Sinopsis Drama Korea : Arthdal Chronicles - The Sword of Aramoon (Season 2) Episode 1 - 1

 

Sinopsis Drama Korea : Arthdal Chronicles - The Sword of Aramoon (Season 2) Episode 1 - 1

Arthdal Chronicles Season 1 bisa di baca disini (Klik disini)

Cookie-cookie dan rekapan ramalan Arthdal Chronicles Season 1 bisa di baca disini (Klik disini)

IGUTU :  Darah campuran antara Neanthal dan Saram. Darah mereka berwarna ungu dan dianggap makhluk terkutuk di Arthdal.

Di Arthdal, ada ramalan tersembunyi dari masa lalu. Ramalan itu berisikan bahwa tiga anak yang mewakili pedang, lonceng dan cermin akan lahir bersamaan dan mengakhiri dunia ini. Anak-anak dalam ramalah itu adalah Eunseom (mewakili pedang), Tanya (mewakili lonceng) dan Saya (mewakili cermin).

Eunseom dan Saya adalah saudara kembar dan mereka adalah Kaum Igutu. Ibu mereka Asa Hon, bertarung melawan Tagon yang ingin melenyapkan Neanthal, melindungi mereka. Dia jatuh cinta dengan salah satunya dan melahirkan Igutu kembar. Namun, pada akhirnya, dia kehilangan suaminya, Ragaz, karena Tagon. Bahkan Saya, salah satu anak kembar itu, dibawa pergi oleh Tagon.

Asa Hon kabur bersama Eunseom. Dan Eunseom bertemu anak ramalan lain, Tanya, gadis dari Suku Wahan.

Saya, yang dibawa pergi Tagon, tumbuh di peradaban bernama Arthdal. Eunseom dan Tanya tidak tahu apa arti ramalan mengenai mereka, tumbuh sebagai anggota Suku Wahan di alam.

Lalu suatu hari, Arthdal menyerbu Suku Wahan. Banyak warga Suku Wahan dibantai. Lebih banyak lagi dibawa ke Arthdal sebagai budak. Tanya menjadi budak Arthdal dan Eunseom susah payah melarikan diri. Dia berjanji kembali untuk menyelamatkan Tanya dan Suku Wahan.

Waktu berlalu dan tirani Tagon di Arthdal semakin parah. Guna menyembunyikan bahwa dirinya juga Kaum Igutu, Tagon membunuh banyak orang.

Dan kini, semua anak ramalan tersebut menjadi pahlawan. Tanya bukan lagi seorang budak. Dia menjadi Pendeta Agung Arthdal. Eunseom menjadi Inaishingi, pemimpin Suku Ago. Saya menjadi komandan Arthdal.

Namun… Tanya masih belum tahu Eunseom masih hidup atau sudah mati. Saya tidak tahu bahwa saudaranya adalah kepala suku pasukan musuh. Eunseom bahkan tidak tahu dia punya saudara kembar yang terpisah.

Selain itu, mereka masih belum tahu apa sebenarnya arti ramalan bahwa mereka bisa mengakhiri dunia. Tapi mereka akan bertemu takdir yang dimaksud ramalan tersebut.

EPISODE 1 : ORANG LEMAH

Arthdal Chronicles Season 2 mengambil setting kisah 8 tahun sejak Arthdal season 1 berakhir, yang artinya sudah 8 tahun sejak Tagon menjadi Raja. Seorang pria misterius menceritakan narasi mengenai apa saja yang terjadi selama rentang 8 tahun tersebut.

Kalender Arthdal, Tahun Beruang Pemalas. Serikat berakhir dan Tagon menjadi raja. Di upacara pengangkatannya, hal yang dikumadangkan Tagon adalah menaklukan suku Ago.

Namun, penaklukan Suku Ago dihentikan musuh tak terduga.

Tahun Ayam Berjongkok, Suku Ggachinol dan Bato merencanakan balas dendam pada Tagon dan memberontak. Pertempuran sengit terus berlanjut selama beberapa tahun. Tahun Tikus Bijaksana, Bulan Harimau. Pada akhirnya, Raja Tagon ikut turun berperang. Pemberontakan Suku Ggachinol akhirnya berhasil dihentikan.

Yang tersisa kini adalah Suku Bato di tepi Sungai Notsan dan reinkarnasi Inaishingi yang menyatukan 30 klan Suku Ago dan mengambil alih Hutan Agoha. Dia adalah Eunseom.

Eunseom kini adalah kepala Suku Ago yang dihormati. Namanya terus dikumandangkan sebagai Inaishingi (dewa Suku Ago). Anak-anak menyanyikan lagunya dimana-mana. Para pasukan suku Arthdal lumyan terkejut menyadari betapa hebatnya Inaishingi hingga namanya menjadi lagu di medan perang. Para pasukan itu sedang menuju sebuah tempat dengan diantar oleh Syoreujagin. Mereka akan menyergap pertemuan antara Suku Bato dan Suku Ago dengan di bantu Syoreujagin. Kedua suku itu akan bertemu karena memerlukan bantuan satu sama lain. Dipertemuan yang telah direncanakan tersebut, pasukan Arthdal akan menangkap mereka semua dengan instruksi dari Saya. Saya yang mengatur rencana tersebut.

Kesulitan yang mungkin akan mereka temui adalah Inaishingi. Tidak ada satupun yang pernah melihat wajahnya karena dia selalu menutupi wajahnya dengan topeng ketika berperang. Tidak ada yang tau juga siapa nama sebenarnya dan dari mana asalnya. Yang tahu hanyalah orang-orang dari suku Ago. Sementara bagi orang luar, mereka hanya mengetahuinya sebagai reinkarnasi dari Inaishingi. Eit, tetapi, Syoreujagin tau wajah sebenarnya Inaishingi tersebut.

Hari berlalu dan akhirnya hari pertemuan tiba. Pertemuan di adakan di wilayah Suku Bato. Inaishingi dan pasukannya tiba dengan menutupi wajah mereka. Inaishingi menggunakan topeng sementara yang lain menggunakan kain penutup leher yang menutupi sebagian wajah mereka. Inaishingi juga tidak berkata sepatah katapun dan semua diwakilkan oleh kaki tangannya.

Di tenda pertemuan, terjadi basa-basi layaknya pertemuan politik. Yang diincar dari Suku Ago dalam perang selama beberapa tahun ini adalah mengambil kembali tanah lama Ago yang diambil Aramun Haesulla. Sementara Suku Bato ingin membalas dendam karena anggota suku mereka telah dibunuh secara tragis oleh Tagon. Untuk merayakan bergabungnya kedua suku, kepala Suku Bato mengajak untuk minum bersama. Sayang, diluar tenda, pasukan Arthdal telah menghabisi semua penjaga suku Bato dan mengambil seragam mereka untuk menyamar. Saya ada diantara mereka.

Syoreujagin ada di dalam tenda dan menyaksikan pertemuan dari awal hingga akhir. Dan dia menyadari bahwa kepala Suku Bato menjebak Eunseom. Minuman yang diberikan telah di campur dengan racun dan pengawal Suku Bato telah standby untuk menarik pedang. Makanya, dia tiba-tiba bicara dan mulai membahas tujuan Suku Ago. Dan ternyata sedari tadi yang memakai topeng bukanlah Inaishingi sebenarnya. Eunseom bersembunyi diantara para pengawal Inaishingi. Hahahahaha, Syoreujagin ternyata masih ingat pada Eunseom yang dulu adalah budaknya dan begitu juga Eunseom yang masih ingat pada Syoreujagin (season 1). Dulu, Eunseom tidak membunuh Syoreujagin saat kabur dari Gitbadak bersama para budak dan tidak disangka, Syoreujagin menjadi pedagang sukses dengan permata yang dicurinya dari Ipsaeng. Tapi, dia menjadi pedagang hanya untuk ini? Menjadi perantara antara Suku Bato dan Suku Ago?

Syoreujagin tidak takut sama sekali karena ada banyak pasukan Arthdal di luar sana. Ah, tetapi Eunseom ternyata sudah menyadari hal itu juga. Sebelum menghadapi pertempuran diluar sana, dia harus menghadapi dulu pertempuran di dalam sini. Pedang sudah berada tepat di depan lehernya oleh pasukan Suku Bato, tetapi pasukan tersebut tidak berani untuk membunuhnya. Dia ketakutan pada Inaishingi dan juga pada pedang yang Dalsae arahkan padanya. Sebaliknya, Eunseom tetap tenang dan memprovokasinya untuk menusuknya karena dengan begitu, mungkin saja akan ada lagu-lagu yang dikumandangkan dengan namanya karena telah berhasil membunuh Inaishingi.

Semakin Eunseom memprovokasinya, pasukan tersebut semakin ketakutan. Semua yang ada di sana, takut pada kekuatan Inaishingi karena lagu-lagu yang dinyanyikan anak-anak dari medan perang. Dan karena keraguan tersebut, malah mereka yang dihabisi oleh Eunseom dan pasukannya. Setelah menangani suku Bato, Eunseom dan pasukannya mulai memakai topeng dan melakukan penyerangan mendadak kepada para pasukan Arthdal yang ada diluar tenda. Selama peperangan tersebut, Syoreujagin terus bersembunyi. Naluri bertahan hidupnya ternyata masih sangat amat kuat.

Perperangan terus berlanjut. Dan diantara pasukan musuh yang menyerang, ada satu pasukan yang tampak berbeda karena tidak menggunakan seragam dan menutupi seluruh wajahnya. Dia adalah Saya. Eunseom tidak menyadari bahwa itu adalah kembarannya, bergegas untuk menyerangnya yang kabur ke dalam sebuah tenda. Sebelum Saya sempat dibunuh, seorang pasukan datang untuk menyelamatkannya. Pasukan itu menyerang Eunseom tetapi berhasil dihindari oleh Eunseom, akan tetapi topengnya menjadi terlepas. Karena itulah, Saya akhirnya melihat wajah Eunseom, kembarannya yang selama ini hanya di dengarnya. Rasa terkejutnya semakin bertambah saat mendengar pasukan Suku Ago memanggil Eunseom dengan panggilan Inaishingi dan menyuruhnya untuk bergegas kabur. Saya selamat karena Eunseom kabur karena sudah terdesak.

Para pasukan Suku Ago kabur menggunakan kuda mereka hingga ke sungai. Pengejaran terus terjadi hingga ke tepian sungai. Hari sudah semakin gelap. Saya dan pengawalnya juga mengikuti dan mengamati dari jauh. Pasukan Arthdal sudah mengira bahwa mereka akan berhasil menangkap Inaishingi dan menundukkan suku Ago. Akan tetapi, Eunseom tetap tenang. Dibalik topengnya, dia memperingati mereka untuk menerima hukuman. Panah bersiul ditembakkan Eunseom ke arah langit. Petir menyambar-nyambar. Dan dari seberang sungai muncul berpuluh-puluh pasukan Ago yang siap menyerang pasukan Arthdal. Panah bersiul yang ditembakkan oleh Eunseom adalah pertanda untuk penyerangan.

Menyadari perbedaan pasukan yang ada, pasukan Arthdal menjadi ketakutan dan bergegas putar arah. Ah, kini giliran mereka yang di kejar-kejar oleh pasukan suku Ago.

Di Arthdal,

Tagon dan pasukan Daekan pulang dari medang perang usai menaklukan pemberontakan Suku Ggachinol. Kepulangan mereka disambut meriah oleh semua warga suku Arthdal. Ah, tidak lupa, setiap kali berperang dan menang, mereka akan membawa semua anggota suku yang berhasil ditaklukan untuk menjadi budak di Arthdal, sama seperti yang dialami suku Wahan, dulu.

Padahal Tagon pulang dengan kemenangan dari medan perang, tetapi yang diharapkan untuk menyambutnya malah tidak ada, yaitu Taealha dan putranya, Arok.

Taealha dan Arok sedang berada di sebuah padang untuk berburu. Dari pembicaraan Taealha dan para pengawalnya, kita tau bahwa sudah dua tahun sejak Saya pergi untuk menaklukan suku Bato. Dan tentu saja, Saya adalah ancaman bagi Arok karena Saya juga diakui sebagai anak Tagon (anak angkat). Di tengah pembicaraan, seseorang Bachi (pedagang) datang untuk memberikan hadiah mainan pada Arok. Namun, sebenarnya, dia adalah pembunuh yang mengincar nyawa Arok. Untunglah Taealha sangat sigap dan kemampuan bertarungnya masih sangat bagus, sehingga dia bisa mengalahkan orang-orang yang berusaha membunuh putranya. Taealha bukan kali ini menghadapi ancaman seperti ini, makanya, dia tidak akan memaksa pembunuh-pembunuh kiriman tersebut untuk mengungkap siapa dalang mereka. Akan tetapi, nyawa mereka harus berakhir di tangannya. Taealha memerintahkan putranya, Arok, untuk membunuh para pembunuh tersebut. Arok yang masih kecil, tentu ketakutan dan ragu ketika Ibunya memberikan pisau kecil padanya dan memerintahkannya untuk menusuk para pembunuh tersebut. Meski begitu, dia tetap melakukan perintah Ibunya, menusuk pembunuh itu dengan menutup mata.

Setelah melakukannya, Taealha memuji putranya. Setelahnya, dia menasehatinya dengan bertanya, apa dia tau apa yang menjadi kesalahannya? Arok menjawab bahwa kesalahannya adalah gemetar dan butuh bantuan orang lain. Tetapi, bukan itu jawaban yang diharapkan Taealha. Mengenai gemetar saat membunuh, itu hal biasa karena itu juga yang dia dan Tagon rasakan saat pertama kali membunuh. Soal butuh bantuan orang lain itu juga wajar.

“Ini (mainan yang ditawarkan tadi). Kau bilang menginginkan ini. Yang kau inginkan, harus kau miliki. Jangan lupakan ini dalam keadaan apapun,” jelas Taealha.

Setelah bicara dengan Arok, Taealha memerintahkan bawahannya untuk mencaritahu racun yang dipakai di jarum yang tadi berusaha dipakai untuk membunuh Arok.

Kabar soal percobaan pembunuhan Arok sampai ke telinga Tagon. Hal ini tentu membuatnya khawatir. Namun, ada satu hal lagi yang membuatnya khawatir, yaitu dia melihat bahwa banyak pasukan Daekan (hm, mungkin hampir semuanya?) memakai gelang yang dibuat oleh kuil Agung. Saat dia meminta penjelasan dari Mubaek (Panglima Besar Daekan), Mubaek menjawab bahwa para pasukan merasa gelisah sebelum perang, sehingga mereka membelinya. (Tagon khawatir karena artinya Kuil Agung bahkan di percayai oleh para pasukan Daekan).

Kuil Agung kini di pimpin oleh Asa Tanya. Tanya sudah sangat berubah jika dibandingkan dulu saat masih di Iark, baik dari segi penampilan, tutur kata dan kemampuan. Dia juga sangat dihormati oleh warga Arthdal. Semua orang menginginkan pemberkatan darinya, yang diwakilkan dengan gelang. Ada yang mendapatkan secara gratis dan ada juga yang rela mengeluarkan banyak uang dan harta demi mendapatkan gelang tersebut. Kemampuan Tanya yang semakin berkembang adalah kemampuannya dalam menggunakan telepati kepada orang-orang.

Barkryangpung adalah anak buah Mubaek yang kini menjadi pengawal Tanya. Dia sangat menghormati Tanya dan mendedikasikan hidupnya kepada Tanya. Bukan tanpa sebab, karena dia telah menyaksikan bagaimana kutukan Tanya menjadi nyata. Dia menyaksikan dengan matanya sendiri bagaimana Mugwang yang mendapatkan kutukan Tanya, mati dengan cara yang sama seperti apa yang Tanya katakan : di malam bulan sabit dengan jantung yang tercabut (di season 1). Dan hanya Barkyangpung saja yang selamat di malam itu.

Saking setianya pada Mubaek dan Tanya, Barkyangpun yang sudah tau rencana Mubaek, Tanya dan Saya yang ingin mengalahkan Tagon, bersedia tutup mulut selama ini. Mubaek tentu kaget karena dia bisa mengetahui hal tersebut, tetapi Barkyangpung tersenyum tenang dan menjawab bahwa dia akan bergabung dengan mereka.

Tanya masih sering berhubungan dengan Dotti menggunakan bantuan Moa sebagai penyampai pesannya. Moa adalah budak yang diangkat Tanya menjadi bawahannya. Hubungan keduanya tampak dekat. Moa juga terlihat sangat menghormati Tanya.

 


Post a Comment

Previous Post Next Post