia sekarang?”
“Aku
sungguh tidak tahu,” jawab si orang mencurigakan.
“Coba
kulihat KTP-mu,” pinta Det. Sung Jun. Dan si orang mencurigakan diam. “Kamu
imigran ilegal,” tebak Det. Sung Jun dengan yakin.
“Kenapa
kamu melakukan ini kepadaku?” gumam si orang mencurigakan, takut.
Dengan
baik hati, Det. Sung Jun memberitahu si orang mencurigakan. Pak Jung adalah
tersangka pembunuhan. Jadi jika si orang mencurigakan diam, untuk melindungi
Pak Jung, maka si orang mencurigakan akan di penjara karena menyembunyikan
pelaku kriminal. Mendengar ini, si orang mencurigakan merasa ngeri.
Dari
jauh, Manajer memperhatikan hal tersebut. Dan lalu pergi.
Si
orang mencurigakan menunjukkan dimana Pak Jung tinggal. Secara berhati- hati,
Det. Sung Jun memasuki rumah Pak Jung dan memeriksa, tapi tidak ada siapapun
disana.
Ketika
Det. Sung Jun mengira, tidak ada siapapun disana, Pak Jung muncul dari belakang
untuk menyerangnya. Untung saja, dia agak peka dan berhasil menghindar,
walaupun tangannya masih berhasil di lukai. Dan dia tertawa.
“Melihat
darah membuatmu tertawa? Kamu terlalu berani,” puji Pak Jung. Lalu sebelum dia
berhasil melakukan sesuatu, Det. Sung Jun menyerangnya.
Det.
Sung Jun termaksud kuat, jadi walaupun Pak Jung memegang pisau, tapi dia tetap
tidak bisa mengalahkan kekuatan Det. Sung Jung. Karena hal inilah, makanya Pak
Jung pun langsung berlari kabur darisana. Dan tentu saja, Det. Sung Jun
langsung mengejarnya.
Akhirnya,
Det. Sung Jun berhasil mengalahkan Pak Jung dan menangkap Pak Jung. “Jung Man
Chun. Kamu ditangkap atas pembunuhan Baek Ji Eun. Kamu berhak didampingi
pengacara. Kamu akan diberi kesempatan untuk menjelaskan,” katanya, menjelaskan
dengan agak jijik.
“Aku
tidak membunuh siapa pun,” balas Pak Jung, membela diri.
“Kubilang
kamu akan diberi kesempatan untuk menjelaskan!” bentak Det. Sung Jun sambil
menekan Pak Jung dengan kuat, sehingga Pak Jung menjerit kesakitan.
"Tanggal 18 Januari 2022".
"Tersangka pembunuhan Baek Ji Eun, Jung Man Chun ditangkap"
Polisi
datang ke lokasi Det. Sung Jun, dan membawa Pak Jung masuk ke dalam mobil
polisi.
Dari jauh,
Ayah Ji dan Manajer, memperhatikan hal itu dari dalam mobil yang diparkir agak
jauh. Jadi tidak ada yang sadar. Dan bila di perhatikan, teman yang berada
disebelah Ayah Ji ini adalah orang yang sebelumnya memperhatikan Det. Sung Jun
dan si orang mencurigakan dari jauh.
“Prioritas kami adalah melindungi aktor cilik dan hewan. Adegan berbahaya, tidak direkam dengan anak- anak atau hewan sungguhan. Tapi dengan pemeran pengganti dan boneka.”