Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka Hisui Toujoshu (2022) Episode 2 part 1

 

Sinopsis J- Dorama : Invert Jozuka Hisui Toujoshu (2022) Episode 2 part 1

Original Network : NTV

“Selamat Datang di SD Furuwada”

Guru SD, Eri Suezaki, datang ke sekolah pada malam hari dan masuk ke dalam ruang kelas 2- 1. Disana dia bertemu dengan Mantan Penjaga Sekolah, Akio Tagusa.

“Kamu berhasil menghindari CCTV?” tanya Eri, pada saat masuk ke dalam ruang kelas.

“Tentu saja,” jawab Akio. Lalu dia menunjuk pernak- pernik di meja, “Kamu akan mengadakan pesta dengan itu?” tanyanya.

“Besok kami akan mengadakan pesta perpisahan untuk anak yang pindah sekolah,” jawab Eri, menjelaskan sambil berjalan ke meja nya.

“Sekarang, kamu sudah siap untuk kerja sama?” tanya Akio.


Eri diam selama sesaat dan tidak menjawab. Lalu dia melihat ke jendela dan mengatakan kalau ada seseorang di gedung sebelah yang melihat ke arah mereka. Dan Akio pun menoleh ke belakang untuk melihat siapa disana. Dengan panik, Eri menyuruh Akio untuk menunduk, kalau tidak mau kelihatan, lalu dia pun menunduk juga.

“Duh, apaan sih?” keluh Akio sambil menunduk.


Dari belakang, secara perlahan Eri berjalan mendekati Akio dan saat Akio baru saja menoleh, dia langsung mengangkat batu bata ditangannya dan memukul kepala Akio menggunakan itu. Kemudian Eri memakai sarung tangan dan menyeret tubuh Akio ke atas troli. Setelah itu, Eri menyalakan lampu kelas, karena cahaya didalam kelas agak gelap. Eri mengambil sandal yang Akio kenakan dan menyembunyikannya dibawah meja. Lalu dia mengambil sepatu Akio, dan memasangkannya di kaki Akio.


Ketika semuanya telah siap, Eri membawa tubuh Akio ke ruangan lab. Dia mengambil botol kecil yang ada disana dan memasukkannya ke dalam saku jas Akio. Juga dia memasangkan sarung tangan di tangan Akio. Kemudian dia membawa tubuh Akio ke teras dan melemparkan tubuhnya ke bawah.

“Tenang saja…” gumam Eri sambil menarik nafas dalam- dalam karena kelelahan. “Aku… tak melakukan hal yang salah,” gumamnya pada diri sendiri.

@@@


Detektif Kaneba membawa Hisui dan Makoto ke SD Furuwada untuk menyelidiki kasus Akio. Namun Asisten Detektif merasa tidak senang dan mengeluh pada Kaneba, sebab kasus ini sudah di putuskan sebagai kecelakaan. Dan Hisui langsung menjelaskan bahwa dia kebetulan mendengar kasus ini saat mengunjungi kantor pusat, jadi dia ingin tahu.

“Aku sudah mendapatkan dokumennya,” kata Asisten Detektif, agak kesal.

“Kalau begitu, tolong penjelasan tentang kasus nya,” pinta Hisui dengan ramah.


Korban bernama Tagusa Akio, 46 tahun, dia bekerja sebagai penjaga sekolah sampai 2 tahun lalu. Pukul 22:06 malam, perusahaan keamanan mendapat informasi bahwa sistem keamanan mendeteksi anomali dan penjaga pun bergegas ke TKP dan menemukan mayat Akio.


Disamping bangunan gedung sekolah, ada pipa air. Diduga, Akio memanjat pipa air, lalu masuk ke ruang sains di lantai 3 dari balkon, karena ditemukan ada jendela yang kebetulan terbuka. Ada sistem keamanan pengindaraan inframerah di lorong. Inframerah itu berbunyi alarmnya pada pukul 21: 48. Sepertinya pada saat itu berbunyi, Akio buru- buru mencoba turun dari balkon dan terjatuh. Dan Akio meninggal setelah kepalanya terbentur dengan beton.

“Ada barang pribadi?” tanya Hisui, setelah mendengar penjelasan Asisten Detektif.

“Soal itu …” kata Asisten Detektif, melihat catatan nya. “Jas dalam saku : Ponsel, Jas kantong kanan : Palu, Celana kantong kanan : Dompet, Celana kantong kiri : Koran pacuan kuda yang terlibat,” jelasnya. Lalu dia menunjukkan foto- foto barang bukti.


Dengan serius, Hisui mengambil foto- foto itu dan melihatnya. Lalu dia bertanya- tanya, kenapa Akio pergi ke lantai 3. Juga ada CCTV di dekat tangga lantai 1, tapi kenapa Akio malah seperti sengaja menghindari itu. Dan mengenai inframerah di lorong, kenapa Akio tidak menghindarinya juga seperti CCTV.

Ternyata inframerah ini baru dipasang, setelah Akio mengundurkan diri, jadi mungkin Akio tidak tahu.


“Sepatunya hilang,” gumam Hisui, memperhatikan foto korban satu persatu.

“Mungkin dia melepasnya agar tidak meninggalkan jejak kaki?” tebak Detektif Kaneba.

“Tapi, sepatu yang sebelah kanan dipakai,” kata Hisui, menunjukkan foto yang dilihatnya. Lalu dia menjerit kecil karena menemukan sesuatu yang aneh.

Di kaki kiri Akio yang tidak memakai sepatu, ada seekor semut kecil. Dan alasan Hisui menjerit, karena dia merasa serangga itu agak menjijikkan. Ah, tapi dia juga bertanya- tanya, kenapa bisa ada semut di kaki Akio.


“Mungkin cuma kebetulan?” tebak Asisten Detektif, tidak merasa ada yang aneh dengan seekor semut kecil di kaki Akio.

Foto selanjutnya, ada koran yang tampak basah. Dan sebenarnya ini terkesan aneh, karena pada hari kejadian, tidak ada hujan. Lalu selanjutnya ada foto ponsel, tapi belum diketahui apa isi ponsel nya karena belum bisa dibuka. Setelah memperhatikan semua foto- foto itu, Hisui mengembalikannya kepada Asisten Detektif.

“Nah, dia cuma terjatuh, kan?” tanya Asisten Detektif, dengan yakin dan bangga. Karena sebelumnya dia sudah mengatakan ini, tapi Detektif Kaneba malah tidak percaya.


“Enggak. Ini kasus pembunuhan,” kata Hisui, menjawab dengan sangat yakin.

@@@

Episode Dua : Gelembung Penghakiman

Hisui menyamar menjadi guru baru di SD Furuwada. Pertama kali dia datang, dia berpura- pura bersikap ceroboh, dengan tidak sengaja menjatuhkan kertas- kertas yang di pegang nya. Dan dia melakukan ini pada saat memasuki kelas Guru Eri. Hal ini membuat Guru Eri yang sedang mengajar, merasa terganggu dan tidak senang.



“Bu, sapalah mereka,” kata Guru yang membawa Hisui ke dalam kelas Guru Eri.

“Eng, selamat siang semuanya,” sapa Hisui pada para anak- anak murid.

“Selamat siang!” jawab semua murid secara serentak.

“Maaf kerena mengejutkan kalian. Nama Ibu Shirai Nanako. Panggil saja Bu Nanako,” kata Hisui, memperkenalkan dirinya dengan ramah. “Ibu datang ke sekolah ini untuk mendengarkan masalah dan curhat kalian. Ibu akan ada di ruang konseling lantai 2. Kalau ada yang ingin dibicarakan, silahkan datang,” jelasnya sambil tersenyum.


Beberapa hari setelah kedatangan Hisui menjadi guru baru di SD Furuwada. Dia bisa sudah dekat dengan anak- anak dan juga guru- guru disekolah, walaupun sikapnya agak ceroboh, karena sering tidak sengaja terjatuh, menyenggol sesuatu, atau menjatuhkan barang, tapi orang- orang bisa memaklumin semua itu, sebab Hisui memang orang yang ramah dan baik kepada setiap orang, bahkan kadang sikapnya yang ceroboh tampak lucu bagi mereka.

Namun sebaliknya, Guru Eri tidak merasa terlalu suka pada Hisui, karena pakaian yang dipakai Hisui panjangnya tidak mencapai kaki, terlalu agak bergaya, dan juga Hisui sangat sering ceroboh, menurutnya orang seperti ini tidak cocok menjadi guru. Tapi dia tidak ada mengatakan apapun mengenai ini, paling dia hanya mengabaikan Hisui saja.

Lalu suatu hari, ketika Hisui mengajak Guru Eri untuk berbicara, dan melalui pembicaraan mereka, ternyata terlihat kalau Hisui benar- benar perhatian dan memperhatikan anak- anak dengan baik, sikap Guru Eri pun berubah. Dia menjadi agak menyukai Hisui.


“Nak Nao mendatangiku. Tapi, masalahnya terbilang lucu,” kata Hisui, mulai bercerita. “Soal Tanji, si hamster. Dia khawatir dengan Tanji karena sering kabur,” jelasnya sambil tersenyum memperhatikan Tanji.

“Mao banget,” kata Guru Eri, geli. “Tenang saja. Meski sering kabur, Tanji punya tempat kesukaan, dan selalu kembali ke sini,” katanya menunjukkan tempat dibawah mejanya.

Lalu Hisui membahas tentang seorang anak pria bernama Koike Daichi. Menurutnya, Koike masih memiliki tembok yang membatasi dirinya dengan yang lain. Dan Guru Eri menjelaskan bahwa ini hal yang masuk akal, karena Koike baru pindah ke sekolah ini pada bulan April, jadi Koike masih belum akrab dengan yang lain.


Setelah membicarakan tentang para murid, hubungan Guru Eri dan Hisui tanpa terasa mulai menjadi akrab. Lalu Hisui bercerita kepada Guru Eri bahwa sebenarnya dia memiliki indera keenam, dan dia bisa menebak beberapa hal tentang Guru Eri yang tidak diketahui. Dengan mental kalau Hisui hanya bercanda, Guru Eri pun membiarkan Hisui untuk melihat dirinya. Namun ketika Hisui terdiam cukup lama, Guru Eri mulai merasa gugup.


“Pernah Ibu berpikir soal kematian seseorang?” tanya Hisui dengan serius sambil menatap Guru Eri. “Baru- baru ini Ibu membuat keputusan besar, karena Ibu punya rasa keadilan yang kuat. Ibu memutuskannya sendiri. Hmm... Bu, mungkinkah ada seseorang...”

“Apa?” tanya Guru Eri, gugup.

“Enggak,” jawab Hisui sambil tersenyum. Lalu dia pamit dan berdiri untuk pergi.


Guru Eri merasa gugup dan takut, apalagi Hisui hanya berbicara setengah dan tiba- tiba berhenti bicara. Tapi karena Hisui pamit untuk pergi, dia tidak mungkin menghentikannya, karena ini akan membuatnya tampak aneh. Namun Hisui tiba- tiba berhenti dan menatap dirinya.

“Apa ada yang meninggal disini baru- baru ini?” tanya Hisui.

“Enggak mungkin!” jawab Guru Eri, tertawa kaku.

@@@


Malam hari. Hisui kebingungan memilih pakaian mana yang harus di pakai besok. Sedangkan Makoto sibuk memberes- bereskan pakaian yang di bongkar oleh Hisui. Dan melihat Hisui masih belum memilih apa- apa, dia menyarankan agar Hisui memakai gaun merah yang ada di sofa didekat Hisui saja. Dan Hisui mengambil serta mencocokan di tubuhnya, tapi melihat dari cermin, baju merah ini tidak tampak seperti guru. Jadi, no.

“Yang lebih penting, gimana cara mempersempit agar Bu Suezaki sebagai pelakunya?” tanya Makoto, ingin tahu, kenapa Hisui bisa yakin Guru Eri adalah pelakunya.

“Mudah saja. berdasarkan gedung sekolah dan para guru yang berada di sana sampai sekolah tutup, aku cuma sekali tebak,” jawab Hisui sambil masih mencari baju yang cocok.

“Hah?” gumam Makoto, tidak paham.

“Loh? Kamu enggak ngerti?” ejek Hisui, tertawa pelan. “Seperti biasa, akan kuanggap sebagai tugasmu,” jelasnya sambil tersenyum.

“Aku sama sekali ‘gak ngerti,” keluh Makoto, memilih merapikan pakaian- pakaian Hisui saja.

@@@

Hisui mengenakan pakaian biru dan payung putih berenda yang membuatnya tampak manis. Dan dengan akrab dia menghampiri Guru Eri yang sedang berkebun ditaman belakang. Dia berpura- pura datang untuk mengobrol. Lalu dia mulai bercerita kepada Guru Eri, mengenai kasus Akio, dia menemukan hal yang aneh.


Pada malam kejadian, orang yang masih tinggal di sekolah, ada Guru Eri, Guru Komoda, Guru Matsubayashi. Dan katanya, mereka bertiga sama- sama meninggalkan sekolah jam 9 malam. Untuk hal ini, Guru Eri membenarkan. Namun kata- kata Hisui selanjutnya, langsung membuatnya berkeringat dingin.

Guru Komoda ada memberikan sebuah kesaksian aneh kepada polisi. Sekitar jam 9, sebelum dia pulang, Bu Komoda ada pergi ke ruang sains, dan saat itu dia telah memastikan semua jendela terkunci. Jadi anehnya, gimana cara Akio masuk ke ruang sains dari luar. Dan ini membuat Hisui jadi menebak, apakah ini benar- benar sebuah kasus pembunuhan.

“Mungkin Bu Komoda keliru,” kata Guru Eri. Lalu dia tertawa kecil, “Kasus pembunuhan? Bukannya kamu terlalu memikirkan nya? Ada alarm berbunyi jam 22 malam, kan? Sayangnya, tidak ada orang yang berada di sana sampai jam segitu. Meski ada orang, akan terdeksi oleh sistem keamanan,” jelasnya sambil mengelap keringatnya.

“Hmm… benar juga sih,” gumam Hisui.

Barusaja Guru Eri merasa lega, Hisui tiba- tiba malah lanjut bertanya, siapa saja yang mempunyai dendam pada Akio. Dan mendengar ini, dia menjadi agak tidak sabaran. Dia meminta Hisui untuk berhenti memikirkan tentang kasus Akio, dan berhenti berbicara, karena dia harus menyelesaikan kebunnya sebelum senja.


“Maaf karena sudah mengganggu Ibu,” kata Hisui, meminta maaf tapi tanpa penampilan merasa bersalah sama sekali. “Penasaran sampai hal mendetail itu kebiasaan burukku. Aku memang pembuat onar,” jelasnya sambil menokok pelan kepalanya dan tersenyum.

“Kamu ya,” geram Guru Eri. Tapi sebelum dia mengatakan apa- apa, Hisui sudah berjalan pergi.

@@@


Asisten Detektif menemukan hal baru, dan melaporkannya pada Detektif Kaneba. Ternyata Akio bukan hanya sekedar pencuri, tapi dia juga paparazi. Di komputer milik Akio ada video siswa SD dan SMP, dan Akio menjual itu secara online, bersama dengan informasi pribadi para siswa tersebut.

Jadi tebakkan Hisui mengenai Akio dibunuh, bisa jadi benar. Karena orang seperti Akio, pasti banyak yang merasa dendam padanya.

“Oh iya, gimana dengan Jozuka?” tanya Detektif Kaneba, mengenai Hisui.

“Yah… mungkin dia bekerja dengan seseorang dari Kepolisian Furuwada, atau dia sudah menyerah,” jawab Asisten Detektif, kurang tau juga.

“Enggak… itu tak mungkin. Sejak dahulu, dia tidak menoleransi pembunuhan, apa pun alasannya,” kata Detektif Kaneba dengan sangat yakin. Lalu dia membuang kaleng kopinya dan berjalan pergi.

@@@


Guru Eri sedang berjalan, dan kebetulan melihat Hisui sedang berbicara dengan seseorang. Karena penasaran, diapun ingin menguping. Tapi Hisui malah melihat dirinya, jadi diapun berniat berjalan pergi. Namun Hisui malah memanggil serta mengejarnya. Jadi diapun terpaksa berhenti, lalu dia berbasa- basi, siapa itu.


“Dia seorang detektif dari Divisi Investigasi 1,” kata Hisui, menjawab dengan tulus. “Sebenarnya, aku sering bekerja sama dengan mereka.”

“Kerja sama?” kata Guru Eri, terkejut. Dan diapun jadi penasaran.

“Ah, aku punya janji konsultasi. Aku harus segera pergi,” kata Hisui, sengaja membiarkan Guru Eri merasa penasaran. “Aku nanti akan mengunjungi Ibu di kelas,” katanya. Lalu pergi.

@@@


Malam hari. Didalam kelas. Guru Eri sedang sibuk memeriksa pr murid- murid. Walaupun sebenarnya dia merasa lapar dan perutnya sudah berbunyi, tapi dia menahan itu. Tidak lama kemudian, Hisui datang dengan membawakan makanan untuk Guru Eri, makanan yang dibawakan ini adalah donat yang diberikan oleh salah satu orang tua murid padanya. Mengetahui itu, Guru Eri menegur Hisui, karena menurut peraturan, guru dilarang untuk menerima hal seperti itu dari orang tua murid.

“Hmm… Tapi, mubazir kalau tidak di makan, jadi kumakan diam- diam saja,” kata Hisui, mengambil donat yang dibawa. “Aku memang gadis yang buruk,” candanya, tanpa rasa bersalah. “Aku bisa merasakan asupan gula yang mengalir ke otakku,” gumamnya, meresapi donat nya.

“Terus? Ngapain kamu di sini?” tanya Guru Eri, tidak sabaran.

Karena Guru Eri tampak tidak sabaran, jadi Hisui pun mulai menceritakan kenapa dia datang. Dia hanya ingin mendiskusikan tentang keanehan tentang kasus kecelakaan Akio. Barang yang ada di dalam saku Akio adalah koran, dompet, palu, dan ponsel. Lalu Akio juga memakai sepasang sarung tangan katun. Ini adalah perlengkapan Akio untuk menyelinap. Tapi ada yang aneh, karena ada satu barang yang seharusnya ada, tapi malah tidak ada.

“Sesuatu yang seharusnya ada?” tanya Guru Eri dengan agak berhati- hati.

“Ibu mau makan donat? Ada churros juga, loh,” kata Hisui, tidak menjawab dan malah menawarkan makanan.

Hal ini membuat Guru Eri agak kesal, “Jadi, apa yang seharusnya ada?” tanyanya, lagi.


Melihat Guru Eri tampak kesal, Hisui pun kembali bercerita. Pada malam kejadian, ruang sains benar- benar gelap, dan satu- satunya sakelar lampu ada di sisi lorong, tapi ada banyak kendala untuk sampai ke lorong. Jadi seharusnya, ada senter. Tapi dibarang Akio tidak ada senter. Kalau dibilang Akio menggunakan senter di ponsel, itu tidak mungkin, karena ponsel Akio yang berada di dalam saku, posisi senternya tidak menyala. Juga bila memang dia menggunakan senter di ponsel, pada saat kabur memangnya di sempat mematikannya, karena kan dia memakai sarung tangan katun yang cukup tebal. Jika seseorang sedang panik, mana mungkin dia sempat berpikir untuk melepaskan sarung tangannya, mematikan senter di ponsel, dan memakai kembali sarung tangannya, lalu kabur dengan cara menurunin pipa air.


“Mungkin dia pakai perintah suara,” kata Guru Eri, berusaha membuat alasan yang mungkin masuk akal dan bisa di percaya.

“Dia menggunakan perintah suara ponsel yang ada disakunya sambil panik melarikan diri?” tanya Hisui, memastikan.

“Itu bukan hal yang enggak mungkin, kan?” kata Guru Eri, bersemangat. “Deduksimu itu tak bisa membuatmu dapat bintang emas. Lagipula, kalau ada seseorang yang memang membunuh Tagus, apa motifnya?” katanya, berbicara cepat.


Berbicara mengenai motif, Hisui bisa menebak. Mungkin pelaku adalah korban dari paparazinya Akio dan menerima ancaman, dan yang terpenting, mungkin pelaku ingin melindungi para murid. Mendengar ini, Guru Eri diam dan mengalihkan tatapannya.

“Gimana? Bukankah Ibu jadi ingin membunuhnya?” tanya Hisui.

“Iya, pasti dibunuh,” gumam Guru Eri, pelan. Lalu dia menjelaskan dengan sikap serius, “Tapi, aku tak ada hubungannya.”



Akio menerobos masuk ke sekolah jam 21:48 malam. Dan pada jam segitu, Guru Eri memiliki alibi yang kuat. Karena jam segitu, dia sedang makan malam dengan Guru Komoda di restoran keluarga terdekat.

Karena Guru Eri yakin alibinya sangat kuat, mood nya yang gugup dan takut, berubah menjadi berani. “Cuma itu yang mau kamu bicarakan?” tanyanya sambil tersenyum ceria.

“Aku akan sudahi untuk malam ini,” jawab Hisui. Lalu dia membereskan barang- barangnya, dan berniat untuk pulang.

Sebelum Hisui keluar dari pintu, Guru Eri berbicara, “Tagusa adalah sampah masyarakat. Kamu bertanya apa aku akan membunuh Tagus, kan? Bagaimana denganmu?” tanyanya.

Namun mendengar itu, Hisui tidak menjawab. Dan pergi.

Post a Comment

Previous Post Next Post