Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka
Hisui Toujoshu (2022) Episode 1 part 1
Original Network : NTV
Dengan
santai, Makoto duduk di sofa sambil memakan satu cup es krim kecil. Setelah es
krim nya sudah hampir mau habis, dia baru melihat kalau ada tertulis nama
‘Hisui’ ditutup es krim yang dimakannya. Dan dia langsung tersentak seperti
terkejut.
Dengan
buru- buru, Makoto langsung berlari keluar dari rumah sambil membawa dompet.
Dia membeli satu cup es krim kecil yang baru. Kemudian setelah pulang, dia
menukar tutup cup es krim itu dengan tutup cup yang tertuliskan nama ‘Hisui’.
Lalu dia menaruh es krim tersebut ke dalam kulkas. Dan dengan cepat, dia
membersihkan sisa es krim sebelumnya.
“Sip,”
kata Makoto, merasa lega.
“Selamat
datang, Hisui,” sapa Makoto, memanggil, saat Hisui pulang.
Mendengar
itu, Hisui diam sambil menatap ke arah meja, lalu dia mendekati kulkas dan
membukanya. Dia mengeluarkan es krim yang bertuliskan namanya. Lalu dia
tersenyum.
Hisui
yakin es krim ini bukanlah es krimnya. Melainkan ini es krim yang baru Makoto
beli, karena Makoto memakan es krimnya. Alasannya, dia melihat ada titik putih
di atas meja, seperti bekas sendok yang diletakkan di sana. Dan es krim yang
sekarang tidak terasa terlalu dingin seperti ada meleleh sedikit, ini membukti
kan kalau es krim ini baru di beli dan di masukkan ke dalam kulkas.
“Ck,”
keluh Makoto, karena ketahuan.
“Kalau
kamu adalah pelaku dalam misteri terbalik, aku yakin kamu akan ditangkap dalam
sekejap,” komentar Hisui sambil tersenyum.
“Apa
itu misteri terbalik?” tanya Makoto, tidak tahu.
“Inverted
detective story alias Howcatchem,” jawab Hisui sambil berjalan mendekati
Makoto. Dan dengan gugup, Makoto berjalan mundur untuk menghindari Hisui.
Inverted
detective story adalah sebuah misteri yang disajikan kepada pembaca tentang
bagaimana penjahat melakukan kejahatan dan menggambarkannya dari sudut pandang
penjahat.
“Kalau
sudah tahu pelakunya, tidak akan menarikkan?” tanya Makoto, heran.
“Tidak
juga,” jawab Hisui dengan geli. “Karena pelakunya sudahu diketahui, maka
pembaca akan berfokus pada kesalahan yang dilakukan pelakunya dan trik apa yang
diperbuatnya. Mereka bisa mendapatkan sensasi mendebarkan yang sama seperti
pelakunya yang sedang diburu oleh detektif,” jelas Hisui.
“Kalau
kamu tahu dari kekuatan psikis, aku bahkan lebih berdebar,” gumam Makoto, tidak
tertarik.
@@@
Malam
hari. Disebuah apatermen. Perusahaan IT
– Direktur, Naomasa Yoshida memasak sup herbal china. Mencium aromanya Teknisi Sistem, Shigeto Komaki menjadi
terbatuk- batuk. Dan Yoshida memberikannya sebotol air dan membukakan nya juga.
Komaki menerima itu, tapi tidak langsung meminumnya.
“Kenapa
kau bersikeras menjualnya?” tanya Komaki. “Proyekku,” tambahnya.
“Proyekku? Ini proyek perusahaan, kan?”
balas Yoshida, membenarkan. “Sudah diputuskan, kau tidak mengerti, ya?”
jelasnya sambil berjalan ke dapur untuk memeriksa sup herbal nya.
Komaki
diam. Dia meletakkan botol air putih di meja, lalu dia memeriksa waktu di jam
tangannya. Beberapa menit lagi akan pas jam 8. Lalu dia menatap ke arah Yoshida
yang sedang sibuk didapur, dan kemudian dia memgambil palu yang terbungkus kain
didalam tasnya.
Dengan
sikap biasa, Komaki berjalan ke dapur dan memanggil nama Yoshida. Ketika
Yoshida berbalik, dia langsung memukul Yoshida dengan kuat, sehingga Yoshida
pingsan dan terjatuh dilantai. Kemudian dia memakai sarung tangan, menyeret
Yoshida, menelanjangkannya dan memasukkan kepalanya ke dalam bak mandi. Dan
lalu dia menyalakan air panas. Setelah itu semua siap, dia kembali ke dapur
untuk mematikan kompor yang masih menyala. Lalu dia juga membersihkan sidik
jarinya yang berada di botol minum dan memasukkan itu kembali ke dalam kulkas.
Tanpa menyadari atas sedikit air yang tertinggal di atas meja, seperti bekas
botol dingin yang diletakkan di meja.
Sambil
tersenyum, Komaki memperhatikan bak air yang sudah terisi penuh dan Yoshida
yang meninggal. “Mulai hari ini, aku bebas,” gumamnya senang.
@@@
Yoshida
adalah Direktur GemRails, sebuah perusahaan IT. Estimasi kematiannya antara jam
7 sampai 9 malam kemarin. Kemungkinan akibat kecelakaan. Karena berdasarkan
TKP, Yoshida tampaknya mati karena tidak sengaja terjatuh dan terbentur bak
mandi, kemudian pingsan.
“Tempat
ini milik perusahaan, kan? Ada CCTV?” tanya Detektif Kaneba.
“Tidak
ada orang yang tampak mencurigakan. Namun, tidak ada CCTV di tangga luar,”
jawab Asisten Detektif, menjelaskan.
Yang
menjadi fokus Detektif Kaneba di TKP adalah bekas air di atas meja, dokumen
perencanaan dengan nama Shigeto Komaki. Ntah kenapa, ini yang menurutnya paling
janggal.
@@@
Komaki
membaca berita kematian Yoshida yang sudah muncul di artikel internet. Tiba-
tiba terdengar bunyi lonceng. Dengan waspada dia mendekat ke pintu dan
mengintip melalui lubang intip kecil di pintu.
Ternyata
orang yang berada di luar adalah Hisui.
Ketika
Komaki membuka pintu, Hisui yang berada terlalu dekat dengan pintu terbentur
kepalanya dan kantong berisikan apel yang dipegangnya pun berjatuhan.
“Ah,
maafkan aku,” kata Komaki sambil segera membantu mengambilkan apel- apel yang
berjatuhan. Dan Hisui juga ikut meminta maaf sambil mengambil apel- apel itu.
Setelah
semua apel terkumpul, Hisui menjelaskan kepada Komaki bahwa dia barusaja pindah
ke rumah sebelah. Dan dia datang untuk memberikan beberapa apel dari kampung
halamannya. Dengan sopan, Komaki menerima apel- apel ini sambil tersenyum malu-
malu pada Hisui yang menurutnya tampak cantik.
“Anu…
Komaki- san,” kata Hisui sambil melihat ke dalam rumah Komaki. “Mungkin ini
pertanyaan aneh, tapi apa saat ini kamu bersama seseorang?” tanyanya, dengan
agak ragu.
“Enggak
ada, aku cuma sendiri,” jawab Komaki.
“Yah,
aku seperti mendengar suara,” gumam Hisui. Lalu dia tersenyum malu, “Sepertinya
aku salah dengar,” jelasnya. “Kalau gitu, semoga bisa mengenalmu lebih dekat,”
katanya, pamit.
@@@
Episode Satu : Perubahaan Di Atas Awan
Detektif
Kaneba datang ke kantor GemRails untuk mewawancarai Komaki mengenai kasus
Yoshida. Walaupun kasus ini disimpulkan sebagai kecelakaan, tapi tetap saja
diperlukan formalitas. Itulah mengapa mereka mewawancarai Komaki.
Komaki
memberitahu Detektif Kaneba bahwa hari itu mereka mengalami masalah sistem,
jadi dia berada dikantor dari jam 8 malam sampai lewat tengah malam untuk
menanganinnya. Saksi yang bisa membuktikan alibinya adalah Sugo. Karena pada
malam itu, disekitar waktu yang disebutkannya, dia melakukan video call dengan
Sugo. Dan Sugo membenarkan hal tersebut. Oh ya, sebelumnya sekitar pukul 7
malam, dia ada sempat ada pergi ke toko disebelah kantor ini. Jadi kamera CCTV
di sana pasti ada merekam nya.
“Dibutuhkan
sekitar satu jam dengan mobil dari sini ke rumah Yoshida,” kata Asisten
Detektif, menjelaskan kepada Detektif Kaneba.
“Mm,”
kata Detektif Kaneba, mengerti. “Omong- omong, apa Anda mengenali ini?” tanya
Detektif Kaneba sambil menunjukkan foto bekas air di atas meja. “Ini ada di
meja milik Yoshida. Sepertinya obat herbal Cina yang dia minum setiap hari
tumpah dari cangkir dan meninggalkan bekas itu. Disini, satu- satunya di mana
tanda ‘C’ terputus. Tampaknya ada sesuatu yang bergesekan dengannya,” jelas nya
sambil memperhatikan reaksi Komaki.
“Lalu?”
tanya Komaki, tidak mengerti.
“Tidak
apa, kalau Anda tak tahu,” jawab Detektif Kaneba, mengambil kembali foto itu.
@@@
Dicafe.
Komaki tidak sengaja bertemu dengan Hisui. Dari sini, mereka mulai makin sering
bertemu. Dan Komakin pun mulai jatuh cinta kepada Hisui.
Ketika
suatu saat Komaki datang ke café dan seorang pelayan (Makoto) salah paham bahwa
dia dan Hisui adalah pacar, dia merasa senang dan agak malu- malu. Lalu saat
makan bersama dan dia tahu kalau ternyata Hisui masih belum punya pacar, dia
menjadi berharap dan mulai merasa deg- degan. Tapi saat Hisui mulai bercerita
kalau dirinya memiliki indera keenam serta mengatakan sesuatu, rasa deg- degan
nya menghilang dan berubah menjadi rasa gugup.
“Aku
melihatnya saat mengunjungi tempatmu sebelumnya. Ada seorang pria berdiri
disana seperti ingin mengatakan sesuatu,” kata Hisui.
“Orang
seperti apa?” tanya Komaki, gugup.
“Dia
memakai jeans. Dia membawa botol plastik dengan label warna kuning,” jawab
Hisui, mengingat. “Pria itu sepertinya ingin memberitahumu sesuatu. Tapi, aku
tidak tahu apa itu,” jelasnya. Dan rasa gugup Komaki pun agak berkurang.
“Aku
kehilangan teman beberapa hari lalu karena kecelakaan. Namanya Yoshida,” kata
Komaki, bercerita.
“Anu…
mungkin saja, itu bukan kecelakaan,” tebak Hisui.
Orang
yang hari itu dilihat oleh Hisui, ekspresinya tampak sama sekali tidak tenang.
Jika benar orang itu adalah Yoshida, maka bisa jadi ekspresi tidak tenang nya
ini karena dia mati bukan karena kecelakaan biasa. Dan Hisui jadi ingin mencari
tahu, apa yang ingin Yoshida coba katakan dan kebenaran nya. Hisui pun mengajak
Komaki untuk mencari tahu bersama- sama. Tentu saja, Komaki menolak dengan
berbagai alasan, dia beralasan bahwa polisi sudah menyimpulkan kasus ini sebagai
kecelakaan.
“Maafkan
aku. Aku pikir kamu akan mempercayai ceritaku, jadi aku agak berharap,” kata
Hisui, kecewa. Lalu dia mengambil tas nya dan pamit.
Karena
Komaki masih memiliki rasa suka pada Hisui, jadi ketika Hisui menunjukkan rasa
kecewa dan pamit, dia merasa dilema. Akhirnya, dia memutuskan untuk pura- pura
membantu Hisui.
“Apa
… apa yang bisa kulakukan untuk membantumu?” tanya Komaki, menghentikan Hisui
yang akan membayar tagihan dan pergi.
“Komaki-
san,” kata Hisui, merasa tersentuh.
@@@
Demi mendapatkan
hati Hisui, Komaki berusaha sangat keras. Dia bahkan rela membantu Hisui untuk
mencari tahu kebenaran yang sebenarnya dibalik kematian Yoshida, walaupun dia
adalah pembunuh nya. Kebetulan dia memiliki kunci apatermen Yoshida, jadi
diapun langsung membawa Hisui ke apatermen Yoshida untuk mencari seperti apakah
ada sidik jari pembunuh yang tertinggal disana.
Sesampainya
diapatermen Yoshida, Hisui langsung ingin mencari botol minum dengan label
kuning. Dan dia mencari nya didalam kulkas. Ketika ketemu, dengan hati- hati
dia mengeluarkan botol itu menggunakan sarung tangan. Melihat itu, Komaki berpura-
pura mau membantu, dia memegang botol itu dengan tangannya dan melihat- lihat
botol itu.
“Ah,
jangan,” kata Hisui, terkejut karena Komaki menyentuh botol minum ini dengan
tangan langsung tanpa memakai sarung tangan.
“Ah!
Maaf, aku kelepasan,” kata Komaki, berpura- pura merasa bersalah. Lalu dia
berbalik dan menghela nafas lega.
Tapi
sayangnya, Komaki terlalu cepat merasa lega. Karena ternyata ada dua botol
seperti itu didalam kulkas. Sama- sama memakai label kuning, hanya saja tulisan
di label nya sedikit berbeda, mungkin karena berbeda rasa. Dan yang ingin Hisui
lihat adalah yang satu lagi, yang masih berada didalam kulkas. Kali ini ketika
Komaki ingin menyentuh botol itu juga, Hisui dengan cepat menghindar dan
mengingatkan. Dengan kecewa dan agak gugup, Komaki tertawa sambil mengatakan
‘ah, iya’.
“Terus,
apa yang mau kamu lakukan dengan ini?” tanya Komaki, ingin tahu.
“Aku
akan membawanya pulang,” jawab Hisui sambil memasukkan kembali botol yang
sebelumnya ke dalam kulkas. “Memang menghabiskan uang, tapi ada tempat yang
bisa melakukan tes sidik jari,” jelasnya.
Hisui
kemudian berkeliling ke sekitar apatermen untuk memeriksa, apakah ada petunjuk
yang lain. Dan Komaki langsung menggunakan kesempatan itu untuk mengambil botol
yang Hisui letak dimeja dapur. Menggunakan sapu tangan, dia mengelap- ngelap
botol tersebut.
“Ah,
Komaki,” panggil Hisui, berbalik ke arah Komaki.
“Yah?”
seru Komaki, terkejut.
“Boleh
aku pinjam sapu tanganmu?” tanya Hisui. “Aku menemukan sesuatu yang mungkin
bisa jadi bukti. Tapi, sapu tanganku sudah untuk mengambil botol plasti tadi,”
katanya, menjelaskan sambil berjalan mendekati Komaki yang berada di dapur.
“Kamu ada, kan?” tanyanya sambil tersenyum.
Dengan
gugup, Komaki diam dan menelan ludahnya. Tanpa sadar saking gugupnya, Komaki
mulai berkeringat sangat banyak. Melihat itu, Hisui merasa heran serta
bertanya. Dan Komaki langsung beralasan bahwa dia memang berkeringat agak banyak,
jadi dia barusaja memakai sapu tangannya untuk menyeka keringat. Tepat disaat
itu, botol yang dipegangnya dan di sembunyikannya di belakang, terjatuh dari
pegangannya.
“Loh?
Suara apa itu?” tanya Hisui, heran.
“Entah,
mungkin suara anak- anak?” jawab Komaki dengan omong kosong. “Kalau tak salah,
keluarga di lantai atas punya anak kecil,” jelasnya.
“Terdengar
seperti ada yang jatuh,” kata Hisui dengan yakin.
“Mungkin
saja bola atau semacamnya,” balas Komaki, agak pelan. “Oh iya, bukti apa tadi?”
tanyanya, mengalihkan pembicaraan.
“Benar
juga,” jawab Hisui, berjalan ke ruang tamu.
Ketika
Hisui berbalik, Komaki langsung mengambil botol yang terjatuh dan meletakkannya
kembali diatas meja dapur. Lalu dia
mengelap keringatnya.
Setelah
melihat- lihat, ternyata Hisui tidak menemukan sesuatu yang terlalu
mencurigakan. Jadi diapun kembali ke dapur untuk mengambil botol minum
sebelumnya. Dan Komaki berusaha membujuk Hisui untuk berhenti menyelidiki,
karena bisa jadi apa yang ingin hantu Yoshida katakan itu adalah seperti
‘Tolong jaga perusahaannya’. Bukan karena Yoshida mati dibunuh.
“Mungkin
saja,” gumam Hisui, merasa perkataan Komaki terdengar agak masuk akal. Dan
Komaki merasa lega serta senang.
Tapi
sayangnya, sama seperti sebelumnya, Komaki terlalu cepat merasa lega. Karena
pada saat Hisui ingin mengambil botol minum diatas meja dapur dan memasukkanya
ke dalam plastik, dia menyadari kalau tutup botol itu sudah terbuka, maksudnya
tidak lagi tersegel. Yang artinya botol ini ada dibuka sebelumnya. Tapi
anehnya, kenapa jika botol ini sudah dibuka, malah tidak diminum dan di
masukkan kembali ke dalam kulkas. Mendengar ini, Komaki menelan ludah dengan
gugup.
“Mungkin
itu yang ingin dikatakan Yoshida padaku?” kata Hisui, berpikir.
“Enggak,
enggak. Mungkin dia tiba- tiba tidak jadi ingin minum. Itu tidak berarti
apapun,” kata Komaki dengan cepat.
“Ini
soda, loh. Kalau dia tidak mau minum lagi, dia akan menutup tutupnya dengan
rapat. Tapi tutupnya yang ini tampaknya sedikit longgar,” balas Hisui.
“Meskipun
begitu, ini tak akan bisa untuk menjadi bukti kejahatan,” kata Komaki sambil
tertawa, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Dengan
bersemangat, Komaki menceritakan kepada Hisui untuk melihat meja makan Yoshida
yang tampak berantakan. Ini tandanya Yoshida memang orang yang teledor. Jadi
tidak ada yang aneh dengan botol soda yang sudah dibuka itu. Namun Hisui tetap
merasa ada yang janggal, jadi dia berniat untuk melapor kepada polisi saja.
Kebetulan pamannya adalah inspektur dari kepolisian metropolitan.
“In-
inspektur,” kata Komaki, terkejut.
“Iya,
dia mengerti dengan kekuatan ku. Aku kadang membantunya dalam penyelidikan
pembunuhan,” cerita Hisui, memberitahu.
“Apakah,
eng .. itu benar?” tanya Komaki dengan gugup.
“Aku tak berbohong,” jawab Hisui sambil tersenyum.