Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka Hisui Toujoshu (2022) Episode 2 part 2

 

Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka Hisui Toujoshu (2022) Episode 2 part 2

Original Network : NTV


“Ayo tiup gelembung bersama!” ajak anak A.

“Pasti menyenangkan!” ajak anak B, menggoyangkan tangan Hisui.

“Anu, apa kita akan meniup gelembung sabun di pesta perpisahan?” tanya Hisui pada Guru Eri, agak penasaran.

“Ya, kami melakukannya tahun lalu di pelajaran keseharian, dan itu sangat populer,” jawab Guru Eri sambil menatap anak- anak. “Pelajaran di mulai September untuk kelas 1, jadi tidak ada kesempatan untuk bermain di kelas dua,” katanya, agak menyesal.

“Gelembung Bu Guru luar biasa, loh! Berbeda dari guru lainnya. Luar biasa, loh,” kata Daichi, memuji Guru Eri.


Anak- anak terus membujuk Hisui untuk ikut di pesta perpisahan Yuuta dan bermain gelembung bersama nantinya. Dan dengan gembira, Guru Eri juga membujuk Hisui untuk bergabung. Namun Hisui hanya tersenyum dan tidak mengiyakan.

Setelah murid- murid pergi, Guru Eri tersenyum menggoda Hisui. “Padahal kamu seorang konselor sekolah, tapi kamu tidak suka anak- anak ya?” godanya.

“Bukan begitu,” jawab Hisui sambil tertawa. “Aku suka sisi mereka saat berbohong. Sudah tugasku untuk membaca pikiran, jadi aku sangat pandai mengenalinya,” jelasnya.

“Aku takkan pernah berbohong,” kata Guru Eri dengan serius. Dan Hisui menanggapi dengan hanya tersenyum saja.

@@@


Sore hari. Ketika Guru Eri sedang berjalan, dia tidak sengaja melihat Hisui sedang berbicara dengan polisi kemarin. Dan karena penasaran, dia pun menguping seperti kemarin. Dari pembicaraan mereka berdua, dia mendengar kalau pada malam kejadian, Akio ada menyembunyikan kamera tersembunyi di suatu tempat. Mungkin karena Akio ingin meninggalkan bukti agar pihak lain tidak mengkhianatinya. Pihak lain itu adalah orang yang Akio temui pada malam itu di sekolah, ini apa yang polisi yakinin. Dan sekarang kamera ini bisa dijadikan bukti. Karena bisa saja, moment kejahatan pada malam itu, terekam dikamera tersebut. Tapi sayangnya, polisi belum menemukan kamera tersebut, jadi mereka masih mencari di sekitar sekolahan. Dan mereka ingin Hisui ikut membantu mencari kamera itu.

Mendengar pembicaraan Hisui dan polisi, Guru Eri merasa panik dan langsung berlari pergi.


Guru Eri masuk ke dalam kelas, memeriksa laci- laci, lemari, dan tempat- tempat paling sudut. Mencari kamera Akio yang di maksud oleh polisi.

Jreng… jreng… !! Haha, akhirnya Guru Eri berhasil menemukan kamera yang di carinya. Kamera itu ternyata ada didalam kotak barang hilang. Dan dia sangat senang sekali saat menemukan itu. Tapi tiba- tiba Hisui muncul, dan dengan panik dia memyembunyikan kamera tersebut sambil mencoba bersikap senormal mungkin supaya Hisui tidak curiga.


“Ada yang bisa kubantu?” tanya Guru Eri dengan suara berat, karena masih merasa agak kelelahan.

“Oh iya, ada yang ingin kutanyakan,” kata Hisui.

“Lagi?!” keluh Guru Eri.

“Bu Komoda bilang padaku kalau malam itu, kamu tak berada diruang guru selama sekitar 20 menit sebelum semua orang pulang,” kata Hisui.

“Malam itu, aku ada di kelas sampai pulang, terus kenapa?” jelas Guru Eri, lalu bertanya dengan agak tidak senang. “Keesokan harinya, kami akan mengadakan pesta perpisahan untuk Yuuta, jadi aku membuatkan pipet untuk mereka bermain gelembung. Ada di dalam kantong kertas itu,” jelasnya sambil menunjuk dengan dagunya.


Mendengar perkataan Guru Eri, Hisui mengarahkan pandangannya ke arah kantong kertas dan mendekati kantong kertas itu untuk memeriksa. Dan Guru Eri menggunakan kesempatan itu untuk menyembunyikan kamera di dalam sakunya.

Setelah menyembunyikan kamera tersebut, Guru Eri merasa lebih rileks, jadi saat Hisui melihat- lihat cairan gelembung yang dibuatnya serta bertanya- tanya mengenai resep cairan gelembungnya, dia menjawab dengan lebih santai dan juga sambil tersenyum, namun dia tidak mau memberitahukan resepnya, karena itu rahasia. Tapi disaat dia barusaja merasa rileks sebentar, tiba- tiba Hisui membuatnya kembali merasa tegang lagi.


Hisui mendekati kotak barang hilang, dan menceritakan bahwa sebenarnya dia kehilangan sesuatu, dan para murid bilang kalau mungkin saja barangnya ada didalam kotak barang hilang ini. Jadi dia ingin mengeceknya. Lalu diapun membuka kotak barang hilang itu, dan merasa heran, karena barang yang di carinya tidak ada.

“Kehilangan apa? Kamu kehilangan apa?” tanya Guru Eri, agak panik. Tapi Hisui malah tidak langsung menjawab. “Apa itu? Kamu kehilangan apa?!” desaknya, bertanya.

“Kamera digital,” jawab Hisui. Lalu dia tersenyum kepada Guru Eri, “Sebuah kamera digital. Ah, aku aktifkan dari jarak jauh saja, seharusnya bisa ketemu dari suara alarmnya,” jelasnya sambil mengeluarkan ponselnya.

“Itu…” kata Guru Eri, menghentikan Hisui. Lalu dia mengeluarkan kamera di sakunya, “Apa yang ini?” tanyanya dengan gugup.

“Loh? Loh? Kenapa ada disaku Bu Suezaki?” tanya Hisui sambil tersenyum.

“Kamu melakukannya dengan sengaja?” tanya Guru Eri, kesal. Lalu dia tersadar dan mengubah perkataannya, “Aku berencana membawanya ke ruang guru karena terlihat mahal! Apa ada yang aneh?” jelasnya dengan cepat.

“Ternyata begitu ya,” gumam Hisui.

Melihat sikap Hisui, Guru Eri yakin kalau Hisui pasti mencurigai dirinya sebagai pelaku. Dan dia merasa marah, karena Hisui tidak memiliki bukti apapun, tapi Hisui malah mencurigainya. Dengan tenang, Hisui menjelaskan bahwa dia pasti akan segera menemukan buktinya, lalu dia mengambil kamera di tangan Guru Eri, berterima kasih, dan pergi.

“Sialan!” keluh Guru Eri, kesal sambil memukul meja dengan kuat.

@@@


Hisui tidur di sofa, merasa lelah. Lelah karena ternyata SD di Jepang memiliki kisah sekelam ini. Mendengar itu, Makoto menebak, apakah Hisui bersimpati dengan motif membunuh Guru Eri. Tapi Hisui tidak menjawab itu, dan bertanya balik, jika itu adalah Makoto, apakah Makoto akan membunuh. Dan Makoto menjawab, tentu saja tidak.

Jawaban Makoto adalah jawaban Hisui juga. Menurutnya, membunuh itu salah.


Hisui kemudian mengalihkan pembicaraan, dia mendekati Makoto dan menanyai adonan apa yang sedang Makoto buat didapur, karena sekarang otaknya sangat mengindam gula. Makoto pun menjawab bahwa dia sedang membuat adonan kue sifon, dan Hisui harus bersabar sebentar, karena dia sudah hampir mau selesai.

“Kenapa kamu tambahin gula beberapa kali?” tanya Hisui, memperhatikan proses Makoto membuat adonan kue sifon.

“Ini untuk menstabilkan gelembung udaranya,” jawab Makoto, menjelaskan. “Mungkin karena gula menyerap air dan membuatnya lengket? Jadi kalau ditambahkan sekaligus nanti akan menggumpal,” jelasnya. Lalu dia tertawa senang, “Oke, sudah kaku,” serunya.


Mendengar adonannya udah oke, Hisui langsung mengambil sesuap dan mencicipinya, tapi rasanya manis banget. Dan Makoto tertawa. Tapi tiba- tiba Hisui seperti terpikirkan sesuatu, dan dia merebut adonan yang Makoto pegang sambil tertawa, lalu dia mendekati Makoto untuk menciumnya sebagai tanda terima kasih. Tentu saja dengan jijik, Makoto mendorong Hisui untuk menjauh.

“Nah sekarang, hadirin sekalian, terima kasih sudah menunggu. Aku sudah memecahkannya. Pembunuhnya sudah jelas. Namun, izinkan aku mengajukan pertanyaan ini kepadamu. Apa kamu bisa menyimpulkan deduksi detektif?” tanya Hisui sambil tersenyum. “Pelakunya sudah pasti Bu Guru Suezaki. Apa sebenarnya bukti yang mendukung kejahatan Bu Suezaki? Ini petunjuknya,” jelasnya, menunjuk adonan di tangannya. “Sekian dari Jozuka Hisui.”

“Hei, aku harus buat ulang meringue-nya,” keluh Makoto.

@@@


Sore hari. Ketika Guru Eri masuk ke dalam ruang kelas, Hisui ada disana. Dengan ramah, Hisui menyambut kedatangan Guru Eri, dan mengatakan dengan bangga bahwa hari ini dia pasti akan mendapatkan ‘Bintang Emas’, yaitu nilai sempurna. Karena dia berhasil memecahkan kasus pembunuhan Akio.

“Anggap saja itu pembunuhan,” kata Guru Eri dengan sikap malas, lalu dia duduk untuk mendengarkan. “Aku punya alibi pada saat kematian Tagusa,” katanya sambil tersenyum.

“Bu, itu tidak bisa kusebut sebagai alibi,” balas Hisui.


Sistem keamanan memang berbunyi pada jam 21: 48. Tapi Akio bisa saja telah dibunuh lebih awal. Jadi begini kejadiannya, Guru Eri telah membunuh Akio sebelum jam 21: 48, tapi kenapa alarm malah berbunyi di jam 21: 48, itu karena Tanji (Hamster kecil peliharaan kelas). Seperti yang pernah Guru Eri ceritakan, meskipun Tanji sering kabur, tapi pada akhirnya Tanji selalu kembali ke tempat asalnya. Dan sensor inframerah akan bereaksi terhadap apapun yang menyebabkan perubahan panas, jadi manusia dan binatang tidak akan bisa dibedakan, dan mereka berdua sama- sama bisa membuat alarm berbunyi.


Kronologisnya. Pada malam kejadian, Guru Eri sengaja membuka kandang Tanji dan pintu ruang kelas sebelum meninggalkan gedung. Lalu si gemas, Tanji, akan melarikan diri dan menyembunyikan alarm.

Mendengar perkataan Hisui, Guru Eri merasa gugup, tapi dia tetap tidak mau mengaku, karena segalanya membutuhkan bukti. Sedangkan perkataan Hisui tidak bisa di jadikan bukti.


“Sekarang, izinkan aku menunjukkan nya pada Ibu,” kata Hisui sambil tersenyum. Lalu dia mengeluarkan bukti yang ditemukannya serta foto semut di kaki Akio.

Bukti yang Hisui maksud adalah Cairan Gelembung. Pada saat anak- anak mengajaknya untuk bergabung di pesta perpisahan Yuuta dan bermain gelembung, Daichi memuji kalau Guru Eri ‘berbeda dari guru lain dan luar biasa loh’. Dari sini ada ketidakkonsistenan. Sebab Daichi baru pindah ke sekolah ini diawal tahun ajaran ini, sedangkan Guru Eri dan lainnya bermain gelembung di bulan September kelas 1. Jadi bagaimana mungkin, anak kelas 2, Daichi, pernah mendapatkan kesempatan bermain gelembung Guru Eri.


Jawabannya adalah Daichi dan anak lain- lainnya ada memainkan Cairan Gelembung buatan Guru Eri secara diam- diam.

Ada bagian tubuh Akio yang basah, dan Hisui serta polisi telah memeriksanya, bagian basah di tubuh Akio sama dengan bahan Cairan Gelembung milik Guru Eri. Jadi begini, Daichi serta teman- teman nya pernah bercerita pada Hisui bahwa sepulang sekolah pada hari kejadian, Daichi serta teman- temannya ada memainkan Cairan Gelembung Guru Eri dan menumpahkan sebagian di lantai.

Cairan Gelembung milik Guru Eri ini ada mengandung gula untuk membuatnya lebih lengket. Inilah kenapa di kaki Akio ada terdapat semut kecil. Dan inilah juga alasan kenapa ada bagian tubuh Akio yang basah.


“Tidak ada kelas yang memainkan gelembung sepanjang tahun ini, dan satu- satunya yang mampu membuat larutan campuran yang pas dipadu gula, hanyalah Ibu,” kata Hisui, mengatakan fakta yang di temukannya.

Mendengar fakta ini, Guru Eri tidak membela dirinya lagi ataupun berbohong lagi, karena ini percuma. Namun dia menyalahkan Hisui, karena tidak ada seorang pun yang mempermasalahkan kematian Akio, jadi andai saja Hisui tetap mulut, maka semuanya akan baik- baik saja.

“Bu, jangan lakukan itu. Tolong jangan katakan apapun lagi,” kata Hisui, menasehati Guru Eri.


“Aku melakukan hal yang benar!” teriak Guru Eri.

“Enggak, Bu! Tidak ada pembunuhan yang benar di dunia ini. Kebenaran itu rapuh dan fana seperti gelembung,” kata Hisui, mengoreksi pikiran Guru Eri yang berpikir kalau dirinya benar.


“Itu hanyalah kata- kata indah!” teriak Guru Eri, tetap merasa dirinya tidak salah.

“Kita harus percaya kata- kata indah itu!” balas Hisui, berteriak juga. “Apa tidak masalah? Kita hanya hidup sekali. Hidup kita juga fana dan rapuh. Makanya, aku tidak menoleransi pembunuh yang dilakukan atas dasar pembenaran. Kalau Ibu membunuh seseorang, Ibu harus membayarnya dan menebus kejahatan itu. Hanya dengan aturan sekecil itu, kita dapat melindungi kehidupan dari kekerasan pembunuhan. Tak terkecuali untuk ini,” jelas Hisui, membujuk Guru Eri dengan lembut. Dan matanya sendiri mulai berkaca- kaca.

Guru Eri mulai menangis. Dia masih terus merasa dirinya benar, karena alasan dia membunuh adalah untuk kebaikan. Namun mengingat murid- muridnya, dia mulai merasa bersalah. Dia tidak mau mengajarkan hal yang salah kepada murid- muridnya, yaitu membunuh, tidak peduli apapun alasannya, membunuh adalah salah.


“Bintang emas, nilai sempurna, Shirai,” puji Guru Eri. “Tapi sebagai seorang guru, aku harus… membunuh orang itu,” jelasnya.

“Bu… Apa Ibu yakin kan hal itu? Apakah tidak ada cara lain?” balas Hisui, bertanya.

“Benar…” gumam Guru Eri, kini mengakui kesalahannya. “Ibuku adalah orang yang mengajariku gelembung. Ibuku juga seorang guru, dan juga seorang yang berkeadilan tinggi. Aku yakin dia akan mengatakan hal yang sama seperti yang kamu katakan. Mungkin itulah sebab nya …” katanya sambil memandang botol berisikan Cairan Gelembung.

Hisui berjalan ke arah jendela. Dia membuka jendela dan dengan lembut, dia meniup Cairan Gelembung milik Guru Eri menggunakan pipet kecil.


Setelah itu, dia berbalik dan menatap Guru Eri. “Ibu, ayo pergi,” ajaknya. “Kalau Ibu ikut denganku, Ibu akan dianggap seolah- olah Ibu menyerahkan diri,” katanya, menjelaskan.

“Kamu sebenarnya bukan konselor sekolah, kan?” tanya Guru Eri dengan yakin.

“Sebenarnya, bukan,” jawab Hisui, mengakui sambil tersenyum.

“Sudah kuduga sejak lama,” balas Guru Eri sambil tersenyum juga. Lalu dia menghela nafas, “Satu-satunya penyesalan ku adalah pesta perpisahan Yuuta yang ditunda. Bisa kuserahkan padamu?” tanyanya.

“Serahkan padaku. Sulap adalah keahlianku,” jawab Hisui dengan bangga.

@@@

Makoto memijit bahu Hisui sambil agak mengeluh sedikit. Lalu dia mengomentari dengan heran, kenapa Hisui tetap mau menjadi konselor sekolah sampai liburan musim panas ini.

“Itu tanggung jawabku,” kata Hisui dengan serius. “Karena aku telah menyebabkan banyak kesedihan bagi anak- anak itu. Apa aku sudah melakukan hal yang tak perlu?” gumamnya, merasa agak murung.

“Hei, alasan kenapa kamu jadi seorang detektif, kenapa tak ceritakan padaku?” tanya Makoto dengan pelan, mencoba mengalihkan topik supaya Hisui gak murung.


“Apa?” tanya Hisui, tidak dengar jelas.

“Enggak jadi,” jawab Makoto, malu. Lalu dia mengetok pelan kepala Hisui, “Oke, ayo cuci piring,” katanya sambil berlari ke dapur.

Post a Comment

Previous Post Next Post