Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka
Hisui Toujoshu (2022) Episode 5 part 2
Original Network : NTV
Suzumi makan malam bersama Unno direstoran. Lalu tiba- tiba Suzumi
mendapatkan panggilan telpon, jadi dia menjauh untuk menjawab telponnya. Dan
Unno menggunakan kesempatan ini untuk menghubungi Bawahan A yang ada
mengirimkan pesan padanya.
“Dirut, gimana soal pembuntutan oleh polisi?” tanya Bawahan A.
“Kau terlalu khawatir. Sama sekali tidak ada,” jawab Unno. “Yang
lebih penting, bagaimana keadaan disana?” tanyanya.
“Bawahan kita sedang mencari Jozuka. Tapi tida ada tanda- tanda
Chiwasaki meninggalkan apatermennya,” jawab Bawahan A.
“Terus lanjutkan.”
Selesai makan malam, Unno mengantarkan Suzumi pulang. Dan
dibalkon, Suzumi menatap ke arah apatermen Sonemoto, lalu dia menarik nafas
dalam- dalam, mencoba mengingat- ingat kejadian pada malam itu.
Mendengar suara Unno, Suzumi tiba- tiba membuka matanya dengan
lebar dan menatap Unno. Dia tampak seperti terkejut. Karena dia membuka
mulutnya, tapi dia tampak tidak bisa bersuara.
“Apa kamu mengingat wajahnya?” tanya Unno sambil menatap Suzumi
dengan tatapan sinis.
“Itu…” kata Suzumi, berjalan mundur. Dia tampak sangat panik.
Tiba- tiba bel rumah berbunyi, sebelum Unno sempat perbuat
sesuatu. Dan ternyata yang datang adalah Hisui.
Sebenarnya Suzumi merasa agak ragu, dia mau membiarkan Hisui masuk
ke dalam rumah, tapi tatapan Unno yang berdiri dibelakang nya terasa
menakutkan. Namun akhirnya, dia tetap membiarkan Hisui untuk masuk. Dan dengan
senang, Hisui masuk, tapi saat masuk, dia tidak sengaja tersandung dan terjatuh
mengenai Unno. Dengan kasar, Unno langsung mendorong Hisui. Hal ini membuat
Hisui agak tertegun.
“Kamu sengaja, kan?” geram Unno.
Didalam rumah. Hisui menanyai, Suzumi sudah mengingat sesuatu kan.
Tapi Suzumi tidak berani menjawab jujur, karena aura Unno yang terasa
mengerikan disebelahnya. Dia berbohong bahwa dari awal dia tidak ada melihat
wajah pelakunya. Lalu saat Hisui seperti masih ingin bertanya, Suzumi berteriak
‘cukup’ dan dia menjelaskan pada Hisui bahwa sekarang dia dan Unno sedang
menjalin hubungan, jadi dia ingin Hisui berhenti memperlakukan Unno seperti
pembunuh. Mendengar perkataan Suzumi, Unno merasa puas dan tersenyum, lalu dia
memeluk pundak Suzumi.
“Sayang sekali. Kami sedang menjalin hubungan serius. Kamu pasti
tak bisa memperkirakan sejauh ini, kan?” kata Unno sambil tersenyum.
Diluar dugaan Unno, Hisui malah tersenyum. Hisui mengatakan kalau
Unno sudah kalah. Juga sebenarnya, dia sama sekali tidak peduli dengan
kesaksian Suzumi. Karena barusan dia sudah mendapatkan bukti yang sangat kuat.
Yah, walaupun pelaku tidak pernah meninggalkan bukti apapun di TKP dan semuanya
sangat sempurna. Tapi ada satu hal, yang masih ada ditubuh pelaku.
Jadi begini kasusnya, pembunuh menodongkan pistol pada korban,
lalu sengaja lengah supaya diserang balik, dan menarik pelatuk tepat saat
korban meraih pistolnya. Hal ini menyebabkan bukan hanya ditubuh korban saja,
tapi ditubuh pelaku juga akan terdapat bekas darah dan residu tembakan. Masalah
ini mudah bila pelaku mandi, mengganti, dan mencuci pakaian. Tapi ada satu
benda yang tak mungkin dicuci dan selalu dikenakan pelaku. Yaitu jam tangan.
Ketika Hisui menunjukkan sebuah jam tangan, Unno baru sadar kalau
jam tangan yang dipakainya hilang.
“Jam tangan kenang- kenangan dari istrimu. Terdapat goresan kecil
disana sini. Apa ini tahan air?” komentar Hisui sambil tersenyum.
Noda darah sekecil apapun, itu bisa digunakan untuk mengungkapkan
kebenaran dan berbagai kejahatan. Juga ini adalah jam tangan yang selalu Unno
pakai, jadi ini bukanlah bukti yang didapatkan secara ilegal. Lalu selama ini
baik polisi atau kejaksaan, mereka melindungi Unno bukan karena mereka menyukai
Unno, malahan mereka menunggu kesempatan untuk menghancurkan Unno.
Mendengar semua ini, Unno menutup matanya dan menarik nafas. Lalu
dia mengaku kalau dia kalah, dan dia bertepuk tangan untuk Hisui.
Setelah itu, Unno mengeluarkan pistol yang dibawanya. Melihat itu,
Hisui mengingatkan Unno kalau ada banyak polisi diluar, jadi dia sarankan agar
Unno jangan lakukan apa- apa. Tapi Unno tidak peduli, karena dia sudah menekan
para polisi, sehingga sekarang dia yakin kalau Hisui hanya sendirian.
“Enggak, aku punya rekan,” kata Hisui.
“Saat kamu lengah, atau memikirkan alasan, kamu punya kebiasaan
melihat ke atas meski sebentar. Kamu sendirian dan tidak berhubungan dengan
siapapun,” balas Unno dengan yakin. “Selamat tinggal,” ucapnya. Lalu dia
menembak Hisui.
Dengan panik dan takut, Suzumi berteriak memanggil bantuan dan
berlari keluar. Dengan sigap, Unno langsung berlari mengejarnya.
@@@
Makoto terus mencoba menghubungi Hisui, tapi tetap tidak dijawab.
@@@
Unno mengejar Suzumi sampai ke garasi. Karena sudah tidak ada
jalan lagi, Suzumi pun berhenti dan memohon. Dia berjanji kepada Unno bahwa dia
tidak ada melihat apapun dan dia akan menutup mulutnya. Namun Unno tidak mau
percaya, dan lalu dia menembak Suzumi.
“Lihat? Gak ada polisi satupun,” gumam Unno dengan bangga.
Setelah semua selesai, Unno berbalik untuk pergi. Tapi pada saat
dia berbalik, dia melihat ada satu kaus kaki tergantung didekat jendela. Lalu
tiba- tiba Suzumi yang seharusnya sudah mati, tertawa dengan sangat keras. Dan
Unno langsung mengarahkan pistolnya kepada Suzumi lagi, berniat untuk
menembaknya sampai benar- benar mati. Tapi anehnya, pistolnya kosong. Dan
Suzumi tertawa semakin keras.
“Kalau kamu mencari peluru,” kata Hisui, muncul dari belakang.
“Semuanya di sini,” katanya, menyalakan lampu dan lalu menebarkan semuaa peluru
di tangannya ke lantai.
Ternyata Suzumi yang ada digarasi ini bukanlah Suzumi yang
sebenarnya. Tapi namanya adalah Iwato, pencopet yang mengajari Hisui.
Jadi begini kronologisnya, Iwato membantu Hisui mencuri kunci
mobil Unno pada saat mereka berdua sedang makan bersama. Lalu Hisui masuk ke
dalam mobil Unno dan mengganti peluru didalam pistol dengan peluru yang kosong.
“Malam, aku Iwato,” kata Iwato, melepaskan wig yang dikenakannya.
“Ah, ini cuma nama samaran, jadi tak perlu diingat,” jelasnya.
“Suzumi yang asli selaku saksinya… “ kata Hisui, menjelaskan.
“Kuberikan perjalanan ke luar negeri sebagai hadiah. Saat kamu pertama kali
berkunjung ke sini, Iwato sudah menggantikannya.”
“Maaf ya sudah menipumu,” kata Iwato, tanpa rasa bersalah sama
sekali. “Oh iya, yang memberikam jamnya juga aku, loh,” jelasnya, tertawa.
Jadi sejak awal, Hisui sudah merencanakan semua ini. Karena dia
mengetahui kemampuan Unno, dan eskpresi Detektif Kaneba serta Makoto sangat
mudah sekali dibaca, jadi dia yakin kalau Unno pasti bakal lebih unggul. Itu
mengapa dia membuat rencana ini. Lalu mengenai ekspresinya, Unno tidak salah
membaca, tapi karena dia juga tahu mengetahui kebiasaan Unno ini, maka dia
memanfaatkan itu, lagian dia percaya diri dengan kemampuan aktingnya sendiri.
“Tidak mungkin…” gumam Unno, sama sekali tidak menduga akan
begini.
“Pada akhirnya..” kata Hisui, lalu dia menjentikkan jarinya. Dan
disaat itu, Detektif Kaneba datang. “Perkiraanmu meleset,” katanya sambil
tersenyum pada Unno.
“Itu pelanggaran Undang- Undang Senjata Api dan Sajam,” kata
Detektif Kaneba, menyampaikan. Lalu pada saat Unno menyerang, dia langsung
balas menyerang dan menahan Unno dilantai. “Apa kau lupa kalau aku lebih baik
dalam pertempuran jarak dekat?” tanyanya, mengingatkan.
“Kalau Eiji tahu soal ini, kau takkan lolos begitu saja,” ancam
Unno.
“Kau belum membaca apapun tentang ku, kan? Aku akan memborgol
siapapun lawanku! Begitu juga dengan bawahanku,” balas Detektif Kaneba. Lalu
dia memborgol tangan Unno. Dan para polisi lain yang bersembunyi, muncul.
Pistol yang sekarang di gunakan Unno adalah pistol satu lagi yang
tidak ditemukan itu. Dan ini bisa menjadi bukti yang bagus.
Sampai akhir, walaupun sudah diborgol, Unno terus berbohong. Dia
mengatakan kalau dia memang ada menembak barusan menggunakan pistol, tapi bukan
berarti dia yang membunuh Sonemoto. Lalu dia ada di gedung ini, karena dia ada
mendapatkan informasi dari orang dalam, jadi dia kesini untuk menyelidiki.
Dengan berbaik hati, Hisui pun bercerita. Mengenai saksi yang
Makoto katakan pada saat bertemuan, itu sengaja dikatakan untuk Unno. Disaat
itu, Det A dan Det B tampak terkejut kan, itu sebenarnya karena mereka berdua
sama sekali tidak tahu tentang keberadaan saksi. Yang tahu hanya dia dan
Detektif Kaneba saja. Mengenai kenapa Detektif Kaneba tahu, itu karena dia yang
memberitahu dengan sengaja, sehingga ketika Unno menyelidiki apakah benar atau
tidak adanya saksi dengan memeriksa eskpresi Detektif Kaneba, Unno jadi tidak
curiga dengan informasi yang dikatakan oleh Makoto. Intinya, tidak ada orang
dalam yang tahu, selain dirinya sendiri dan Detektif Kaneba, bahwa saksi
tinggal di gedung ini. Jadi perkataan Unno, itu bohong.
“Kenapa tak ada yang tahu tentang eksistensi si saksi?” tanya
Unno, heran dan masih agak tidak percaya.
“Suzumi Azusa yang asli tidak melaporkan kasus tersebut meski
sudah ditemukan. Dia sangat mabuk hingga dia tak bisa mengingat terlalu
detail,” jelas Hisui, menjawab. “Jadi bukan saksi yang melapor, tapi aku dan
Makoto yang mencarinya,” jelasnya.
“Apa maksudmu?” tanya Unno, agak tidak paham.
Satu kaus kaki ditemukan dibawah sofa. Tapi digantungan, tidak ada
kaus kaki lainnya. Jadi apa alasan pelaku mengambil kaus kaki itu. Alasannya
pasti karena pelaku ingin menutup tirai, tapi gantungan kaus kaki menghalangi,
jadi pelaku melepaskan gantungannya, lalu tanpa sengaja ujung kaus kaki
mengenai darah korban yang ada dilantai.
Lalu kenapa pelaku menutup tirai. Itu karena pada malam kejadian,
turun hujan meteor yang dapat diamati. Ada kemungkinan pelaku menyadari adanya
tatapan dari luar, makanya dia bergegas menutup tirai.
Dari hipotesis inilah, makanya Hisui dan Makoto berhasil menemukan
saksi Suzumi. Jadi selain mereka, polisi tidak tahu mengenai keberadaan saksi.
Maka dari inilah, satu- satunya orang yang bisa ke sini adalah orang yang telah
melihat saksi. Dan orang itu pasti adalah pelakunya.
Mendengar perkataan Hisui, Unno tertawa. “Kamu seperti monster ya.
Menyiapkan saksi palsu supaya aku menembakkan pistol?”
“Benar. Karena Suzumi yang asli adalah seorang ilustrator yang tak
pernah menunjukkan wajahnya. Kupikir, aku bisa menemukan beberapa informasi
tentangmu sambil memastikan keselamatannya,” jelas Hisui.
“Sebagai seorang detektif, seharusnya aku memeriksanya,” gumam
Unno, merasa kecewa pada dirinya sendiri, karena gagal.
“Cinta itu buta, ya,” komentar Hisui.
Sebenarnya ada satu hal yang masih Unno tidak paham. Sejak kapan Hisui yakin kalau dia adalah
pembununya. Dan Hisui menjawab bahwa sejak dia menyampaikan keterangan tentang
saksi. Kalau orang biasa mendengarkan, pasti mereka membayangkan, kalau saksi
melihat si pelaku melarikan diri saat malam hari. Tapi Unno malah berasumsi
apakah saksi melihat moment pelaku menembak dan membunuh korban. Yang bisa
mengatakan itu hanyalah pelaku.
“Jadi, gosipmu tentang menangkap Iblis Tak Kasat Mata itu benar
ya,” gumam Unno.
“Itu benar. Si bajingan mesum pecinta saudari itu tak punya hati
manusia, dan akau bekerja keras untuk menangkapnya. Tapi kamu cuma penjahat
biasa. Kamu masih punya hati,” balas Hisui.
“Apa maksudmu?” tanya Unno.
“Jam tangan yang indah ya,” puji Hisui memperhatikan jam tangan
Unno. “Kekalahan mu itu, karena kamu masih mencintai istrimu. Cuma itu.”
“Kalau kamu memang punya indera keenam, bisakan kamu
memberitahuku, apakah istriku saat ini sedang marah padaku?” pinta Unno, penuh
harap.
“Kalau kamu tanyakan pada hatimu sendiri, itu sudah cukup,” jawab
Hisui.
@@@
Makoto mencubit pipi Hisui dengan kuat sebagai hukuman, karena Hisui
tidak menjelaskan apapun padanya. Apalagi mengenai Iwato.
Iwato ternyata telah banyak membantu, seperti berpura- pura
menjadi polisi pada kejadiaan di SD. Tapi selama ini Iwato selalu bersikap
seperti tidak ingin orang lain tahu, makanya Hisui tidak pernah memberitahu
Makoto. Tapi yang jelas Makoto sudah sering bertemu dengan Iwato.
“Lalu, untuk apa kita bergegas ke sana saat kamu bilang salah
perhitungan?” tanya Makoto, heran.
“Saat itu, Iwato memberitahuku melalui pesan kalau Unno datang
menemuinya,” jawab Hisui.
Lalu alasan Hisui tidak memberitahu Makoto mengenai Iwato pada
saat itu. Karena Unno bisa membaca ekspresi orang. Jadi dia ingin membuat Unno
percaya, kalau Unno telah berhasil mengalahkannya.
“Tahukah… tahukah kamu perasaanku?” keluh Makoto.
“Yah…. Tak diragukan lagi kalau dia orang yang berbahaya, jadi aku
cuma berusaha membuatmu aman,” jawab Hisui, menjelaskan dengan kikuk. Dia agak
tidak mengerti, kenapa Makoto sangat marah.
“Oh. Mandi saja, sana,” balas Makoto sambil duduk lemas di sofa.
Dengan rasa bersalah dan bingung, Hisui menundukkan kepala dan
berjalan pergi. Tapi kemudian dia kembali dan meminta maaf kepada Makoto.
“Maaf,” kata Hisui dengan tulus.
“Aku memaafkanmu, tapi kelak ceritakanlah tentang dirimu. Kenapa
kamu jadi detektif… kelak ceritakan lah padaku,” pinta Makoto.
“Baik. Kelak, aku akan menceritakannya,” jawab Hisui.
Mendengar jawaban Hisui, Makoto kembali seperti dulu. Ceria dan
periang. Dengan gembira, dia menyiapkan makanan dan menyusun makanan dimeja
untuk merayakan natal. Tapi sama seperti biasa, Hisui selalu saja menghancurkan
sesuatu. Kue yang telah dibuat dengan susah payah, jatuh dan hancur.
Namun Makoto sama sekali tidak marah, dan malahan tertawa.
“Makoto- chan, Merry Christmas,” kata Hisui.
“Merry Christmas, Hisui,” balas Makoto. END