Sinopsis Drama China : When I Fly Towards You Episode 2

 


Sinopsis Drama China : When I Fly Towards You Episode 2



Aku Suka Kau yang Hanya Mengernyit dan Memanggilku Penakut





Zai Zai sebenarnya pintar tetapi sayang, pintarnya dipakai dengan cara yang salah. HAHAHA. Seperti sekarang, dia sudah mencari informasi mengenai kamp pelatihan militer mereka dari angkatan tahun lalu dan berhasil mengetahui jalan pintar menuju kamar asrama. Berkat itu, dia bisa menyembunyikan hp-nya di kamar asrama terlebih dahulu sebelum inspeksi. Baru juga merasa bangga dengan diri sendiri, petugas mendadak datang untuk inspeksi terakhir. Karena rasa solidaritas yang tinggi kepada sahabat, Jiang Jia akhirnya mengorbankan diri dengan mengakui pada petugas kalau dia menyembunyikan camilan dibawah kasur. Dan syukurlah karena petugas tidak memeriksa lebih lanjut ke bawah kasur lain, jika tidak, hp Zai Zai pasti ketahuan. Fyuhh!




Di kamar asrama pria kelas 1-1, Guan Fang lagi berusaha untuk nego agar bisa meminjam konsol game Gu Ran. Hm, satu buah snack dibayar dengan 1 jam bermain konsol. Tawaran yang langsung di tolak mentah-mentah sama Gu Ran. Sialnya, mendadak petugas militer datang untuk inspeksi dadakan. Gu Ran panik dan langsung mencoba kabur sementara Guan Fang berusaha mengalihkan perhatian petugas. Petugas tidak tertipu dengan hal itu dan mengejar Gu Ran sambil menyuruhnya untuk berhenti, yang tentu saja diabaikan oleh Gu Ran.




Beruntungnya, di simpang dia ketemu sama Lu Rang yang baru saja mau ke kamar asrama. Tidak pakai pikir lagi, dia memberikan konsolnya ke Lu Rang dan mengambil obat yang ada di tangan Lu Rang, setelah itu, dengan suara pelan, dia menyuruhnya untuk pergi. Lu Rang kelihatan bingung dan menurut saja. Petugas berhasil menangkap Gu Ran dan menyuruhnya untuk menyerahkan barang yang ada di tangan. Dasarnya memang tidak tau malu, tanpa ragu, Gu Ran menunjukkan obat flu yang ada ditangannya. Instruktur Fang ternyata sangat pintar karena dia tidak percaya pada Gu Ran dan langsung bergegas untuk mengejar Lu Rang yang tadi sempat dilihatnya.



Lu Rang yang pintar, sadar kalau dia akan terkena masalah jika sampai tertangkap, langsung mencari tempat sembunyi. Dia bersembunyi dicelah bawah tangga dan kebetulannya Zai Zai lagi sembunyi di sana. Zai Zai baru saja selesai teleponan dengan kurir yang mengantarkan pesanan buku komiknya. Dia meminta pada kurir agar meletakkan barangnya di dalam tempat hidran kebakaran yang ada di depan pintu apartemen. Jangan sampai buku itu ketahuan oleh orang tuanya.


Zai Zai tentu happy ketemu lagi sama Lu Rang dan mau mengajak bicara. Tetapi, Lu Rang memberi tanda padanya untuk diam. Mereka hampir saja ketahuan kalau tidak ada murid yang memanggil instruktur Fang untuk meminta bantuan karena ada murid yang pingsan. Padahal sudah selamat, tetapi Zai Zai masih terus memegang Lu Rang. Lu Rang langsung kelihatan grogi.




Wkwkwkw, ternyata murid pingsan yang dimaksud adalah Gu Ran. Gu Ran memang punya nyali karena dia berani menipu instruktur Fang dengan pura-pura sakit demi mendapatkan cokelat Ferrero. Eh, udah pura-pura, dia malah salah menyebut nama penyakitnya dari gula darah rendah menjadi tekanan darah rendah. Instruktur Fang adalah orang baik yang memercayai Gu Ran karena itu dia memberikan resep tradisional untuk penyakit Gu Ran yaitu tubuh yang bugar. Dan agar tubuhnya bugar dan kuat, maka besok setelah latihan, dia harus membersihkan kantor. Mampus! HAHAHAHA.



Zai Zai dan Lu Rang akhirnya punya kesempatan untuk bicara. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Zai Zai mengucapkan terimakasih karena Lu Rang sudah mengembalikan dompetnya. Ah, dia memanggil Lu Rang dengan panggilan “Ran Ran” karena mengira namanya adalah Gu Ran. Dan panggilan itu membuat mereka terdengar akrab. Lu Rang langsung sadar kalau Zai Zai sudah salah paham akan namanya setelah Zai Zai menjelaskan kalau dia terlambat bersama Zhang Lurang di hari pertama. Padahal dia tau Zai Zai salah nama, tetapi dia tidak meluruskannya dan malah mendengarkan saja saat Zai Zai menjelek-jelekkan ‘Zhang Lu Rang’ yang berbohong tentang kelas dan sepertinya anaknya bermasalah.



Setelah cerita panjang lebar, Zai Zai menawarkan diri untuk menyembunyikan konsol game-nya (dia mengira itu punya Lu Rang) di asrama wanita karena pemeriksaannya tidak begitu ketat.


“Terimakasih, Su Zai Zai,” ujar Lu Rang.



Ah, padahal baru disebut nama saja tetapi kebahagiaan Zai Zai sudah mencapai langit. Sepanjang malam, dia terus memandangi konsol game tersebut sambil tersenyum lebar.




Esok harinya,


Seperti yang sudah dikatakan kemarin, Gu Ran membersihkan kantor instruktur bersama Guan Fang yang sudah membantu kemarin. Keduanya tidak boleh pergi sampai kantor bersih. Meskipun Lu Rang datang meminta izin agar keduanya dibiarkan kembali ke lapangan karna ada kegiatan paduan suara, Instruktur Fang tetap tidak mengizinkan mereka pergi sampai selesai bebersih. Dasar sahabat, Guan Fang malah menyarankan agar Lu Rang ikut membantu biar lebih cepat selesai. Terpaksa, Lu Rang mengiyakan kalau dia bersedia membantu saat Instruktur Fang bertanya, apakah dia bersedia.



Di lapangan, latihan sudah selesai dan masih ada sisa waktu 10 menit sebelum sesi berakhir. Jadi, para guru berdiskusi untuk mengadakan kompetisi bakat antara kelas 1-1 dengan 1-9. Tentu saja, tidak ada siswa/I yang mau maju karena takut malu.



Memang malu sih, tetapi kalau ada pujaan hati kenapa tidak? Mungkin itu prinsip Zai Zai. Soalnya, ketika melihat Lu Rang dkk kembali, Zai Zai langsung mau menunjukkan bakatnya. Dia akan menyanyikan lagu berjudul ‘Secret’ yang ditujukan untuk Gu Ran dari kelas 1-1. Semua langsung bersorak heboh. Gu Ran yang baru kembali kaget karena ternyata ada cewek yang menyukainya. WKWKWK. Akhirnya, dia berdiri.




Jdeeerrr!! Langsung terdengar suara petir dan hujan mendadak turun, sama seperti suasana hati Zai Zai yang kecewa karena sudah salah orang. Pertunjukkan bakat juga tidak dilanjutkan karena hujan. Semua langsung berlari mencari tempat berteduh. Jiang Jia dan Gu Ran berteduh ditempat yang sama. Jiang Jia yang udah kesal sama Gu Ran, tambah kesal karena Gu Ran tidak sadar diri menuduhnya menyukainya. Ya sudah, Jiang Jia sedikit mendorongnya sehingga tidak ada tempat lagi untuknya berteduh. Gu Ran awalnya marah, tetapi kemudian merasa Jiang Jia sengaja karena merasa malu.



Sementara itu, Zai Zai tidak mencari tempat berteduh melainkan pergi mencari Lu Rang.



“Larilah jika hujan, bodoh,” ujar Lu Rang saat mereka bertemu sebelum beranjak pergi. Itu yang dikatakan oleh Zai Zai saat mereka pertama kali ketemu di warung.



Setelah kejadian itu, Zai Zai langsung galau. Dia merasa malu karena sudah salah nama dan dengan pede-nya memanggilnya dengan nama ‘Ran Ran.’ Jiang Jia mencoba menenangkan kalau semua ini adalah salah Gu Ran yang sudah berbohong mengenai namanya. Lebih baik mencari kesempatan untuk menjelaskan kesalahpahaman. Ah, tetapi tetap saja Zai Zai galau.



Tenang! Mereka masih bisa ketemu dengan Lu Rang karena hari ini adalah jadwal mereka untuk berjaga. Masalahnya, Zai Zai ternyata seorang penakut apalagi setelah ingat ucapan instruktur yang bilang kalau pangakalan latihan ini sudah terbengkalai bertahun-tahun. Huft, Jiang Jia sampai pusing gimana caranya menenangkan Zai Zai yang begitu menempel dan ketakutan. Hanya suara angin saja, bagi Zai Zai itu seperti suara tangisan anak kecil. Ya sudah, Jiang Jia menawarkan untuk mengambilkan senter di ruang peralatan sementara Zai Zai tetap saja ke tempat penjagaan dan menunggu di sana. Zai Zai awalnya menolak, tetapi Jiang Jia menjelaskan kalau harus ada satu orang diantara mereka yang tetap di sana biar jika instruktur memeriksa, ada yang bisa menjelaskan. Biar Zai Zai bisa lebih berani, dia menyarankan Zai Zai untuk mengosongkan semua isi pikiran anehnya dan ingat satu hal : di depan gedung nomor satu ada Zhang Lu Rang.




Di tempat penjagaan, ada satu lagi si penakut seperti Zai Zai, yaitu Gu Ran. Badannya aja yang besar, tetapi nyalinya kecil. Saat berjaga, dia terus menempel ke Lu Rang yang asyik bermain rubik. Lu Rang geser sedikit, dia langsung memegangnya dengan erat dengan alasan kalau cuaca dingin. Lu Rang mana percaya karena sekarang lagi musim panas. Dan tanpa tau malu, Gu Ran ngeles kalau hatinya yang dingin. HAHAHAHA. Dia juga menyangkal kalau dia tidak takut sama hantu. Tepat saat itu, lampu tempat penjagaan mati. Gu Ran semakin ketakutan dan ingin ikut Lu Rang pergi mengambil senter di ruang peralatan. Ya udah, Lu Rang malah menyuruh Gu Ran saja yang pergi sementara dia menunggu di sini. Meski nyalinya kecil, gengsi Gu Ran amat besar. Dia malu mengakui takut dan dengan sok berani pergi.




Setelah Gu Ran pergi, tidak lama Zai Zai tiba dari arah berlawanan. Nasehat Jiang Jia tidak sia-sia! Uhuy! Dia menyapa Lu Rang dengan ceria. Eh, Lu Rang malah menyindirnya yang tidak memanggilnya dengan “Ran Ran” lagi. Dengan tertawa canggung, Zai Zai menjawab kalau semua hanya salah paham.


“Kau hanya sendirian? Perlukah aku melindungimu?” tawari Zai Zai.


“Kau yakin?” tanya Lu Rang. Setelah itu dia malah menguji Zai Zai dengan bilang, “ Di punggungmu ada….”


Zai Zai langsung ketakutan dan tidak berani berbalik sedikitpun. Lu Rang tersenyum usil dan melanjutkan kalimatnya, “Ada sehelai daun.”


Zai Zai jelas malu dan tertawa kecil.



“Bukankah kau tadi bilang mau melindungiku?” 


“Kita saling melindungi,” ngeles Zai Zai.



Untuk melanjutkan topik pembicaraan, Zai Zai memberikan konsol yang waktu itu Lu Rang titipkan. Setelah itu, dia meminta maaf karena sudah memaki Lu Rang bodoh di warung. Lu Rang tidak mempermasalahkan itu karena dia sudah memaki Zai Zai balik. Zai Zai semakin canggung dan malah memuji makian Lu Rang yang bagus dan berani.


Padahal Zai Zai sudah berusaha keras membuka kecanggungan, tetapi Lu Rang hanya merespon “Oh.” Zai Zai jadi kesal. Dan akhirnya, suasana menjadi hening.




Sementara itu, Gu Ran sampai di ruang peralatan. Sialnya, begitu dia masuk, angin kencang bertiup dan membuat pintu langsung menutup dan kuncinya macet. Gu Ran masih mencoba tenang, tetapi hanya sebuah bola terjatuh saja, dia sudah berteriak heboh ketakutan. Suara teriakannya terdengar hingga ke lorong, dimana Jiang Jia baru saja mau pergi setelah menemukan senter. Penasaran, Jiang Jia pergi mencari sumber suara. Dan akhirnya mereka ketemu lagi.



Karena Jiang Jia tidak kunjung datang, Zai Zai jadi khawatir dan mau pergi memeriksa ke ruang peralatan. Sebenarnya Zai Zai takut pergi sendiri, tetapi karena Lu Rang juga tidak ada menawarkan diri, dengan sok berani Zai Zai melangkah pergi.



Jiang Jia terjebak harus menemani Gu Ran. Gu Ran meminta Jiang Jia membantunya dengan imbalan akan memberikan akun QQ. HAHAHHAAHA, Gu Ran masih salah paham saja mengira Jiang Jia menyukainya. Tawarannya tentu di tolak sama Jiang Jia. Meski begitu, dia tetap akan membantu Gu Ran dengan cara akan mencari orang untuk buka pintu. Dasar Gu Ran, dia takut ditinggalkan sendiri tetapi tidak berani mengakui dan malah memaksa Jiang Jia untuk tetap di sana menemaninya. Dia mengancam akan menyebarkan rumor ke orang-orang kalau Jiang Jia yang mengurungnya, jika Jiang Jia pergi sekarang. Heh, benar-benar tidak tahu malu.



Untungnya Jiang Jia adalah orang baik dan mau menemani. Untuk memastikan kalau Jiang Jia tetap ada di balik pintu, Gu Ran terus memanggil namanya. Jiang Jia sudah menunggu sebentar, tetapi tetap tidak ada tanda-tanda akan ada orang yang datang. Gu Ran juga akhirnya menyuruhnya untuk mendobrak pintu saja dengan imbalan dia akan mengabulkan permintaan Jiang Jia. Jiang Jia setuju dan untuk imbalannya, dia belum memikirkannya, jadi anggap saja Gu Ran berhutang.



Jiang Jia mengerahkan segala kekuatannya dan pintu berhasil di jebol! Suasana sedikit canggung karena Jiang Jia terjatuh ke atas tubuh Gu Ran.




Zai Zai lagi menuju gedung ruang peralatan dengan penuh ketakutan. Dia sampai berjalan kencang dan berujar pada diri sendiri untuk tidak menoleh ke belakang. Setelah beberapa meter, tiba-tiba saja ada sesuatu mengenai kakinya. Zai Zai langsung menangis histeris sambil berjongkok meminta tidak di tangkap.


“Su Zai Zai,” suara Lu Rang memanggilnya. Dia ternyata mengikuti Zai Zai karena mengkhawatirkannya.


 “Lepaskanlah aku,” tangis Zai Zai, tetap tidak menoleh ke belakang karena begitu takut.



Akhirnya, Lu Rang menghampirinya.


“Zang Lu Rang, aku bertemu hantu.”


“Aku juga bertemu. Dengan penakut,” ujarnya sambil berjongkok dan menatap Zai Zai.



Tangis Zai Zai langsung berhenti. Dan yang mengenai kakinya adalah ranting pohon. Jiang Jia dan Gu Ran baru kembali dan bertemu mereka. Tentu saja, Gu Ran melarang Jiang Jia untuk memberitahu soal yang terjadi tadi.



Mereka berempat kembali ke pos penjagaan. Zai Zai kelihatan senang. Gu Ran kelihatan malas dan mau kabur. Jiang Jia mengizinkannya untuk kabur biar dia bisa melapor ke instruktur dan Gu Ran kena hukuman tambahan. Wkwkwkw.




Tidak di sangka, Guan Fang ternyata datang mengunjungi mereka sambil membawa sekantong ubi mentah. Niatnya mau membelikan mereka ubi bakar dari penjual di depan gedung, tetapi ternyata sudah tutup dan yang tersisa hanya ubi mentah. Jadinya mereka sekarang berkerumun untuk memanggang ubi. Sambil menunggu ubi matang, mereka mulai berbincang. Zhang Lu Rang dan Gu Ran sudah berteman sejak kecil. Keluarga Lu Rang cukup ketat sehingga Gu Ran selalu harus mencari cara untuk membawa Zhang Lu Rang keluar untuk bermain, jika tidak Lu Rang hanya akan belajar.



Ah, membahas topik itu, Lu Rang terlihat sedih. Zai Zai sadar akan hal itu sehingga dia mengubah topik dengan membahas langit malam yang berbeda dari biasanya.



Eh, mendadak terdengar suara teriakan instruktur yang menangkap basah mereka. Sontak saja semuanya langsung kabur.



Setelah latihan militer tahun itu selesai, pencapaian terbesarku sepertinya yaitu menjadi tidak terlalu takut lagi pada hantu. Mungkin karena ada pria arogan yang tidak pandai berkata-kata yang terang-terangan masuk ke dalam hatiku dan tidak mau pergi.


Seperti inilah masalah di dunia. Ada lautan di sisi lain gunung. Ada cahaya di penghujung malam. 


Untuk hal yang tidak terlalu lucu, bila diubah, mungkin bisa dikenang dengan cara lain yang tidak terlupakan.



Orang dewasa selalu berkata, masa muda selalu penuh dengan banyak variabel. Namun, bagi kita yang di usia 16 tahun, justru karena tidak tahu apakah ini variabel yang akan membawakan kejutan atau hal mengagetkan, kita baru bisa menantikan hari-hari ke depannya dengan perasaan yang berbeda.



Epilog,


Zai Zai diam-diam membuat rekaman tugas jaga malam terakhirnya bersama Zhang Lu Rang.



Aku bukan penakut. Setidaknya di depanmu, keberanianku bisa menjadi nomor satu.

Post a Comment

Previous Post Next Post