SEE YOU IN MY 19th LIFE EPISODE 10
Sesaat setelah mereka sampai di jembatan, Seo Ha memberikan Ji Eum hadiah yang sudah dia siapkan. Sebuah kalung. Dia menyatakan cinta pada Ji Eum.
“Tidak mau,” tolak Ji Eum. “Kau menolakku dua kali. Aku juga mau menolakmu dua kali. Namun, kau boleh menyatakannya beberapa kali sekaligus.”
Sangat kekanakkan hingga membuat Seo Ha tidak bisa menutupi senyumnya. Mengikuti keinginan Ji Eum, Seo Ha langsung menyatakan cinta kembali sebanyak 2 kali dan di pernyataan ke-3, Ji Eum baru menerima cinta Seo Ha. Seo Ha langsung memasangkan kalungnya ke leher Ji Eum. Keduanya tampak bahagia. Setelah memberikan kalung, Seo Ha memberikan hadiah lain, yaitu satu set anting. Ji Eum langsung mengganti anting yang sedang dipakainya dengan pemberian Seo Ha.
Tapi, apakah kebahagiaan itu akan berlangsung lama? Karena Min Ki pergi ke kamar Ji Eum yang sedang kosong. Do Yun terus melihat foto jembatan. Cho Won hampir celaka terkena pecahan hiasan kaca.
Saat tengah berjalan di atas jembatan, Ji Eum mendapatkan sedikit ingatan. Rasanya begitu nyata. Dia berlari menusuk seseorang dan sebuah anak panah melesat di belakangnya, menusuk punggungnya. Dan orang yang berdiri di depannya, yang menangkap tubuhnya, orang tersebut mempunyai wajah seperti Seo Ha.
Seo Ha terkejut melihat Ji Eum yang tiba-tiba saja hampir tumbang, jika dia tidak menangkapnya. Ji Eum juga mendadak menjadi kesulitan bernafas.
Min Ki mempunyai ingatan tentang kehidupan pertama Ji Eum. Dan kita sebagai penonton, hanya diperlihatkan seklias seolah misteri itu masih belum ingin di ungkapkan. Di kehidupan pertama Ji Eum, ada adegan saat Ji Eum berlari dengan seorang wanita sambil di kejar gerombolan pria. Kemudian, saat di jembatan, Ji Eum hendak menusuk seseorang tetapi malah terkena parah. Sorot mata Ji Eum penuh kemarahan dan di sana juga ada Min Ki.
SEGALANYA MEMILIKI AWAL DAN AKHIR
Ji Eum sudah pulih seperti sedia kala. Tetapi, Seo Ha tetap khawatir dan ingin membawanya untuk pemeriksaan menyeluruh ke rumah sakit. Ji Eum tidak mau dan beralasan kalau dia hanya tersedak ludah saja. Dia baik-baik saja. Agar Seo Ha tidak memaksa ke rumah sakit, Ji Eum mengajaknya untuk segera pergi ke penginapan mereka.
Setelah sampai di penginapan, Seo Ha terlihat sangat grogi karna mereka akan menginap di rumah yang sama selama 2 hari 1 malam. Ji Eum menyadari itu dan dia yang mencoba untuk membuat suasana agar tidak terlalu canggung.
Selesai mandi dan makan, mereka berbincang di ruang tamu. Berita mengenai penyerahan diri tn. Lee masih terus menjadi trending topic. Tetapi, bukan itu yang mengusik Ji Eum, melainkan isi komentar artikel yang semuanya memuji wajah tampan Seo Ha. Ah, ini caranya untuk menghibur Seo Ha.
Ji Eum juga jujur kalau dia sudah tau bahwa ayahnya di kehidupan ini adalah orang yang sudah membunuh dirinya, Yoon Ju Won. Dan demi dirinya, Seo Ha mencoba menutupi. Seo Ha jujur kalau dia hanya tidak ingin Ji Eum semakin terluka karena keluarganya.
Do Yun lagi galau berat. Dia sudah menolak Cho Won, tetapi malah terus memikirkannya. Dia sudah menyukai Cho Won sejak masih SMA. Saat mereka makan bersama, Cho Won terlihat sangat mandiri dan tanpa sadar itu jadi menarik perhatiannya. Sikapnya juga sangat ceria.
Saat tidur, Ji Eum kembali memimpikan kehidupan pertamanya. Kali ini, di dalam mimpinya, dia mendengar seseorang menyebut : “Dia adalah master Han Ya dari kuil.” Kemudian, dia juga memimpikan saat dia menusuk seseorang di atas jembatan. Mimpi itu membuat Ji Eum terjaga. Dia masih tidak tau apapun tentang kehidupan pertamanya. Hanya saja, dia ingat bahwa namanya di kehidupan itu adalah Su.
Karena sudah terjaga, Ji Eum pergi ke kamar Seo Ha untuk memandangi wajahnya. Seo Ha ternyata belum tidur dan malah menyergap Ji Eum. Mereka saling menatap dan akhirnya tertidur bersama. Tidak berapa lama, Seo Ha mendadak bangun dan pergi keluar untuk membaca sebuah pesan. Tampaknya, masih ada sesuatu yang harus dia urus.
Seperti biasa, Do Yun memasak sarapan untuk Do Jin. Dari luar dia tampak baik-baik saja, tetapi sebenarnya tidak. Dia tidak fokus memasak dan malah memasukkan banyak garam.
Sementara itu, Ji Eum mengajak Seo Ha untuk berkencan mengunjungi bangunan bersejarah dan istana. Dia memberikan tour gratis, ah, menceritakan pengalaman hidupnya. Saat tau kalau Ji Eum pernah tinggal di istana, Seo Ha langsung kaget dan mengira Ji Eum pernah menjadi raja. Ji Eum tersenyum karena yang tinggal di istana bukan hanya Raja.
Dari tempat bersejarah, Ji Eum membawa Seo Ha menyeberangi jembatan gantung. Setelah itu, melihat pemandangan dari atas. Ji Eum mengungkapkan rasa bahagianya akan kehidupan ini yang seperti hadiah atas kehidupan lampaunya yang melelahkan.
Dalam perjalanan pulang, Seo Ha mendapat telepon dari Ji Seok. Tetapi, Seo Ha tidak mau mengangkatnya karena dia tidak menyukai Ji Seok yang selalu merendahkan Do Yun. Gegara itu, dia dan Ji Seok kerap bertengkar. Orang-orang selalu saja membicarakan seolah Do Yun bergantung padanya, padahal sebaliknya, dialah yang bergantung pada Do Yun.
Baru saja Ji Eum menghibur Seo Ha mengenai hubungan yang langgeng adalah keinginan dari kedua belah pihak, dia langsung mendapat telepon dari Ae Gyeong. Yang menelepon bukan Ae Gyeong, melainkan Min Ki yang menggunakan hp Ae Gyeong. Dia tidak ingin menutupi penyakit Ae Gyeong lagi dan jujur kalau Ae Gyeong sedang ada di rumah sakit. Ji Eum langsung bergegas ke sana.
Ji Seok juga menelpon Cho Won untuk mengingatkannya akan pertemuan hari ini. Setelah menelpon Cho Won, Ji Seok menelepon Do Yun untuk menanyakan soal Seo Ha. Do Yun sebenarnya tidak mau mengangkat, tetapi dia adalah sekretaris Seo Ha dan Ji Seok adalah salah satu kolega Seo Ha, sehingga mau tidak mau, dia harus mengangkat telepon.
Ji Eum sudah tiba di rumah sakit dan sangat khawatir karena wajah Ae Gyeong amat pucat. Dia juga marah karena Min Ki sudah tau dari lama tetapi malah menutupinya darinya.
Cho Won sudah tiba di tempat acara. Baru sampai, dia sudah digoda sama teman-temannya kalau dia bisa menjadi pacar Ji Seok. Dan itu langsung di tolak mentah-mentah sama Cho Won. Tidak lama, Do Yun tiba. Baru saja tiba, Ji Seok langsung meremehkannya di hadapan semua orang. Dia membahas mengenai status Do Youn yang adalah sekretaris dan tidak layak datang. Ji Seok berujar kalau dia hanya mau mengetest ketulusan Do Yun soalnya ini undangan pernikahan yang penting, tetapi yang diharapkan datang tetaplah Seo Ha. Cho Won jelas marah tetapi dia hanya bisa berteriak memanggil Ji Seok agar berhenti. Do Yun menahan diri sebisa mungkin, mengambil undangan dan pamit pergi.
Do Yun sudah pergi, tetapi Ji Seok masih terus membahasnya. Dia menyebut Cho Won yang terlalu polos hingga diincar oleh Do Yun. Cho Won sudah menyuruhnya berhenti, tetapi Ji Seok terus menyebut Do Yun sebagai mata duitan.
“Kakak tau apa soal dia? Memang kakak tau apa? Kakak bilang dia mata duitan? Melihat dia mendekatiku dan kak Seo Ha, tetapi tidak mendekati kakak, artinya Kakak tidak ada apa-apanya!”
“Hei, kenapa kau bicara begitu…”
“Kakak pikir dirimu hebat? Kenapa Kakak arogan hanya karena beruntung dan punya orang tua kaya? Kenapa merendahkan orang lain? Ini membuatku kesal!!” teriak Cho Won frustasi.
Ji Seok masih tidak sadar diri dan membela diri kalau dia hanya mengkhawatirkan Cho Won. Cho Won sudah muak dan pamit untuk pergi. Cho Won benar-benar marah pada dirinya sendiri dan lingkungannya. Dia baru benar-benar memahami kesulitan yang dialami Do Yun jika berada di sisinya. Dan waktu itu, dia malah dengan yakin bilang bisa mengatasinya padahal dia saja tidak bicara apapun barusan.
--
Ji Eum menjaga Ae Gyeong sepanjang malam. Dia mengingat saat dulu hidup sebagai paman Ae Gyeong dan Ae Gyeong selalu berada di sisinya. Menemani, mendukung dan menghiburnya. Baginya, Ae Gyeong adalah keponakannya yang paling berharga.
Dia mulai menyanyikan lagu yang sering dia nyayikan dulu untuk Ae Gyeong. Lagu itu membuat Ae Gyeong terbangun. Meskipun sudah ketahuan, Ae Gyeong tetap saja bilang kalau dia baik-baik saja. Dia malah lebih mengkhawatirkan Ji Eum yang sudah menjalani banyak kehidupan dan melihat banyak perpisahan. Dia merasa menyesal karena Ji Eum harus melihatnya seperti ini. Ucapan-ucapannya ini membuat Ji Eum merasa sedih. Dia tidak ingin Ae Gyeong meninggalkannya.
--
Min Ki mengajak Han Na bertemu lagi. Dia memberitahu kalau Ae Gyeong masuk rumah sakit. Han Na mendesak Min Ki untuk mulai menjelaskannya pada Ji Eum. Min Ki juga memang sudah berencana demikian. Semuanya harus diselesaikan oleh Ji Eum.
“Kau pergi saja jalani hidupmu. Mulai sekarang, jangan ingat kehidupan lampaumu,” ujar Min Ki. “Hidup yang kau inginkan ada di depanmu. Jangan lihat ke belakang lagi. Jangan cemas.”
Han Na mengembalikan sebuah tag nama yang dipakai oleh orang zaman dahulu. Tag nama itu adalah perantara untuk menyambungkan ingatan pertamanya. Dia sudah melihat ingatan pertamanya dan kini apalagi yang harus dia lakukan?
“Akan ku beri tahu caranya. Dan… bagaimana kelanjutannya,” ujar Min Ki.
“Ada kelanjutannya juga?”
“Ada.”
--
Seo Ha pulang ke rumah setelah menemani Ji Eum di rumah sakit. Baru juga tiba, dia sudah mendapat hadiah kotak di depan rumahnya (sepertinya dari Han Na).
Kotak itu dibawa Seo Ha ke kantornya besok pagi. Do Yun yang melihat kedatangannya, menemuinya untuk mengantarkan undangan yang kemarin di ambil. Seo Ha seperti bisa menebak apa yang terjadi saat pengambilan undangan itu, berpesan pada Do Yun untuk tidak ke sana lagi lain kali meskipun dipanggil. Dia yang akan pergi.
Setelah bicara dengan Do Yun, Seo Ha pergi ke ruangan Yeon Ok dengan kotak hadiah yang didapatkannya. Isi kotak itu adalah bukti korupsi dan penggelapan dana yang dilakukan Yeon Ok dari dulu, sebelum menjabat menjadi direktur menggantikan Sang A. Tidak hanya itu, Seo Ha pun sudah mengetahui rekening penggelapan dana Yeon Ok. Semuanya tertulis di dalam buku catatan Ibunya. Ibunya sudah tau dari awal bahwa Yeon Ok akan menghancurkan hotel ini.
Yeon Ok masih belum sadar dan ingin mempertankan posisinya dengan terus mengulang bahwa dia mencapai posisi ini dengan menaiki tangga satu per satu. Seo Ha meluruskan pernyataannya bahwa dia mencapai posisinya dengan menginjak kelemahan orang yang sakit. Dia adalah pengecut yang mencuri dari orang sakit, memanfaatkan pamannya, dan mengancam ayahnya demi mewujudkan keinginannya. Mengenai korupsi ini, mereka akan menyelsaikannya secara hukum.
Yeon Ok sudah berhasil dijatuhkan, tetapi Seo Ha tidak tau siapa yang memberikan kotak itu karena Do Yun bilang bukan dia.
tn. Mun juga sudah tidak memiliki ketakutan lagi dengan Yeon Ok sehingga dia tidak ragu untuk mengusirnya dari hotel apalagi tindak kejahatannya juga sudah terungkap. Dia di pecat.
Han Na sudah menyelesaikan masalahnya di kehidupan lampau. Dia ingin melihat Seo Ha terakhir kali. Dan kali ini, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Seo Ha. Seo Ha jelas terkejut saat ada wanita asing yang tiba-tiba saja memeluknya.
“Hiduplah dengan baik, Seo Ha,” ujar Han Na.
“Kau siapa?”
Han Na tidak menjelaskan dan hanya memberikan hadiah gantungan kunci berbentuk kura-kura pada Seo Ha. Masih dalam rasa bingung, Seo Ha menerima hadiah itu. Dan begitu Seo Ha mengambilnya, Han Na langsung pergi. Gantungan itu membuat Seo Ha menjadi teringat akan Ibunya.
--
Ji Eum masih di rumah sakit dan menjaga Ae Gyeong. Setelah selesai, dia mampir pulang sebentar. Ada yang ingin dia sampaikan pada Min Ki Karena Ae Gyeong sakit, kedai akan di tutup sementara atau mungkin selamnya, jadi lebih baik Min Ki mencari tempat tinggal lain. Min Ki tidak masalah karena dia memang tidak berniat tinggal lama.
Padahal Ji Eum sangat mengkhawatirkan Ae Gyeong, tetapi Min Ki malah bicara seolah Ae Gyeong sudah pasti mati. Ji Eum sangat emosi dan hampir melemparkan kursi padanya.
“Aku sudah menyaksikan yang terjadi jika kita berhubungan lagi dengan kenalan kita di kehidupan lampau. Aku juga sering mengalaminya.”
“Jelaskan dengan benar.”
“Jika kau orang biasa, kau tidak akan menemui Bibi Kim saat masih kecil. Dia tidak akan tau kau pamannya di kehidupan lampau dan itulah yang seharusnya. Hal buruk terjadi jika kau menemui kenalanmu, lalu mencoba melanjutkan hubungan kalian. Hal buruk itu biasanya terjadi bukan kepada kita yang ingat masa lalu tetapi kepada kenalan kita.”
“Jadi maksudmu… Ae Gyeong sakit karena aku menemuinya lagi? Apa begitu?”
“Alangkah baiknya jika kalian saling bermusuhan. Setidaknya kau bisa balaskan dendammu sekarang. Namun, berbeda jika kalian berhubungan baik. Kau harus melepaskan hubungan-hubungan itu.”
“Kau mau aku percaya omong kosongmu?”
“Aku tak peduli kau percaya atau tidak! Aku sudah mengalaminya!!” teriak Min Ki. “Ini sudah terjadi tetapi kau masih tak paham? Jika tetap keras kepala, kemungkinan terburuknya bu Kim bisa mati!”
Ji Eum masih tidak mempercayai. Dia sudah menjalani 19 kali kehidupan dan apa Min Kin pikir dia belum pernah menjalani hubungan dengan kehidupan terdahulu? Min Ki langsung mengingatkan kalau Ji Eum pasti tidak pernah menjalin hubungan selama ini, seperti keluarga. Dan memang benar karena Ji Eum selalu di tolak di kehidupan lampaunya. Masalahnya, ini bukan hanya melibatkan Ae Gyeong, tetapi juga orang-orang dari kehidupan lampaunya.
“Aku mau hidupmu tenang. Aku mau membantumu. Kau masih punya kesempatan. Kau masih punya kesempatan untuk tak mengingat kehidupan lampaumu. Jawabannya ada di kehidupan pertamamu. Kau harus mengingat semuanya kembali. Semua masalah akan berakhir jika kau bisa melupakan.”
Ji Eum akhirnya mau memegang kembali tongkat kerincing yang diletakkan Min Ki di kamarnya. Kali ini, dia tidak langsung melepaskannya, melainkan berusaha melihat semuanya hingga menjadi jelas.
Sementara itu, Do Yun lagi di tempat abu ayahnya, menemukan sebuah lonceng keramik. Dia menyembunyikan lonceng tersebut.
Di kehidupan pertama Ji Eum, di sana juga ada sosok Do Yun. Tidak hanya Do Yun, tetapi juga Cho Won. Orang-orang di kehidupannya kali ini, juga ada di kehidupan pertamanya.
Ketika Ji Eum masih mengingat kehidupan pertamanya, Seo Ha datang berkunjung. Yang menyambut adalah Min Ki. Karena Min Ki bersikap aneh, Seo Ha menjadi bingung, apa mereka pernah bertemu sebelumnya? Min Ki tidak menjawab karena Seo Ha juga tidak akan ingat. Dia hanya memberitahu kalau Ji Eum ada di kamarnya.
Ji Eum di kehidupan pertama, bernama Su. Su mengambil tongkat lonceng yang diletak di atas kain merah dan kemudian kabur saat gelap gulita. Hari sudah pagi . Su menarik Seol (Cho Won) untuk lari sementara dibelakang beberapa orang mengejarnya.
Saat itu, pedang ditebas mengenai tubuh Seol. Seol sekarat dan membuat Su histeris. Yang menebas Seol adalah sosok pria yang mirip seperti Seo Ha.
“Ada orang yang sekarat di depan matamu! Apa pentingnya awan, peringatan kematian, atau apapun itu?” marah Su. “Langit. Langit juga baru bisa disebut langit jika ada manusia.”
Namun, pedang tetap ditebaskan ke leher Seol.
Ji Eum tersadar dengan ingatan Su. Rasa duka yang dirasakannya dulu begitu nyata terasa. Dia menangis penuh rasa sakit karena kematian Seol.
“Aku akan membunuhmu,” ujar Ji Eum berulang kaili, sama seperti yang dikatakan Su.
Seo Ha kebingungan dan berusaha menyadarkannya. Tetapi, Ji Eum malah mencekiknya dengan kuat.