Saat Su Su Bertemu dengan Su Su
Hari ini adalah hari pengumuman hasil ujian. Zai Zai langsung buru-buru pergi ke papan pengumuman untuk memeriksa peringkat Lu Rang. Lu Rang ada di peringkat ke 20 dari seluruh siswa sekolah. Peringkatnya cukup tinggi dan semua juga gara-gara nilai bahasa Inggrisnya yang membaik. Zai Zai sangat bangga padanya dan langsung memberi pujian pada Lu Rang. Reaksi Lu Rang datar karena dia sudah tau sebelumnya. Malah, Lu Rang terlebih dahulu memeriksa peringkat Zai Zai. Zai Zai ada di peringkat 42. Nilai matematika-nya juga meningkat pesat. Zai Zai jelas senang dan meminta Lu Rang untuk menunggunya sepulang sekolah karena dia ingin memberikan hadiah.
Ah, Lu Rang benar-benar so sweet.Padahal bus baru saja tiba dan berhenti tepat di depannya, tetapi dia bohong ke Zai Zai kalau busnya belum datang. Ahhh, dia sengaja mau menunggu Zai Zai. Zai Zai tidak tahu itu dan mengira kalau busnya terlambat datang. Dia merasa dirinya sangat beruntung.
Hadiah yang diberikan Zai Zai adalah sebuah boneka kelinci. Dengan malu, dia memberitahu kalau bonekanya punya fungsi lain, jadi coba cari tau saat pulang. Lu Rang langsung bisa menebak kalau fungsi lain boneka itu adalah bisa berbicara. Zai Zai panik dan berpura-pura tidak tahu dan mengalihkan topik dengan membahas bus yang belum datang juga.
Setelah sampai di rumah dan mandi, Lu Rang bergegas memeriksa boneka kelinci pemberian Za Zai. Saat bagian perut boneka di tekan, terdengar suara rekaman Zai Zai : Selamat kepada Rang Rang mendapat nilai yang bagus. Semoga bisa terus melanjutkan les dan gigih belajar. Bu Su Zai Zai serius bertanggung jawab, positif dan imut. Memang pilihan terbaik untuk terus bekerja sama.
Padahal itu hanya kalimat singkat tetapi sangat menyenangkan hati Lu Rang hingga dia mendengarnya berulang kali.
Ujian sudah usai dan mereka akan memasuki Festival Olahraga Musim Gugur. Guru Lin mengingatkan ke murid-muridnya agar setidaknya di setiap cabang olahraga yang di pertandingkan, kelas mereka mengirimkan dua orang sebagai perwakilan. Dan yang bertugas untuk mencatat pendaftaran adalah ketua kelas, Wang Nan.
Begitu pelajaran selesai, Wang Nan lanjut membujuk teman-teman dekatnya untuk membantu agar bersedia mendaftar ke cabang olahraga yang tidak begitu diminati. Soalnya, kalau tidak, maka dia yang harus mendaftar. Jiang Jia dan Zai Zai yang kasihan padanya, memutuskan untuk mendaftar ke cabang olahraga 1000 meter. Sudah dibantu, Wang Nan malah meminta agar mereka mendaftar 1 cabang lagi. Jelas saja, itu langsung di tolak. Wang Nan membela diri kalau dia sudah cukup baik karena memberikan mereka kesempatan memilih, sementara di kelas lain, tidak ada.
Kelas yang dimaksud adalah kelas 1-1. Guru Zhang tidak membiarkan murid-murid kelasnya memilih sendiri cabang olahraga yang ingin mereka ikuti. Cabang olahraga yang harus mereka ikuti, ditentukan dengan undian dan semua harus mengambil undian tersebut. Hal ini dilakukan agar semua muridnya berpartisipasi dan mengisi semua cabang olahraga, tidak hanya ke cabang olahraga yang populer saja. Lu Rang mendapatkan lari 100 meter. Sementara, Gu Ran mendapatkan tolak peluru. Gu Ran tidak menyukai cabang tersebut dan mengajukan protes agar diizinkan memilih sendiri. Menurutnya, dia lebih cocok untuk cabang olahraga lari karena kakinya panjang. Guru Zhang tetap tidak mengizinkan untuk memilih sendiri, tetapi boleh untuk bertukar dengan teman yang lain. Guan Fang langsung mengajukan diri untuk bertukar karena dia mendapat cabang olahraga lari : lari 2000 meter. HAAHAHHAA. Gu Ran langsung batal bertukar dan menarik kembali semua ucapannya.
Di malam hari, Zai Zai mengirim pesan ke Lu Rang untuk menanyakan cabang olahraga yang diikutinya. Saat tau Lu Rang ikut lari 100 meter, Zai Zai menyombongkan diri kalau dia lebih unggul dari Lu Rang karena ikut lari 1000 meter. Zai Zai sangat yakin dengan kemampuan larinya karena dia sudah pengalaman dikejar Ibunya dengan sandal saat masih kecIl dan tidak pernah terkejar. Lu Rang khawatir dan menasehatinya untuk tidak terlalu memaksakan diri. Cieee, perhatian!
Hari ini adalah hari minggu. Baru bangun, Ayahnya malah memintanya untuk pergi keluar membeli sarapan untuk Ibu. Meski malas, Zai Zai tetap pergi menjalankan tugas. Dia pergi dengan sepeda dan tidak sengaja melihat Lu Rang sedang bersantai di taman dengan anjing peliharannya. Zai Zai sangat senang karena di hari minggu pun bisa melihat Lu Rang sehingga dia mau menghampirinya. Tetapi, mendadak anjing Lu Rang berlari ke arahnya hingga membuat Zai Zai ketakutan dan terjatuh dari sepeda. Lututnya lecet dan pergelangan kakinya terkilir. Lu Rang langsung mengantarkannya ke rumah sakit dengan sepedanya sementara anjingnya dititipkan di pos satpam.
Sepanjang jalan, Zai Zai seperti biasa, ceriwis menanyakan soal anjing Lu Rang. Nama anjing itu adalah Su Su. Zai Zai dengan ceria memberitahu kalau nama panggilannya adalah Su Su. Ah, dia juga jadi ingin memelihara anjing dan diberi nama Rang Rang, jadi mereka impas.
Setelah sampai di rumah sakit, Zai Zai memegang lengan tangan Lu Rang dengan erat saat sedang diobati. Dokter sudah selesai memperban luka Zai Zai dan memintanya menunggu sebentar hingga hasil CT Scan keluar untuk mengetahui apakah ada cedera tulang atau tidak. Dan karena kaki Zai Zai terkilir, dokter memperingatinya untuk hati-hati dalam berjalan. Lu Rang malah mengartikannya secara berlebihan dan menawarkan punggungnya untuk menggendong Zai Zai. UWU. Zai Zai yang malu menolak karena dia masih bisa berjalan sedikit-sedikit.
Sambil menunggu hasil CT keluar, Lu Rang menanyakan tujuan Zai Zai keluar pagi-pagi. Saat tau Zai Zai mau beli sarapan nasi gulung udang di toko Xu, Lu Rang langsung mau pergi membelikannya. Zai Zai tentu melarang dan meminta Lu Rang untuk terus menemaninya. Kebetulan sekali, mereka malah bertemu dengan ayah Gu Ran yang bekerja sebagai dokter di sana. Sama seperti Gu Ran, Gu Yang Feng juga sangat ramah. Dia agak heran karena anaknya, Gu Ran, sangat lincah tetapi punya teman yang pendiam seperti Lu Rang. Tidak disangka, ada juga gadis kecil yang lembut dan pendiam.
Baru saja mengira teman anaknya adalah anak-anak pendiam, mendadak muncul Jiang Jia yang heboh. Dia langsung datang saat mendengar Zai Zai terjatuh. Baru juga ketemu, Yang Feng udah langsung menilai kalau Jiang Jia sangat mirip seperti Gu Ran. Pas sekali, hasil CT sudah keluar, jadi Zai Zai dengan ditemani Lu Rang, pergi untuk mendengarkan hasilnya.
Tinggallah Jiang Jia dan Yang Feng berdua. Zai Zai mengkhawatirkan Zai Zai yang paling takut kalau ditinggalkan bersama orang tua, karena tidak tau harus membahas apa. Oohh, tidak perlu khawatir karena Jiang Jia sangat nyambung dengan ayah Gu Ran. Malahan, saking nyambungnya, Jiang Jia sampai mau curhat dan konsul soal rambutnya yang sering rontok.
Dan kebetulannya, Gu Ran hari ini datang untuk mengunjungi ayahnya. Dia tidak sengaja mendengar ayahnya lagi menyemangati Jiang Jia untuk tidak sedih karena dia masih memilliki harapan. Kejadian ini memang jarang terjadi di usia seperti Jiang Jia, 17 tahun. Jiang Jia sedih dan meminta Yang Feng untuk merahasiakan hal ini. HAHAHAHA. Dan karena pembicaraan yang tidak di dengar dari awal, Gu Ran salah paham mengira Jiang Jia mengidap penyakit keras dan ayahnya adalah dokter yang menangani. HAHAHAHA. Gu Ran langsung dilipuiti rasa bersalah dan mengakui semua dosanya ke Jiang Jia, soal dia yang sering mencuri makan camilannya, dia yang memecahkan botol minum barunya dan dia juga yang melemparkan bola basket padanya.
Yang Feng bingung dengan anaknya yang tiba-tiba saja bertingkah seperti pemeran dalam drama remaja. Untunglah, tidak lama Zai Zai dan Lu Rang kembali. Gu Ran bingun tetapi Yang Feng dan Jiang Jia hanya bilang kalau dia sudah salah paham. Jiang Jia juga berulang kali meminta pada ayah Gu Ran untuk merahasiakan masalah tadi. Gu Ran masih khawatir, tetapi asalkan Jiang Jia sehat, dia tidak akan mencoba mencari tau penyakitnya, kok. WKWKWKWK. Tapi Jiang Jia jadi insecure,takut kalau rambutnya terlalu banyak rontok dan kentara ada kebotakan.
Lu Rang mengantarkan Zai Zai hingga ke rumah. Tidak hanya mengantarkan, tetapi Lu Rang yang sudah pergi, ternyata kembali lagi untuk mengantarkannya sarapan. Ahhh, bagaimana mungkin Zai Zai tidak semakin menyukainya. Sebagai tanda terimakasih, Zai Zai memberikannya jeli kesukannya. Dia selalu memakan jeli itu setiap suana hatinya sedang tidak baik.
“Aku bertanya kenapa kau tidak senang?”
“Rang Rang. Aku tidak pernah berpikir kalau kau begitu memedulikanku.”
Rang Rang malu dan mengalihkan topik dengan menanyakan jam berapa dia berangkat sekolah. Dia akan mengantar pergi dan pulang Zai Zai hingga kaki Zai Zai sembuh. Dia beralasan kalau ini bentuk tanggung jawabnya karena Zai Zai terluka gara-gara Su Su. (Gemesss!!!)
Seperti yang sudah dijanjikan, mulai hari ini, Lu Rang mengantar jemput Zai Zai ke sekolah dengan sepeda. Dia sampai membawakan tasnya dan membawakannya hingga ke dalam kelas. Tidak hanya itu, Lu Rang juga menitip pesan pada Jiang Jia agar membantu menjaga Zai Zai. Arghhh!!! Keromantisan simple yang membuat teman-temannya iri. Eh, tapi ada satu orang yang sedih, Wang Nan. Soalnya, Zai Zai jadi tidak bisa ikut mewakili kelas mereka bertanding lari 1000 meter. Zai Zai menghibur kalau dia akan bertanggung jawab atas dokumentasi.
Meski kelihatannya seperti Zai Zai memanfaatkan Lu Rang, tetapi nyatanya, tidak. Karena Lu Rang juga terlihat senang mempunyai alasan untuk terus bertemu Zai Zai.
Hari demi hari berlalu dan kaki Zai Zai sudah sembuh. Namun, di depan Lu Rang, Zai Zai masih terus berakting. Kebetulan hari ini, ayah Zai Zai melewati sekolah Zai Zai karena jalan utama sedang dalam perbaikan. Di jalan dia melihat ada siswa pria yang sedang membonceng siswa wanita, namun tidak kelihatan wajahnya.
Dan begitu sampai di rumah dan Zai Zai sudah pulang, di saat makan, Ayah mulai membahas soal apa yang dilihatnya. Ibu langsung menasehatinya untuk tidak meniru siswa siswi yang dilihat ayah tadi karena dia masih muda. Jangan sampai tertipu ucapan manis pria. Zai Zai panik dan membela siswa siswi itu. HAHAHAHA (karena dia kan juga dibonceng, meskipun dia tidak tau yang dilihat ayahnya memang dia). Tingkahnya benar-benar mencurigakan dan hampir membongkar rahasia sendiri. Takut semakin salah bicara, Zai Zai langsung menyudahi makannya dan bergegas ke kamar.
Festival olahraga yang di tunggu akhirnya tiba. Zai Zai tidak ikut serta karena kakinya masih belum sembuh total. Jiang Jia juga batal ikut karena tidak begitu sehat. Jadi, mereka memutuskan berkeliling untuk melihat-lihat dan mendukung kelas. Ada sedikit rasa syukur di hati mereka karena tidak jadi ikut karena ada aja kejadian memalukan di setiap cabang olahraga.
Yang ikut lomba bukan hanya para siswa, tetapi juga para guru pria. Semua siswa/I baru sudah semangat mau mendukung guru mereka, eh, ternyata pertandingannya tidak seru. Kenapa? Karena semua guru sengaja mengalah dengan berpura-pura jatuh, habis stamina dsb, hanya agar Kepsek Chang yang menang. HAHAHHA. Kepsek Chang yang tidak sadar kalau kemenangannya diberikan, menasehati guru-guru yang tidak berstamina karena kurang olahraga. Dia juga menyombongkan diri sebagai pemenang lomba lari tahun lalu.
Lanjut ke pertandingan tarik tambang pria. Bersama dengan teman-teman sekelasnya yang lain, Zai Zai berteriak keras meneriakkan nama Wang Nan sebagai bentuk dukungan. Tetapi, teriakannya langsung berhenti saat melihat Lu Rang di seberang lapangan. Dia langsung menghampiri Lu Rang dan menyemangatinya untuk lomba lari 100 meter sebentar lagi. Dia akan berteriak keras mendukungnya. Tapi, takutnya suaranya terendam suara orang lain yang berteriak juga.
“Bukankah kau berteriak keras saat bersorak di tarik tambang tadi?”
“Dia ketua kelas kami. Namanya, Wang Nan. Kami biasa memanggilnya Dewa Nan. ‘Nan’ dari kata ‘Nangua’ (Labu).”
“Oh.”
“Apa kau cemburu?”
“Tidak.:”
Zai Zai tidak percaya dan terus menggodanya. Dia tau kalau Lu Rang cemburu.
Epilog
Zai Zai baru saja di antar pulang sama Lu Rang. Sambil berjalan menuju rumah, dia membuat rekaman untuk curhat tentang rasa bersalahnya karena berbohong pada Lu Rang soal kakinya. Dia takut kalau udah sembuh, dia tidak akan dibonceng oleh Lu Rang, lagi.
“Su Zai Zai,” panggil Lu Rang, menangkap basahnya yang sudah bisa berjalan normal lagi.
“Aku salah,” akui Zai Zai.
Wajah menyesalnya berubah menjadi tersenyum lebar saat melihat ekpresi Lu Rang yang hanya tersenyum. Lu Rang tidak marah padanya.