Sinopsis Drama China : Hidden Love Episode 1

SINOPSIS DRAMA CHINA : HIDDEN LOVE EPISODE 1


Langit begitu cerah. Seorang gadis SMA berjalan dengan langkah riang menuju sebuah gedung. Gadis itu bernama Sang Zhi. Saat tiba di gedung yang ditujunya, matanya langsung teralih pada sebuah mobil yang bagasinya terbuka. Di bagasi mobil itu terdapat banyak kotak-kotak dan sebuah boneka rubah. Yang menarik perhatian Sang Zhi adalah boneka rubah tersebut. Tidak bisa menahan diri, Sang Zhi mengambil boneka itu dan memainkannya sambil matanya melirik-lirik ke kotak yang ada di dalam bagasi. Di salah satu kotak, terlihat ada sebuah buku cetak dan sebuah kertas mencuat bertuliskan : ‘Duan.’

Akan ada beberapa moment dalam hidupmu yang tidak akan pernah kau lupakan. Yang lebih spesifik adalah berapa kali waktumu terasa berhenti.


“Darimana datangnya pencuri kecil ini?” suara pria terdengar dari arah belakangnya.


Saat menoleh, terlihat wajah tampan seorang pria yang membuat Sang Zhi terpesona.

Ini kedua kalinya aku melihatnya dari begitu dekat.

Ternyata waktu itu benar-benar memiliki sihir yang membawa kita lebih dekat di tinggi dan jarak.


Mari kita mundur sejenak untuk mengetahui pertemuan pertama Sang Zhi dan Duan Jia Xu. Pertemuan pertama mereka terjadi ketika Sang Zhi masih kelas 2 SMP dan berusia 14 tahun.



Di kelas, Sang Zhi adalah anak yang pintar, namun, saat guru mengajar pikirannya sering sekali teralih dengan hal lain seperti melihat burung di luar jendela dan menggambar. Pak Guru Chen sudah menegurnya sekali supaya fokus mendengar pelajaran, tapi Sang Zhi lagi-lagi mengulanginya. Pas ditegur kedua kali, dia bukannya meminta maaf tetapi malah menjawab pertanyaan dari soal yang sedang diajarkan oleh Pak Guru Chen. Jawabannya memang benar, tetapi bukan itu yang dipermasalahkan oleh Pak Guru Chen. Yang dia permasalahkan adalah sikap Sang Zhi dalam belajar. Karena itu, sebagai hukuman, Pak Guru Chen menyuruh Sang Zhi memberitahu orang tuanya agar menemuinya besok.


Sang Zhi langsung badmood.Soalnya, ini kali kedua Ibunya dipanggil oleh Pak Guru padahal baru setengah bulan. Sang Zhi tentu takut untuk memberitahu Ibunya. Karena habis dimarahi oleh guru, Sang Zhi jadi nggak niat main sama temannya. Hm,temannya bukan niat ngajak main beneran sih. Dia cuma diminta tolong sama anak lelaki di kelas lain, Fu Zhengchu, yang menyukai Sang Zhi untuk ngajak Sang Zhi main.


Sang Zhi lebih mengutamakan mencari cara biar Ibunya tidak perlu ke sekolah. Hal yang terpikirkan adalah minta tolong sama ‘Gege’(kakak laki-laki) nya yang sudah kuliah dan tinggal di asrama. Sepanjang jalan pulang, Sang Zhi sibuk mengirim pesan keSang Yan (nama gege -nya), yang isinya menanyakan kapan dia pulang karena dia merindukannya. Dia memintanya Sang Yan untuk pulang besok. Nggak pakai lama, Sang Yan udah langsung membalas pesannya : “NO.” Suasana hati Sang Zhi semakin buruk dan dia juga kesal sama Sang Yan.


Saat sampai di rumah, Sang Zhi udah mau jujur ke Ibu kalau dia di panggil guru. Eh, sebelum dia menyampaikannya, Ibunya memberitahu kalau kakaknya pulang. Dia mau memberitahu Sang Zhi untuk hati-hati karena Sang Yan pulang sama teman, tapi belum selesai Ibunya bicara, Sang Zhi sudah langsung lari ke atas dengan sumringah untuk ketemu sama kakaknya. Saat membuka pintu kamar, yang menyambutnya malah seorang pria tampan yang kelihatan bersinar dimatanya.


Ge,Kamu operasi plastik?” tanya Sang Zhi, terpesona.



Pria itu, Duan Jia Xu, bukannya meluruskan kalau dia bukan sang Yan, malah meminta Sang Zhi menilai apakah hasil operasinya bagus. Hahhaha. Pas saat itu, Sang Yan muncul dari belakang. Baru juga ketemu, keduanya malah udah bertengkar seperti kakak adik pada umumnya. Sang Yan udah tau kalau Sang Zhi pasti buat masalah, makanya mengirim pesan ‘merindukannya’ padanya. Sang Zhi ngaku kalau memang dia ada masalah, tapi yang lebih penting sekarang, dia ingin tau siapa Jia Xu? Sang Yan memperkenalkan Jia Xu sebagai teman sekamarnya di asrama. Jia Xu juga memperkenalkan namanya. Selesai memperkenalkan nama, Jia Xu cerita soal Sang Zhi yang tadi mengira dia adalah Sang Yan yang operasi plastik. Wkwkwkwk.


Tentu saja itu hal yang lucu. Sang Zhi yang nggak terima kalau kakaknya marah, membela diri kalau Sang Yan jelek, makanya wajar kalau dia mengira Sang Yan operasi plastik biar tampan. Dan juga, Ibu nggak ada bilang kalau Sang Yan bawa teman. wajar jika dia salah paham. Selesai berantem, Sang Yan mulai bersiap-siap karena dia cuma mampir sebentar dan akan kembali ke asrama lagi. Sang Zhi langsung panik dan menahan kakaknya untuk pergi karena dia butuh bantuan. Sang Yan bukannya tidak mau membantu, tetapi Sang Zhi tidak ada memberitahu daritadi butuh bantuan apa. Sang Zhi juga bukannya langsung bilang, malah minta Sang Yan janji dulu. Karena Sang Yan nggak mau janji, Sang Zhi langsung akting nangis dengan keras memanggil nama Ibunya.


Suara tangisan Sang Zhi kedengaran sampai ke bawah. Sontak saja, Sang Yan langsung di tarik Ibunya ke bawah untuk dimarahi karena sudah mengganggu Sang Zhi. Sang Yan sudah membela diri kalau dia nggak mengganggu, tetapi tetap saja dia di omeli.


Di dalam kamar, hanya ada Sang Zhi dan Jia Xu sekarang. Jia Xu sedikit kaget dan penasaran, apakah Sang Zhi dan Sang Yan memang biasanya seperti ini? Dengan santai, Sang Zhi menyuruh Jia Xu untuk tidak khawatir karena Ibunya tidak akan benar-benar memarahi Sang Yan. Jia Xu kemudian mengingatkan kalau Sang Zhi kan mau minta bantuan Sang Yan, tetapi malah mengerjainya seperti ini. Mata Sang Zhi mulai berkaca-kaca lagi. Jia Xu langsung panik dan membujuk Sang Zhi untuk tidak nangis dan dia akan bantu untuk bicara ke Sang Yan mengenai bantuan yang diinginkan Sang Zhi.

Eh, Sang Zhi malah minta Jia Xu saja yang membantunya sebagai balasan karena sudah mengadu pada kakaknya bahwa dia mengira kakaknya operasi plastik. Jika dia tidak mengadu, dia tidak akan bertengkar dengan kakaknya dan pasti kakaknya akan membantu. Jia Xu tertawa kecil karena ucapan Sang Zhi masuk akal, jadi, dia mau membantu. Sang Zhi meminta Jia Xu untuk pura-pura menjadi kakak kandungnya dan pergi menemui gurunya.



Jia Xu mau membantu dengan syarat Sang Zhi memberitau apa yang sudah dia lakukan sehingga orang tuanya di panggil. Sang Zhi jujur kalau dia tidak mendengar pelajaran tetapi meski begitu dia bisa menjawab soal dengan benar. Setelah itu, guru malah bilang mau panggil orang tua. Dia jujur kok, soalnya kalau bohong, besok saat ketemu guru, guru juga bakal bilang alasan di panggil.

Hm, setelah mendengarkan permasalahannya, Jia Xu sekali lagi membujuk biar dia minta tolong saja ke Sang Yan. Sang Zhi tetap ngotot tidak mau dan menganggap kakaknya tidak akan membantu. Dan untuk kesekian kali, Jia Xu bilang kalau Sang Yan bukan orang seperti itu. Sang Zhi tetap saja tidak mau. Jia Xu juga udah pamit pulang karena dia masih ada kerja paruh waktu.


Sang Yan juga ikut pulang dengan Sang Zhi. Udah mau pergi pun, keduanya masih saja bertengkar. Saat bertengkar itu Jia Xu baru tau kalau Sang Zhi adalah anak kelas 2 SMP yang berusia 14 tahun. Sang Zhi langsung kesal karena mengira Jia Xu menganggapnya pendek dan tidak terlihat seperti anak SMP. Sang Yan malah mengiyakan. Jia Xu langsung bilang kalau dia tidak ada pikiran begitu, jangan salah paham.


Eh, Sang Yan malah terus mengejek bilang kalau Sang Zhi tidak akan tumbuh lagi. Namun, ada baiknya karena saat berusia 30 tahun, dia akan terlihat seperti 18 tahun. Sang Zhi nggak terima dan ngebalas kalau Sang Yan sering dikira sebagai ayahnya karena tinggi.

“Kau sekolah dimana?” tanya Jia Xu.

“SMP Xuri. SMP 2 kelas 1,” jawab Sang Zhi.

“Siapa namamu?”



“Namaku Sang Zhi.”

“Jadi, Sang Zhi kecil, apakah kau tau kapan kita akan bertemu lagi lain kali?’ tanya Jia Xu, “Aku pergi dulu,” pamitnya tanpa memberikan jawaban pasti.

Setelah kepergian Jia Xu, Sang Zhi jadi galau memikirkan apa maksud dari ucapan Jia Xu mengenai ‘lain kali’. Itu besok atau kapan? Apa dia besok bakal datang ke sekolah atau nggak sih?


Menunggu : Rahasia yang tidak boleh dikatakan


Waktu begitu cepat berlalu dan nggak terasa Sang Zhi sudah menjadi siswa SMA. Dia tumbuh menjadi semakin cantik. Hubungannya dengan Sang Yan juga masih seperti dulu, berantem layaknya adik kakak. Hari ini, Sang Yan pulang ke rumah tetapi malah diabaikan sama Sang Zhi karena Sang Yan sudah sebulan nggak pulang. Sang Yan pulang sekalian mau pinjam mobil untuk pindahan asrama. Mulai dari semester ini, dia sudah pindah ke kampus utama. Kebetulan, kampus utama letaknya dekat dengan sekolah Sang Zhi.


Rencana Sang Yan akan pindahan siang ini sekalian dengan pindahan kamar teman sekamarnya. Saat tau Sang Yan pindahan dengan teman sekamar, Sang Zhi lansung berubah menjadi amat manis dan perhatian dengan Sang Yan. Dia juga menawarkan untuk bantu pindahan setelah pulang sekolah. Tentu Sang Yan menolak bantuannya, tetapi Sang Zhi nggak hilang akal dan membujuk Ibu dan Ayahnya. Karena Ayah dan Ibu udah menyuruh, terpaksa, Sang Yan mengiyakan.


Seperti yang sudah dijanjikan, begitu pulang sekolah, Sang Zhi langsung ke gedung kampus Sang Yan. Begitu tiba, dia menelepon Sang Yan. Sang Yan menyuruhnya untuk menunggu sebentar karena dia nggak ada waktu. Tetapi karena Sang Zhi tidak mau menunggu dan memilih langsung ke gedungnya, Sang Yan pun memberitahu kalau dia gedung sembilan, kamar 525. Wkwkwk, alasan Sang Yan sibuk karena dia lagi asyik main game.



Selesai teleponan, Sang Zhi melihat mobil ayahnya terparkir di depan gedung asrama dengan bagasi terbuka. Dan seperti yang kita tau, dia menemukan boneka rubah dan bertemu kembali dengan Jia Xu. Karena sudah lama tidak bertemu, Jia Xu sempat tidak mengenali Sang Zhi awalnya. Dan boneka rubah yang dimainkan Sang Zhi adalah milik Jia Xu. Sang Zhi langsung panik dan menjelaskan kalau dia nggak tau itu punya Jia Xu. Jika tau, dia tidak akan menyentuhnya.

“Apa maksudnya tidak akan menyentuhnya jika tau itu punyaku?” balas Jia Xu. “Bocah, apakah kau punya hati nurani. Aku dulu begitu membantumu, apakah kau sudah lupa?”


Jia Xu hanya bercanda. Dia juga memberikan boneka itu untuk Sang Zhi. Sang Zhi gengsi menerima-nya dengan alasan dia udah kelas 2 SMA, udah nggak main dengan boneka lagi. Ya udah, kalau Sang Zhi nggak mau, dia buang aja. Sang Zhi langsung mengambil boneka itu lagi dari tangan Jia Xu dan bilang akan memainkannya sebentar.

Sambil ke gedung sembilan, Sang Zhi menanyakan darimana boneka itu. Jia Xu juga tidak begitu ingat. Jawabannya itu membuat Sang Zhi sedikit murung, memikirkan boneka itu pemberian dari siapa.




Saat tiba di kamar, Sang Zhi langsung mengomeli Sang Yang yang tadi bilang sibuk dan ternyata malah sibuk main game. Di kamar itu juga ada 2 orang pria yang sekamar dengan Sang Yan dan Jiaxu. Pria yang gemuk bernama Qian Fei dan pria berkacamata bernama Chen Jun Wen. Jun Wen matanya rabun jauh, jadi dia mau mendekat melihat Sang Zhi, tapi langsung dihalangi sama Sang Yan biar nggak terlalu dekat sama adiknya. Ciee, perhatian seorang kakak.


Qian Fei dan Jun Wen memanggilnya ‘xiao mei-mei’(adik kecil perempuan). Sang Zhi tidak masalah. Tetapi, khusus untuk Jia Xu, dia protes dipanggil demikian karena dia sudah tidak kecil lagi. Jadi, Jia Xu mengubah panggilannya menjadi ‘me-mei.’Selesai beberes pindahan, Sang Yan mengajak mereka untuk makan hot pot.Jia Xu tidak ikut karena dia ada kerja paruh waktu lain. Sebelum pergi, Jia Xu bilang ke Sang Zhi kalau bonekanya boleh untuk Sang Zhi.


Sang Zhi ternyata kepo tentang Jia Xu dari tadi. Setelah orangnya pergi, dia baru berani tanya ke Qian Fei, apakah Jia Xu punya pacar? Apa boneka itu dari pacarnya? Qian Fei dan Jun Wen tertawa sembari menjawab kalau Jia Xu tiap hari sibuk kerja sambilan, jadi tidak punya waktu. Dan boneka itu adalah hadiah dari acara yang diikutinya di semester lalu. Suasana hati Sang Zhi langsung happy.


Dia langsung mengeluarkan semua bukunya dari dalam tas, supaya bisa meletakkan boneka itu di dalam tas dan bukunya akan di pegang dengan tangan. Gegara itu ada satu bukunya tertinggal di atas meja Jia Xu. Sang Zhi juga menolak ikut makan dan mau pulang dengan bus aja.


Setelah sampai rumah, Sang Zhi baru sadar kalau bukunya ada yang tertinggal. Dia sudah menelpon kakaknya untuk minta tolong disampaikan ke Jia Xu. Begitu Jia Xu pulang, Sang Yan langsung menelpon Sang Zhi untuk bicara ke Jia Xu. Sang Zhi menjelaskan kalau buku tugasnya tertinggal di meja Jia Xu. Itu buku tugas mengarang dan harus dikumpul besok. Dia tidak mau buku itu diberikan ke Sang Yan. Jia Xu mengira kalau Sang Zhi mau minta tolong dikerjakan tugas mengarang, jadi dia menasehati Sang Zhi untuk mengerjakan tugas sendiri. Hm, atau gini saja, dia besok bangun lebih pagi dan mereka ketemuan di halte bus jam 06.40. Dia akan menemani Sang Zhi mengerjakan tugasnya. Sang Zhi langsung setuju.


Biar tidak terlambat, Sang Zhi langsung memasang alarm jam dari jam 05.10 sampai jam 06.00 dengan interval setiap 10 menit. Tidak sia-sia karena alarm yang berbunyi setiap 10 menit, Sang Zhi akhirnya bangun dan tiba ditempat janjian tepat waktu.


Ah, tetapi tidak ada siapapun di halte. Sang Zhi jadi galau, apakah Jia Xu akan benar-benar datang?


Perasaan galau ini sama seperti yang dirasakannya saat SMP dulu. Sang Zhi mencoba yakin kalau Jia Xu akan datang ke sekolahnya dan menyamar sebagai kakaknya. Tetapi udah ditunggu sampai jam pelajaran terakhir, dia nggak kunjung datang. Guru Chen juga mengingatkan kalau dia masih akan tetap menunggu orang tua Sang Zhi di kantornya.

Post a Comment

Previous Post Next Post