Sinopsis Drama Korea : Arthdal Chronicles - The Sword of Aramoon (Season 2) Episode 2 – 2

Sinopsis Drama Korea : Arthdal Chronicles - The Sword of Aramoon (Season 2) Episode 2 – 2

Arthdal Chronicles Season 1 bisa di baca disini (Klik disini)

Cookie-cookie dan rekapan ramalan Arthdal Chronicles Season 1 bisa di baca disini (Klik disini)

Taealha adalah orang pintar. Tidak mungkin dia melepaskan Yeolson begitu saja hanya karena beberapa tawaran ketika dia masih ingin mengetahui rahasia pedang besi yang dapat dibuat oleh Yeolson. Sebenarnya, dia dan Hae Heulrip sudah menemukan beberapa rahasia dari besi yang dibuat Yeolson dengan menyelidiki apa saja yang dia sembunyikan selama ini. Dari pengamatan mereka, sepertinya besi yang dibuat juga dicampur dengan kerang yang telah dihaluskan, arang dan jeruk nipis. Hanya saja, mereka belum tau berapa rasio pemakaian bahan-bahan tersebut dalam pembuatan pedang besi dan pemilihan waktunya. Namun, karena sudah tau bahannya, tidak akan butuh waktu lama untuk menemukan rahasia besi. Tinggal terus bereksperimen saja.

Yeolson sudah dibebaskan dan sekarang sedang menunjukkan kepada Tagon hasil pedang besi buatannya. Pedangnya terasa jauh lebih ringan dan kuat dibandingkan pedang perunggu yang selama ini mereka gunakan. Oh ya, Yeolson juga menegaskan kalau dia tidak akan mengungkapkan rahasia pedang besi buatannya. Satu lagi, pedang itu masih belum sempurna, namun, tidak akan butuh waktu lama baginya untuk menyempurnakannya. Jika pedang itu berhasil dia sempurnakan, maka pedang itu akan menjadi senjata yang menakutkan. Bukan hanya karena kekuatannya tetapi juga karena biaya produksinya. Biaya yang dipakai untuk memproduksi 1.000 pedang perunggu, setara sama dengan memproduksi 10.000 pedang besi.

Setelah mendengarkan penjelasan Yeolson, Tagon tampak puas. Dia melepaskan Yeolson dan menyuruhnya untuk bertemu dengan Tanya. Tentu saja, Tanya sangat senang karena ayahnya bisa keluar dari penjara dalam keadaan sehat. Dibandingkan bahagia karena sudah dibebaskan, Yeolson lebih senang karena dia diangkat menjadi menteri. Dia sangat mengingkan hal itu karena artinya dia mempunyai kekuasaan sekarang. Tanya terlihat terkejut karena ayahnya begitu gembira menjadi menteri dan ingin terjun dalam politik.

Setelah tinggal begitu lama di Arthdal, pemikiran Yeolson akan dunia juga sudah ikut berubah, menjadi sama seperti orang-orang Arthdal. Dia ingin kekuasaan dan menjadi sama seperti Mihol (mendiang ayah Taealha). Dia tidak ingin diinjak-injak lagi. Sekarang, dia ingin menginjak-injak lebih dahulu. Saat Tanya terus saja membahas soal kehidupan mereka di Iark, Yeolson menjadi emosi. Dia sudah tidak ingin lagi menggunakan cara hidup mereka di Iark. Akhirnya, Yeolson pun memberitahu Tanya bahwa Eunseom telah menjadi Inaishingi. Dia tau karena Eunseom mengirim orang untuk memberi pesan. Namun, kedua orang itu, Yeolson bunuh dengan bantuan Mungtae. Ada dua orang yang datang, satu mati di tempat, sementara satu lagi berhasil kabur dalam keadaan terluka parah.

Tanya sangat marah karena ayahnya malah membunuh orang-orang yang dikirim Eunseom pada mereka, padahal Eunseom sedang berusaha menepati janjinya untuk menyelamatkan suku Wahan mereka. Yeolson balas berteriak marah bahwa Eunseom hanya mencelakai mereka. Jika orang-orang Arthdal tau bahwa selama ini mereka menyembunyikan fakta bahwa Eunseom adalah kembaran Saya dan Eunseom adalah Inaishingi, kepala pasukan musuh, entah apa yang akan terjadi pada mereka.

Satu orang yang berhasil kabur itu terluka sangat parah, meskipun dia berhasil kembali ke suku Ago. Eunseom dan Dalsae tentu kaget melihatnya kembali dalam keadaan terluka. Rasa kaget itu bertambah saat tau bahwa yang melukainya adalah Yeolson. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, pria itu memberitau ucapan Yeolson, bahwa suku Wahan tidak perlu diselamatkan oleh Eunseom.

Keesokan harinya,

Setelah berhari-hari larut dalam kekalahan, Saya tampaknya mulai bisa berpikir jernih. Dia memanggil Mubaek untuk memberikannya misi agar mempertemukannya dengan Eunseom. Dia sudah sadar bahwa Eunseom sebagai Inaishingi adalah musuh Tagon, bukan musuhnya. Dan juga, mereka adalah kembaran dan mempunyai misi jika berdasarkan ramalan. Mungkin dengan bertemu, mereka bisa tau apa misi yang seharusnya mereka lakukan.

Sementara itu, di Arthdal, Tanya sedang menelan pil pahit karena lagi dan lagi di khianati oleh orang yang dia percayai. Dan kali ini, itu adalah ayahnya sendiri. Yangcha yang tau hal itu, malah menyuruh Tanya untuk menyerah (menerimanya). Belum usai satu masalah, Tanya masih harus menghadapi Tagon.

Tagon datang untuk membahas penjualan gelang yang dilakukan Kuil Agung. Dia juga membahas sikap Tanya dalam memperlakukan budak yang terlalu baik sehingga membuat orang-orang merasa tidak nyaman. Mereka tidak suka karena menjadi setara dengan budak. Tentu saja, mendengar ucapan Tagon, Tanya menjadi marah karena dia selalu menekankan bahwa semua orang itu setara. Semakin mereka mempermasalahkan ini, perdebatan semakin panjang.

Karena tidak ada titik temu, Tagon menggunakan otoritasnya sebagai Raja untuk melarang Kuil Agung memberikan makanan untuk anak-anak para budak. Pendeta Agung juga tidak boleh menuntut apapun kepada para pemilik budak mengenai budak mereka.

Tanya tidak mungkin diam saja menerima perintah itu, sehingga dia menawarkan kesepakatan. Dia memanfaatkan kesulitan sandang dan pangan Arthdal karena perang berkepanjang. Dia akan memberikan sepuluh kendi sorgum yang telah diisi dengan emas. Selain itu, jawamut, sorgum dan barli, akan dia berikan masing-masing seribu kendi. Sebagai imbalannya, dia ingin tetap mempunyai hak dalam mengurus pada budak.

Tagon sangat terkejut dengan tawaran Tanya. Dia tidak menyangka bahwa Kuil Agung mempunyai harta sebanyak itu. Dan semua itu di dapatkan Tanya hanya dengan menjual gelang.

Kembali ke arena perang.

Meskipun suku Ago berhasil memukul mundur pasukan Arthdal, tetapi mereka tetap terkendala pasokan pangan. Mubaek yang datang bersama dua orang pasukannya secara tiba-tiba menawarkan kesepakatan agar suku Ago mundur kembali ke hutan Agoha. Hal ini tentu di tolak oleh seluruh suku Ago, termasuk Eunseom. Padahal tidak ada titik temu, tetapi secara mendadak Mubaek meminta waktu untuk bicara berdua dengan Eunseom. Semua suku Ago melarang karena takut Eunseom di serang oleh Mubaek. Akan tetapi, Mubaek berujar bahwa dia akan menjelaskan hal yang membingungkan Eunseom di medan perang. Hal ini menarik perhatian Eunseom sehingga dia mau bicara dengannya, berdua.

Tidak pakai basa basi, Mubaek memberitahu bahwa yang lihat Eunseom di medan perang, orang yang berwajah mirip dengannya adalah saudaranya, Saya. Dia mempunyai saudara kembar yang menjadi Jenderal Pasukan Arthdal.

Untuk memastikan kebenarannya, Eunseom pergi ke penjara untuk bertemu Syourejagin. Melihat ekspresinya, Syourejagin tertawa karena bisa menebak bahwa dia pasti sudah tau. Akhirnya, dia mau memberitahu apa yang diketahuinya.

Malamnya, Eunseom bersiap menemui Saya. Di pertemuan siang tadi, Mubaek sudah memberitahu kalau dia akan mengatur pertemuan mereka di sebuah tempat tanpa pasukan dan tanpa senjata. Pertemuan ini mungkin akan mengubah sejarah Arthdal. Dan di sana, dia juga akan memberitahu misinya.

Eunseom dan Saya bersiap ke tempat pertemuan tanpa mengenakan senjata pertahanan apapun dan tanpa membawa satupun senjata. Yang melihat kepergian Saya dari tenda hanyalah Chaeeun. Dan saat itu, Chaeeun juga melihat seorang anak kecil mengikuti Saya, sehingga dia mengikuti anak tersebut. Sayangnya, dia malah kehilangan arah karena gelap dan hampir saja mati jatuh ke dalam jurang, jika tidak diselamatkan oleh seorang neanthal.

Pertemuan Saya dan Eunseom dilakukan di dalam gubuk yang ada di tengah hutan. Mubaek menunggu diluar. Akhirnya, setelah bertahun-tahun, mereka bertemu langsung tanpa menyembunyikan wajah satu sama lain. Tentu, Eunseom sedikit kaget karena dia baru tau mempunyai kembaran. Hanya saja, pertemuan ini membuatnya mengerti tentang mimpi yang selama ini dilihatnya. Itu bukanlah mimpi melainkan kehidupan Saya yang dia lihat. Begitu pula dengan Saya yang selama ini sudah melihat kehidupan Eunseom di dalam mimpinya. Baru bertemu, Eunseom sudah mengajak Saya untuk bekerja sama dalam mengalahkan Tagon. Meskipun hanya di dalam mimpi, dia bisa merasakan dendam Saya pada Tagon.

Ah, Eunseom juga teringat sesuatu. Dulu, saat kecil, ketika Ibunya tidur, Ibunya sering menyebutkan sebuah nama dalam mimpinya. Setelah dipikirkan, mungkin itu adalah nama Saya.

Sebelum sempat Eunseom memberitahu nama asli Saya yang diberikan oleh orang tua mereka, tiba-tiba dari depan pintu muncul anak-anak Shahati. Mereka datang atas perintah Taealha untuk membunuh Saya. Namun, kini ada dua orang berwajah mirip dan entah yang mana yang bernama Saya. Saya yang tau bahwa nyawanya diincar, menyuruh Eunseom untuk kabur dan segera mengabari Mubaek. Namun, Eunseom tidak mungkin kabur karena dia tidak ingin seperti dulu lagi. Perkelahian tidak imbang karena mereka tidak mempunyai senjata, tetapi anak-anak Shahati punya. Anak-anak Shahati memang dibesarkan untuk menjadi pembunuh, karenanya mereka tidak ragu untuk membakar gubuk tersebut.

Mubaek sedang berada diluar gubuk. Tiba-tiba saja dia teringat akan Asa Hon (ibu Eunseom dan Saya). Saat itu, Asa Hon terjatuh sehingga kalung yang dikenakannya pecah. Sedang memikirkan masa lalu, dia melihat gubuk yang terbakar. Saat berusaha menolong, dia malah bertemu dengan anak-anak Shahati. Dia akhirnya tau bahwa anak yang waktu itu dia selamatkan saat dituduh mata-mata ternyata adalah anak Shahati dari senjata yang dipegangnya. Itu adalah senjata khas anak Shahati.

Mubaek berhasil masuk ke dalam gubuk dan menyelamatkan satu orang. Namun, saat mau menyelamatkan seorang lagi, dia malah kena tikam di leher oleh anak Shahati. Pas sekali, Chaeeun tiba di dekat sana bersama Nosunaho dan Issruv. Mereka menemukan Saya yang tadi berhasil diselamatkan oleh Mubaek. Mereka mengenalinya sebagai putra Ragaz sehingga langsung menolongnya. Mereka membawa Saya ke tempat mereka.

Setelah mereka pergi, pasukan Arthdal baru tiba karena melihat asap kebakaran. Untungnya, keduanya berhasil mengeluarkan tubuh Eunseom dan Mubaek dari gubuk. Hanya saja, Mubaek sudah terluka terlalu parah. Dan sebelum mati, dia melihat kalung yang dikenakan oleh Eunseom (itu adalah kalung Asa Hon yang pecah). Dia sadar bahwa yang dikira oleh pasukannya sebagai Saya, sebenarnya adalah Eunseom.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post