Sinopsis Drama Special : Queen Of The Ring Episode 02

Content and Images by MBC






Se Gun memasukkan cincin ke jari Nan Hee. Cincin bersinar dan waktu berhenti. Tubuh Nan Hee terangkat ke atas dan bersinar. Dan ketika dia terduduk, wajah yang dilihat Se Gun sudah berbeda. Wanita cantik idamannya. Se Gun mengulurkan tangannya hendak menyentuh tetapi terjatuh pingsan karena mabuk.

Keesokkan harinya…



Di kampus, Se Gun berjalan dengan bingung. Dia mengusap wajahnya dan teringat kemaren melihat wanita idamannya samar-samar. Se Gun merasa bingung.


Di rumah, Nan Hee memandang wajahnya di cermin. Dia bertanya-tanya, wajahnya terlihat seperti apa bagi Se Gun? Ibu masuk dan melihatnya. Dia menyuruh Nan Hee untuk berdiri tegak dan jangan membungkuk lagi karena mulai sekarang ‘dia’ akan melihatnya sebagai gadis impiannya. Ibu menyakinkannya. Tetapi, Nan Hee tetap tidak bisa membayangkannya. Ibu bahkan mencoba membantu gambaran diri Nan Hee yang cantik dalam gaun putih.


Nan Hee berbalik dan bertanya pada Ibu kalau cincin ini benar-benar bekerja, ‘kan? Ibu berkata apakah Nan Hee ingin melihat foto nenek moyangnya lagi? Tetapi tetap saja, Nan Hee merasa gugup bahkan lebih gugup saat dia mengikuti ujian. Ibu memukul paha Nan Hee dan memberinya semangat!! Nan Hee mengerti.

Nan Hee berjalan di koridor kampus. Dia sibuk bicara kepada dirinya sendiri (dalam hati) dan menyakinkan kalau dia adalah gadis tercantik di dunia. Dia mulai meluruskan punggungnya, membusungkan dada, mengangkat dagu dan tersenyum dingin. Dia berjalan penuh percaya diri.




Nan Hee bahkan membuka pintu kelas menggambar dengan menendangnya. Semua yang ada di dalam kelas terkejut dan melihat ke arahnya. On Hwa memandang Nan Hee aneh. Tetapi, Se Gun yang sedang di lukis, memandang Nan Hee sangat cantik seperti gadis impiannya. Nan Hee mengedipkan mata ke arah Se Gun. Se Gun tidak bisa melepas tatapannya.


Nan Hee menunggu di depan kelas. Dia memasang berbagai sikap untuk menunggu Se Gun. Akhirnya, dia memilih meletakan tangan di kaca sampil menopang kepalanya. Dia mencoba bergaya keren. Se Gun keluar dan melihatnya.





Dia berjalan melewati Nan Hee. Nan Hee menjadi bingung karena Se Gun melewatinya. Tetapi, Se Gun ternyata berbalik dan mendekati Nan Hee. Dia bertanya nama Nan Hee. Nan Hee merasa bingung tiba-tiba dihampiri dan di tanya namanya.

“Kamu tidak ingin memberitahukau namamu?” tanya Se Gun. Matanya tanpa sengaja melihat ke arah botol tempat meletakkan lukisan milik Nan Hee yang tertempel label nama Nan Hee.

Dia mencabutnya dan membacanya, “158464 Mo Nan Hee. Mari kita lihat apa yang terjadi di antara kita.”

Nan Hee cuma berdiri kaku mendengarnya.

Flashback



6bln lalu…

Di Namsan tower, Se Gun mengambilkan buku catatan seorang gadis yang terjatuh. Gadis itu mirip seperti wajah Nan Hee yang dilihatnya. Dia gadis impian Se Gun.  

Flashback END



Se Gun berkata kepada Deuk Chan kalau dia sudah menemukan gadis yang di carinya tetapi gadis itu tidak mengingatnya. Deuk Chan sampai kaget mendengarnya. Se Gun menjadi kesal karena tidak diingat oleh Nan Hee tetapi kemudian menjadi semangat dan bertekad kalau dia akan membuatnya menjadi model-nya di peragaan busana.



Nan Hee pulang. Ibu menyambutnya dengan semangat dan bertanya bagaimana hasilnya? Apa dia bilang menyukai Nan Hee? Nan Hee menjawab kalau pria itu menanyakan namanya. Ibu senang mendengarnya.

Ayah sudah pulang dan berteriak memanggil Ibu. Nan Hee segera melepas cincinnya dan memberikannya pada Ibu. Ibu memakainya dengan panik. Tepat saat cincin masuk ke jari Ibu, Ayah muncul dan memeluknya penuh cinta. Dia bertanya apakah mereka hari ini makan semur tauco? Ibu membenarkan.




Di papan informasi kampus, tertempel sebuah brosus mengenai “LJ Fashion, Kontes Mode Mahasiswa.” Nan Hee membacanya dan kaget karena mereka yang menang akan di kirim ke Paris. Ternyata ada cara lain untuk pergi ke Paris tanpa memenangkan tiket lotere. Nan Hee sedikit ragu dan membaca persyaratannya. Dia memotret brosur tersebut.


Byun Tae datang dan melihat wajah Nan Hee. Dia berkata kalau Nan Hee menjadi lebih cantik. Nan Hee terkejut mendengarnya dan bertanya, benarkah? Dimana?

Byun Tae menggerakan jarinya dan melihat dari atas sampai ke bawah penampilan Nan Hee. Dia kemudian berbalik dan berkata kalau dia sudah salah. Nan Hee jadi kesal mendengarnya dan kemudian mengejar untuk memukul Byun Tae.

Byun Tae berlari menghindar sambil memberitahu kalau sepertinya sedang terjadi sesuatu pada Mi Joo karena halaman Facebook-nya sedang dibanjiri…. Nan Hee berhasil menangkap tangan Byun Tae dan membaliknya/

“Kamu lihat halaman Facebook Mi Joo sedang dibanjiri, tapi kamu tidak melihat ada badai di hatiku?” tanya Nan Hee kesal. “Kamu selalu memihaknya sejak kita berusia tujuh tahun,” ujarnya dan melepas tangan Byun Tae,



Byun Tae mengulurkan sebuah kotak. Nan Hee terkejut dan bertanya apa itu dengan tersenyum. Byun Tae menyuruh Nan Hee untuk membukanya. Tetapi isinya kosong, Nan Hee memandang Byun Tae dengan bingung.

“Kamu lihat sekrup yang hilang? Perbaiki itu untukku.”

Nan Hee menjadi kesal lagi dan mereka saling berlarian di lapangan.


Di atas sebuah gedung, Se Gun memandang Nan Hee yang cantik sedang berlarian dengan seorang pria dan tertawa. Se Gun cemburu melihatnya.

On Hwa datang dan menyapanya. Dia berkata kalau Se Gun mencarinya. Tenyata, dia mencari On Hwa untuk bertanya mengenai Nan Hee. On Hwa memberitahu kalau mereka berteman dekat. Se Gun sedikit terkejut mendengarnya kalau mereka berteman.

“Kami mengerti satu sama lain,” jelasnya. Se Gun kemudian bertanya seperti apa Nan Hee itu.

“Dia ramah dan kuat.”

“Bagaimana tipe pria idealnya?”

“Entahlah. Bukankah dia akan menyukai semua macam pria? Kenapa? Kamu butuh bantuan untuk memaku sesuatu?”

“Apa?” tanya Se Gun bingung.

“Kamu pasti membutuhkan pasta tauco. Ibunya adalah Ahli Kededai Fermentasi dari TV. Ada videonya di Internet menyiapkan itu dengan mata tertutup.”

Se Gun kemudian bertanya siapa pria yang sedang bersama Nan Hee itu apakah pacarnya? On Hwa menjelaskan kalau pria itu adalah mahasiswa hukum dan sudah berteman dengan Nan Hee sejak TK.

Se Gun lega karena Nan Hee cantik belum punya pacar. Dia memberikan ponselnya pada On Hwa dan meminta On Hwa memberitahu nomor telepon Nan Hee. On Hwa sedikit bingung.



Se Gun berdiri ditengah koridor menunggu Nan Hee. Nan Hee melihatnya dan sedikit gugup. Dia melihat cincinnya dan mulai berjalan. Begitupula dengan Se Gun.

“Kenapa dia hanya menatap?” pikir Nan Hee bingung.

“Berani sekali kamu tidak mengingatku,” pikir Se Gun kesal.

Mereka saling berpikir dan saling salah paham. Nan Hee kira Se Gun tidak mau menyapanya karena wajahnya saat ini yang dilihat Se Gun mungkin tidak cukup baik. Sementara, Se Gun mengira kalau Nan Hee tidak mengenalnya dan menolaknya jika dia menyapa dan berpikir seberapa tinggi standar Nan Hee.

(Se Gun sudah pernah bertemu dengan wajah cantik Nan Hee yang dilihatnya di Namsan. Sementara, Nan Hee sama sekali tidak tahu seperti apa wajah yang dilihat Se Gun.)

Mereka saling berjalan melewati dan merasa kesal di belakang.


Nan Hee sedang menunggu bus. Dia memandang cincin dan kesal karena tidak bisa mendapatkan apapun. Ibu meingirim pesan Line yang menyuruhnya pulang jam 6sore.


Se Gun berjalan mondar-mondir di ruang klubnya. Dia akhirnya memberanikan diri dan menelpon Nan Hee. Nan Hee mengangkatnya telpon dari nomor yang tidak dikenalnya.


Dia mengira kalau sang penelpon hendak menawarkan pinjaman atau ingin menjual tanah kepadanya. Se Gun sedikit kesal dan menjawab, “Jika kamu tidak ingat wajahku, setidaknya ingatlah suaraku.”

Nan Hee terkejut. “Park Se Gun?”

“Aku bukan tipe pria yang lebih menelpon wanita pertama. Itu benar, tapi mari kita bertemu sekarang.”


Bus Nan Hee datang dan dia sedikit ragu. Nan Hee menolaknya. Se Gun meminta waktu 5menit saja. Nan Hee memberitahu jika dia sampai ketinggalan bus, dia harus menunggu satu jam lagi. Se Gun tertawa tidak percaya dan berkata apa dia ditolak hanya karena bus?

Supir bus menatap Nan Hee dan bertanya apa dia akan naik? Nan Hee ragu tetapi akhirnya berteriak kalau dia akan naik. Se Gun terkejut karena Nan Hee memilih naik bus daripada bertemu dengannya.


Nan Hee pulang dengan berlari. Dia memberikan cincin pada Ibunya. Ayah pulang dan memeluk Ibu. Dia bertanya apakah mereka makan tauco lagi? Ibu membenarkan.

Nan Hee memandang Ayah dan bertanya dengan kesal kenapa Ayahnya tidak minum? Dia berkata kalau ayahnya seharusnya menemui teman, pulang terlambat atau melakukan perjalanan bisnis.


Byun Tae sedang belajar di perpus. Sebuah pesawat kertas di lemparkan ke mejanya dan isinya adalah mengajaknya minum kopi.


Byun Tae menemui sang pengirim pesawat kertas, Se Gun. Byun Tae memberitahu kalau dia tidak pernah dapat surat dari pria dan bertanya apa Se Gun itu penyuka pria?

“Meskipun aku seorang gadis, aku akan menyukai para gadis. Sebanyak itulah aku menyukai gadis,” jawab Se Gun.

“Lalu kenapa kamu….”

“Tampaknya tidak seperti itu, tapi aku ingin memastikan. Apakah kamu dan Mo Nan Hee berpacaran?”

Byun Tae yang sedang meminum kopi kalengnya, kaget dan menyemburkan minumannya karena mendengar pertanyaan Se Gun. Dia tidak mau memberitahu jawabannya pada Se Gun.

Se Gun berkata kalau dia menyukai Nan Hee. Nan Hee itu cantik dan pasti Byun Tae juga menyukainya.

Byun Tae meraih baju Se Gun dan mencengkeramnya. Dia bertanya apa mau Se Gun? Se Gun yakin dugaannya benar kalau Byun Tae juga menyukai Nan Hee.

“Mungkin dia tampak tangguh, tapi hatinya lemah. Dia lemah dan mudah terluka. Jangan bermain-main dengannya,” perintah Byun Tae.



“Dia yang memulainya lebih dahulu. Aku kira dia menghindariku karena kamu, tapi kurasa tidak. Nan Hee tidak akan suka pria yang terlalu takut untuk menyampaikan perasaannya dan mengancam orang secara diam-diam.”

Byun Tae melepaskan cengkeramannya. Se Gun berkata kalau dia berharap surat berikutnya yang di terima Byun Tae datang dari seorang gadis dan beranjak pergi.


Se Gun menunggun Nan Hee di tangga. Nan Hee melihatnya dan berjalan turun tangga percaya diri. Se Gun terpesona melihat Nan Hee cantik dan berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Dia memanggil Nan Hee dan berkata kalau dia ingin bicara dengannya hari ini. Nan Hee dengan semangat berteriak keras, “Dengan senang hati.”



Mereka berjalan berdua di pinggir cafe. Se Gun memulai pembicaraan kalau Nan Hee pasti berpakaian seperti itu untuk menghindari pria menyebalkan. Nan Hee melihat bajunya dan beralasan kalau dia tidak suka memperlihatkan bentuk tubuhnya.


Se Gun kemudian mengajak Nan Hee masuk ke sebuah toko baju dan mencoba gaun kuning yang dipajang di manekin. Nan Hee mencobanya dan merasa malu jika harus keluar mengenakan gaun tersebut. Se Gun memanggilnya dan bertanya apa dia sudah selesai?


Nan Hee mengeluarkan kepalanya dari pintu dan bertanya pada Se Gun bagaimana penampilannya sekarang?

“Gadis cantik sepertimu juga suka mendengar betapa cantiknya kamu?”

“Aku cantik, bukan?”

“Selama aku tidak buta.”



Nan Hee kemudian memberanikan dirinya keluar. Se Gun terperangah melihat betapa cantiknya Nan Hee dengan gaun tersebut. Dia bahkan sampai bertepuk tangan. Dia menarik tangan Nan Hee dan berkata kalau dia yang akan membelikannya dan pakai saja.

Mereka sudah berjalan di trotoar. Semua orang mempergujingkan baju yang digunakan Nan Hee tetapi Se Gun tersenyum bangga melihat Nan Hee. Nan Hee merasa sangat malu.




On Hwa lewat dan melihat Nan Hee. Nan Hee memberi tanda dengan tangannya menyuruh On Hwa untuk pergi melewatinya. On Hwa tidak peduli dan mendekati mereka. Dia menyapa Se Gun ramah. Dia menatap Nan Hee dan tidak bisa menahan senyumnya, dia berbisik : “Kamu terlihat seperti pisang besar. Lucu sekali.”

Nan Hee menarik Se Gun pergi dan meninggalkan On Hwa.



Mereka pergi makan ke tempat dulu Nan Hee dan Se Gun makan. Pelayan mengenali Nan Hee dan berkata kalau dia kembali lagi. Nan Hee kaget tetapi Se Gun yang menjawab. Dia mengira maksud perkataan pelayan tadi adalah untuk dirinya. Dia juga menjelaskan pada Nan Hee cantik kalau dia pernah datang ke sini.

Se Gun kemudian bertanya pada Nan Hee apakah dia pernah melihat seorang gadis dikelas menggambar yang kira-kira setinggi ini dan berjiwa bebas? Nan Hee tau Se Gun bertanya tentang dirinya, dan Nan Hee menjawab dengan canggung kalau dia mengenal gadis tersebut. Se Gun bertanya kemana gadis itu pergi?

“Dia cuti semester ini.”

“Begitu rupanya. Karena itulah dia bilang bahwa dia akan menghilang,” guman Se Gun sedih. “Kalau dipikir-pikir, pekan ini kali pertamaku melihatmu di kelas. Aku pasti akan melihat orang secantikmu.”

“Ohhh.. ada kursi yang kosong karena dia mundur. Karena itulah aku bisa masuk.”

“Siapa namanya?”

“Siapa namanya? Mi Joo. Kang Mi Joo,” ujar Nan Hee berbohong mengenai nama asli dirinya sebenarnya, “Lupakan saja. Jangan repot-repot mengingat nama orang seperti itu.”

“Apa maksudmu dengan ‘orang seperti itu’? Aku tidak boleh mengingat nama orang seperti itu?”

“Tidak,” jawab Nan Hee dingin.

“Kenapa tidak?”
“Karena aku tidak menyukainya. Dia jelek, tapi sensitif dan lemah. Setidaknya dia akan terlihat keren jika dia tidak mengejar cinta, tapi dia sangat ingin dicintai. Dia seperti memohon agar dilihat. Dia selalu mendekati orang yang dia suka, dan aku tidak suka orang seperti itu. Itu sangat buruk.”



Se Gun tidak suka mendengarnya. Dia menyuruh Nan Hee untuk tidak menjelek-jelekkan gadis itu. Nan Hee marah karena Se Gun tidak mungkin bisa mengerti jika berada di posisi gadis tersebut. Dia marah dan meninggalkan Se Gun.

Nan Hee pulang dan masih merasa kesal. Kesal karena dia menganggap rendah dirinya sendiri.




Keesokkan harinya…

Se Gun melihat gambar - gambar gaun rancangannya. Dia ingin menjadikan Nan Hee modelnya tetapi lupa untuk bertanya kemaren. Deuk Chan menyarankannya untuk menghubungi Nan Hee.

Se Gun hendak menghubungi Nan Hee tetapi ragu. Akhirnya, dia malah mencari mengenai Ahli Kedelai Fermentasi dan langsung pergi.





Ayah, Ibu dan Nan Hee sedang melakukan persiapan untuk les. Se Gun datang dan Nan Hee melihatnya. Dia panik dan bersembunyi di belakang punggun ibu dan memberitahu pada Ibu itu pria yang memakaikannya cincin.


Dia kemudian hendak merebut cincin Ibu tetapi Ibu tidak bisa memberikannya karena ada Ayah. Mereka saling berebutan. Nan Hee memohon waktu 3menit saja.



Se Gun mendekati ayah. Ayah mengira Se Gun ingin mendaftar tetapi Se Gun membantah. Dia berkata inging bertemu dengan putri Ayah. Tetapi, matanya teralih pada Nan Hee yang sedang mengenakan hanbok. Se Gun berubah pikiran dan berkata kalau dia sudah mulai tertarik pada kedelai fermentasi.







Kelas kedelai dimulai. Ayah menjelaskan prosedurnya dan Nan Hee yang mengarahkan para peserta. Se Gun terpesona. Nan Hee kemudian mendekati Se Gun dan mulai mengajarinya. Se Gun semakin terpesona.



Ayah kemudian mendekat dan berkata dimana Ibu? Nan Hee berkata dia yang akan mencarinya.

Ibu menunggu dengan cemas di ruang tamu. Nan Hee datang dan memberikan cincinnya. Ibu segera mengambil cincin dan pergi menemui Ayah.



Nan Hee sudah selesai berganti baju dari hanbok menjadi baju olahraga. Dia sedang melihat ponselnya ketika Se Gun masuk ke dalam rumah dan kaget melihat Nan Hee asli (yang dia kenal sebagai Mi Joo). Nan Hee sampai jatuh terduduk karena kaget.

Dia bertanya sedang apa Mi Joo disini?

“Begini…”

Se Gun melihat ke sofa dan ada hanbok, “Kalau dugaanku benar…. kamu bekerja paruh waktu lagi?”

Nan Hee membenarkan. Dan berkata kalau dia tinggal di sebelah. Se Gun kemudian bertanya dimana Nan Hee? Nan Hee sedikit bingung tetapi kemudian menjawab kalau Ibunya menyuruh Nan Hee mengerjakan sesuatu. Se Gun memberitahu kalau Ayah Nan Hee bilang dia bisa menggunakan kamar mandi disini. Nan Hee menunjukkan arahnya.


Dia kemudian melihat kamar Nan Hee yang terbuka dan masuk. Nan Hee panik dan segera menutupi barang-barang dan menelungkupkan foto. Dia memarahi Se Gun karena masuk sembarangan.

Se Gun melihat buku catatan dan tersenyum. Buku catatannya mirip dengan yang di temukannya di Namsan.


Dia kemudian melihat lukisan di dinding dan Nan Hee menjelaskan kalau gambar itu digambar untuk latihan, itu yang diceritakan Nan Hee padanya.

Se Gun menyukai gambar irtu. Dia menunjuk gambar itu dan berkata kalau pakaian itu akan terlihat bagus jika digunakan Nan Hee.

“Kamu dekat dengan Nan Hee?”

“Tentu saja. Karena itulah aku bekerja disini.”

“Tapi jangan terlalu dekat dengannya,”

“Kenapa?”

“Dia bicara di belakang… Lupakan saja. Aku yakin kamu bisa mengurusnya.”

“Nan Hee berbeda setelah kamu mengenalnya. Dia terdengar seperti orang yang agresif, tapi dia tidak bersungguh-sungguh. Jangan membencinya.”

“Bagaimana bisa aku membencinya? Dia sangat cantik.” Nan Hee sedih mendengarnya. “Mi Joo, berikan nomor teleponmu,” pinta Se Gun. Nan Hee melihatnya bingung. “Ternyata aku yang membayar minuman malam itu. Kembalikan uangku.”



Malam hari, Nan Hee menyimpan nomor Se Gun di ponsel Ibu. Dia memberitahu kalau dia memberi nomor Ibunya sebagai nomor Mi Joo. Dan jika nanti dia menghubungi, jangan di angkat dan beritahu saja dirinya. Ibu mengerti.

Se Gun mengirim Line pada Nan Hee dan memintanya untuk datang ke ruangan klub pukul 14:00 besok.

Keesokan harinya,


Di ruangan klub, berkumpul beberapa wanita yang akan dipilih menjadi model. Deuk Chan menyuruh On Hwa duluan.




On Hwa maju dan menjelaskan karyanya. Selanjutnya Park Se Gun.



Nan Hee masuk dan terkejut karena banyak orang. On Hwa terkejut melihatnya. Nan Hee masuk dan mendekati Se Gun. Dia berbisik dan memberitahu Se Gun kalau dia mengira Se Gun mengajak bertemu berdua saja.

Deuk Chan bingung. Se Gun bangkit dan merangkul Nan Hee. Dia memperkenalkan Nan Hee dan memberi pengumuman kalau dia akan menggunakan Nan Hee sebagai model untuk karyanya. Semua terkejut mendengarnya.


Deuk Chan bahkan melihat gaun rancangan Se Gun dan mengutarakan pendapatnya bahwa bukankah gaun itu akan terlalu panjang untuk Nan Hee? Se Gun tidak peduli.

Nan Hee menarik Se Gun keluar. Deuk Chan tiba-tiba berteriak kaget karena dia teringat perkataan Se Gun yang memberitahu kalau modelnya adalah wanita idelanya.

Nan Hee menolak menjadi model Se Gun.



“Saat kali pertama bertemu di Namsan, kamu tersenyum kepadaku. Aku membuat gaun itu sambil mengingat momen itu.”

“Apa maksumu? Kapan kita bertemu di Namsan?”

“Kita saling berpapasan di Namsan. Kamu tidak ingat?”

Nan Hee terkejut. Itu berarti Se Gun melihat bayangan gadis itu didalam dirinya. Dia memberitahu kalau gaun yang diciptakan Se Gun bukan untuknya dan pamit pergi.




Nan Hee masih bingung. Seorang gadis cantik berjalan dengan percaya diri dan semua mahasiswa pria terpesona melihatnya. Dia berpapasan dengan Nan Hee.



Mereka saling memandang. Gadis itu tersenyum melihat Nan Hee. Wajahnya mirip seperti wajah gadis yang di temui Se Gun di Namsan. Wajah gadis yang dilihatnya dalam diri Nan Hee.

“Mi Joo-ah,” sapa Nan Hee terkejut.

Se Gun lewat dan melihat mereka.

2 Comments

Previous Post Next Post