Company name : Citizen Kane
Dirumah. Chat bertanya apakah Mon berhasil
mendapatkan itu. Dan dengan marah, Mon menceritakan pada Chat.
Ternyata sebelumnya. Ketika Mon meminta uang
kepada Dilok. Dilok sama sekali tidak mau memberikannya. Bahkan ketika Mon
telah sampai berlutut memohon padanya.
“Kemudian bisakah aku meminjam itu?” pinta
Mon, karena Dilok tidak mau memberikan uang padanya.
“Wajah sepertimu, apakah bisa membayarku
kembali?! Cukup bagus aku menyetujui kamu dan anakmu untuk tinggal disini,”
balas Dilok. Sehingga Mon menjadi kesal.
“Kalau kamu tidak mau meminjamkannya, maka
jangan ungkit itu lagi! Aku akan mencarinya sendiri!”
“Kasin itu serakah, dia tidak akan mau
meminjamkanmu uang. Chat, anakmu itu, bukan artis. Semua yang dia bisa hanyalah
membersihakan kuku. Tidak peduli seberapa besar pernikahan nya, tidak ada
seorangpun yang akan hadir. Aku akan menolong mu dengan 4.000 baht. Oh, orang
china bilang nomor 4 itu angka keberuntungan,” balas Dilok sambil tertawa
kecil, mengetawai Mon. Setelah itu ia pergi.
Setelah selesai bercerita, Mon mulai stress
karena tidak ada solusi lain lagi. Selain dari menjual semua barang dirumah ini
yang mereka simpan.
“Tidak perlu mom. Sejak kita telah meminta
dengan baik, tapi tidak mendapatkan apapun. Maka kita curi aja,” saran Chat
kepada Mon. Dan dengan semangat, Mon menyetujui itu.
Diruang tamu. Dilok sedang membaca dokumen-dokumennya.
Dan dari arah belakang, Mon mengawasinya. Lalu saat Dilok tampak tidak
memperhatikan keadaan disekitarnya, Mon mulai bergerak.
Ia merangkak dilantai dengan pelan-pelan.
Lalu dengan perlahan juga, ia menggerakan tangannya untuk mengambil hp milik
Dilok yang berada diatas meja lampu.
Tepat ketika, Mon telah menyentuh hp Dilok
dan tinggal menariknya. Tiba-tiba saja hp Dilok berbunyi, sehingga dengan cepat
Mon bersembunyi kembali, tanpa mengambil hp tersebut.
Dilok mengambil hpnya dan membaca pesan, yang
ternyata berasal dari perusahaan asuransi. Setelah itu ia melemparkan hpnya
tersebut ke sofa. Sehingga Mon menjadi bingung.
Ketika akhirnya Dilok berdiri dan pergi ke
belakang. Mon yang awalnya bersembunyi dibelakang sofa, segera pindah dan bersembunyi
di belakang dinding.
Dan saat akhirnya, Dilok telah benar-benar
pergi. Maka dengan cepat, bergerak untuk mengambil hp Dilok yang berada diatas
sofa. Dan lalu ia membuka hp Dilok.
Tapi sebelum Mon sempat berbuat sesuatu.
Tiba-tiba saja Mon, mendengar suara pembantu yang menanyakan apakah Dilok mau
kopi atau teh. Dan lalu suara Dilok yang membalas tidak perlu, karena ia mau
mengambil dan mempelajari dokumennya dikamar saja.
Dan menyadari hal itu, Mon mulai mencari
tempat untuk bersembunyi, tapi tidak ada. Karena itu, ia memutuskan untuk
keluar dari jendela saja. Sayangnya, ketika itu tanpa sengaja malah terjatuh
dan membuat suara.
Untung saja, Dilok tidak mendengar suaranya. Tapi
sialnya lagi, saat Mon mau pergi dari sana, tanpa sengaja rambutnya malah
tersangkut ditanaman. Sehingga dengan agak bersusah payah dan kesakitan, Mon
melepaskan rambutnya yang tersangkut itu dari tanaman. Sambil menutup mulutnya
sendiri, agar tidak membuat suara.
Setelah perjuangan yang panjang seperti itu.
Mon berhasil kembali ke kamar, tanpa ketahuan. Dan lalu ia memberikan hp milik
Dilok kepada Chat, yang dengan cepat berhasil membukanya account Dilok.
“Kamu hanya perlu tau password account nya
saja, Mom,” jelas Chat singkat.
“Ehh.. bagaimana bisa kamu mengetahui
password tuan?”
“Aku mengintipnya. Lagian passwordnya tidak
sulit untuk diingat. Itu hanya angka ulang tahun anaknya yang tercinta Yada,”
jelas Chat, lagi.
Setelah itu, Chat meminta Mon untuk
memberikan nomor account nya. Dan dengan cepat, Mon menyebutkan satu persatu
nomor accountnya.
“Kamu mengingatnya begitu baik, Mom,” puji Chat dengan nada sinis, karena Mon bisa
mengingat nomor accountnya dengan begitu baik.
“Tentu saja!” balas Mon, bangga.
Akhirnya semua telah selesai. Dan dengan
senang, Mon mengambil hp milik Dilok dari Chat dan melihatnya. Tapi tiba-tiba
saja, ada sebuah pesan yang masuk. Sehingga membuat Mon menjadi terkejut. Dan
dengan khawatir, Chat mendekatinya.
“Ini Cuma pesan dari bank, Mom. Kamu hanya
perlu menghapus pesan dari bank ini dan menghapus email konfirmasinya. Begitu
saja,” jelas Chat sambil menghapus semuanya.
“Oh.. Hey, berapa banyak kamu mengambilnya?”
tanya Mon, tiba-tiba penasaran.
“Tidak banyaklah, Mom. Hanya setengah juta
saja,” jawab Chat sambil tersenyum.
Mengetahui hal itu, Mon menjadi sangat senang
sekali. Begitu juga dengan Chat. Dan lalu mereka pun berpelukan.
“Mari lakukan lagi lain kali,” kata Mon
kepada Chat, yang langsung dibalas Ya.
Dengan perlahan Yada keluar dari dalam
kamarnya dan memperhatikan situasi diluar. Setelah yakin bahwa Krit sedang
berada dikamar bermain hp dan tidak mungkin akan keluar.
Maka Yada dengan pelan, ia bergerak menuju
meja kerja Krit. Dan lalu membuka laptop Krit untuk mencari informasi tentang
pencucian uang Krit.
Sayangnya, laptop Krit tidak bisa dibuka,
karena memakai password. Pertama, Yada memasukan tanggal lahir Krit, tapi tidak
bisa. Kedua, ia menuliskan judul dari buku yang ada diatas meja, tapi tidak
bisa. Ketiga, ia memasukan nama penulisnya, tapi tidak bisa.
Dan cara terakhir, Yada mencari digoogle
mengenai cara meng-hack password laptop.
Saat Yada meletakan hpnya diatas meja, tanpa
sengaja ia membuat suara kecil. Dan karena ia mengira bahwa Krit tidak akan
dengar, maka tanpa memikirkan itu, Yada mencoba untuk menghack passwor laptop
milik Krit.
Didalam kamar. Ternyata, Krit menyadari suara
kecil tersebut. Sehingga ia menjadi curiga. Ia lalu meletakan hpnya diatas meja
dan mau turun dari tempat tidur, tapi tanpa sengaja juga, hpnya malah terjatuh
kelantai.
Sayangnya, Yada yang berada diluar, tampak
tidak mendengar sama sekali. Ia masih saja sibuk untuk menghack password
laptop.
Ketika Krit membuka pintu kamarnya, ternyata
Yada memang sedang duduk dikursi kerjanya. Tapi bedanya, Yada kini sedang duduk
mendengarkan musik. Bukannya sedang mengotak-atik laptop.
Dan heran akan itu, maka Krit bertanya. Tapi
karena sedang sibuk mendengarkan musik, Yada tidak menjawab atau lebih tepatnya
pura-pura tidak mendengar.
Sehingga dengan tidak sabaran, Krit
melepaskan headset dari telinga Yada dan kembali bertanya. “Apa yang kamu lakukan duduk disini?”
“Aku tidak bisa tidur,”
balas Yada dengan gugup sambil melihat kearah laptop Krit yang ada diatas meja.
Dan Krit menyadari itu.
Disofa tamu, mereka
duduk bersama. Dan dengan pandangan curiga, Krit terus saja menatap pada Yada.
Sedangkan Yada dengan tegang, ia hanya duduk, tanpa bicara.
“Mengapa kamu tidak
bicara?” tanya Krit.
“Ah.. lagu ini bagus,”
balas Yada, jelas gugup.
“Aku percaya kamu. Tapi
mengapa kamu mendengarkan musik dimejaku?”
“Ka.. karena. Disana
wi-finya sangat cepat.”
“Aku percaya kamu. Aku
percaya setiap kata yang kamu bilang. Karena kamu keluargaku.”
Yada tidak percaya,
karena orang yang biasanya tidak bisa mempercayai siapapun seperti Krit, bisa
dengan mudahnya percaya sekarang. Dan hal itu, membuat Yada menuduh Krit yang
sengaja bilang percaya padanya, untuk menjebak dirinya.
“Jika aku bilang itu
karena cinta, bisakah kamu percaya? Kita adalah keluarga. Kamu istriku. Aku
sudah memilih untuk percaya kamu. Jangan mengecewakanku,” balas Krit dengan
lembut. Sehingga Yada langsung terdiam.
Perlahan Krit
mendekatkan wajahnya untuk mencium Yada. Dan Yada hanya diam saja, tidak
bergerak, tapi ketika wajah Krit sudah sangat dekat. Yada langsung menghindar
dan beralasan bahwa ia ngantuk.
Krit dengan cepat menarik tangan Yada dan
mendudukannya diatas pangkuannya. Karena ia tidak menginginkan Yada untuk pergi.
“Kamu barusan bilang, kalau kamu belum ngantuk.”
“Hooi… ak…aku… kamu mendekat seperti ini,
jika aku tidak mencari alasan. Sudahlah,” balas Yada dengan gugup, tampak salah
tingkah. Setelah itu ia bangkit berdiri dari pangkuan Krit dan mau pergi.
Tapi sekali lagi, Krit menahan Yada untuk
pergi. Ia berdiri dihadapan Yada dan menatapnya,”Jangan mengecewakan aku ya.”
Ditempat lain. Tassana dan Khem akhirnya
telah selesai menyiapkan perlengkapan untuk merayakan ulang tahun special untuk
Kwan. Tapi disana Kwan malah cemberut dan tidak bersemangat.
“Aku tidak mau merayakannya lagi. Aku
terlihat mengerikan,” kata Kwan mengeluh, karena harus memakai topi serta jas
hujan.
“Ini untuk keamanan. Dimalam hari itu jadi
berkabut,” balas Tassana sambil membuka payung dan memayungin Kwan.
Melihat itu, Khem menarik tangan Tassana dan
memberitahu bahwa ia sudah mengecek cuacanya, menurut ramalan cuaca hari ni
akan bagus. Langit cerah tidak berawan. Bahkan tidak ada kabut juga.
Mendengar itu, Kwan langsung tersenyum cerah
dan menyingkirkan tangan Tassana yang memegangi payung untuknya. Dan lalu ia melepaskan
jas hujannya, kecuali topinya, karena Tassana berdehem seperti melarang
padanya.
Dengan penuh perhatian, Tassana mau membantu
Khem untuk membawa barang. Dan pada saat itu, tanpa sengaja tangan mereka jadi
bersentuhan. Karena itu, mereka pun jadi saling terdiam dan bertatapan dengan
senyum.
“Berapa lama kalian mau saling bertatapan?”
goda Kwan, usil, ketika melihat mereka. Kemudian, ia pun pergi duluan
meninggalkan mereka.
Setelah Kwan meninggalkan mereka. Khem serta
Tassana menjadi salah tingkah dan hanya bisa saling tersenyum. Dan secara
bersamaan mereka mau berjalan, tapi tanpa sengaja, malah saling bertabrakan.
Dengan sengaja, Krit menyiapkan segelas susu
hangat untuk Yada, agar ia bisa lebih mudah tidur nantinya. Tapi bukannya
minum, Yada malah bertanya kenapa Krit sendiri belum tidur. Jadi dengan singkat
Krit menjawab kerja.
“Pa mu punya kasino, apa dia punya bisnis
selain itu?”
“Ya. Tapi aku tidak akan memberitahumu,”
balas Krit sambil tersenyum pada Yada. Lalu ia memberikan gelas susu itu dan
menyuruh Yada untuk minum. Jadi Yada pun meminumnya.
“Bagaimana denganmu? Kamu pasti lebih sulit untuk tidur, kan,” kata Yada.
“Ya. Bahkan terkadang aku tidak tidur sama sekali.
Tidak peduli betapa capeknya aku, aku tidak bisa tidur,” balas Krit
membenarkan.
“Aku tau bagaimana melakukan pijatan. Aku
mempelajari ini dari soerang sarjana yang sangat bagus,” cerita Yada, tapi ia
tidak bermaksud apapun. Jadi ketika tiba-tiba saja, Krit membalas bahwa ia
ingin mencobanya dan langsung berdiri menuju kearah kamarnya. Ia menjadi
terkejut.
“Tunggu! Tunggu! Khun! Kita bisa melakukannya
disini,” kata Yada memanggil Krit, agar Krit jangan sampai masuk ke kamarnya.
“Hanya untuk berjaga bila nanti kamu
membuatku tertidur. Jadi aku bisa langsung tidur saja,” balas Krit dengan
santai.
“Huh?”
“Bukan Huh. Ditempat tidur. Sekarang,” kata
Krit sambil tersenyum. Lalu pergi.
Sebenarnya, Yada ingin menghindar dan tidak
mau masuk kedalam kamar. Tapi dengan tegas, Krit memanggilnya. Sehingga ia
menjadi kesal.
Yada akhirnya masuk kedalam kamar. Dan
disana, Krit telah berbaring diatas tempat tidur.
“Kamu mau aku duduk atau berbaring?”
“Duduk,” kata Yada, tegas.
Dan sambil tersenyum kearah Yada, Krit
bangkit dan duduk. Lalu ia menepuk-nepuk kasur, seperti mengisyaratkan agar
Yada naik keatas. Jadi Yada naik keatas tempat tidur.
“Berikan tanganmu. Kepalkan tanganmu,”
perintah Yada. Lalu setelah itu, ia mulai menjelaskan pada Krit sambil memijata
tangannya. Tapi bukannya fokus mendengarkan penjelasan Yada, Krit malah lebih
fokus menatap wajah Yada.
Perlahan Krit bergerak mendekat kearah Yada,
saat Yada memijat tangannya yang lain. Dan Yada masih tidak menyadari hal itu,
sampai ketika ia menoleh untuk menatap kearah Krit. Ternyata wajah mereka sudah
sangat dekat.
Tapi dengan tetap bersikap tenang, Yada
memundurkan wajahnya sedikit dan bertanya apakah Krit sudah merasa ngantuk. Dan
Krit menjawab dengan mengeleng-gelengkan kepalanya, tanda belum.
“Ketika diurut, tetap fokus. Jangan
memperhatikan hal lain,” kata Yada.
“Tapi aku pikir, kamu harusnya memijat
wajahku. Bukankah itu juga bisa?” tanya Krit dengan sangat lembut.
Yada dengan cepat ingin menghindar dari Krit.
Tapi dengan lebih cepat, Krit menahan tangan Yada dan lalu tidur diatas
pangkuan Yada. Dan tentu saja, Yada tidak suka akan hal itu, jadi dengan sekuat
tenaga, ia mencoba untuk mendorong Krit menjauh darinya.
Sayangnya, ia tidak berhasil mendorong Krit
untuk pergi dari pangkuannya.
“Tolong pijat aku. Aku benar-benar stress.
Apa kamu tidak bersimpati padaku?” tanya Krit. Sehingga membuat Yada terdiam
dan berhenti mendorong Krit.
Lalu setelah itu, dengan lembut, Yada mulai
memijat-mijat wajah Krit. Dan ketika, Yada menggosok-gosok tangannya agar
hangat, lalu meletakan kedua tangannya dipipi Krit.
Krit tampak sangat nyaman dipijat oleh Yada. Ia lalu memegangin tangan Yada.
Dan dengan perlahan, Krit memegang belakang kepala Yada. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada Yada. Lebih dekat. Dan semakin dekat.