Company name : Citizen Kane
Didalam
ruangan. Wanita tersebut meminta agar Krit serta Yada menyerahkan hp mereka
kepadanya, dikarenakan radiasi yang ada pada hp atau benda elektronik lainnya
buruk untuk kesehatan Ibu dan anak yang dikandung.
Jadi
dengan agak terpaksa. Yada pun menyerahkan hpnya. Sementara Krit dengan senang
hati menyerahkan hpnya.
Tanpa
berbasa- basi lagi, Krit langsung bertanya pada wanita tersebut, kapan mereka
bisa mendapatkan hasilnya. Jadi wanita tersebut pun menjelaskan bahwa mereka
akan melakukan test darah untuk lebih akurat dan hasilnya akan keluar besok.
Tapi kalau test urine, hasilnya akan keluar hari ini juga.
Krit lalu
memutuskan untuk melakukan test darah, biar hasilnya lebih pasti. Dan setelah
itu dengan lembut, ia memegang tangan Yada serta menatapnya.
“Tidak kah
kamu takut pada jarum?” tanya Krit.
“Istri
lama mu yang takut jarum. Atau istrimu yang kamu ceraikan karena alergi susu.
Jangan jadi bingung,” balas Yada. Sehingga membuat wanita tersebut, menjadi
agak kaget dan bingung harus gimana.
Wanita
tersebut lalu menawarkan agar mereka melakukan test fisik saja sekarang. Tapi
Yada langsung menolak, karena ia ingin beristirahat.
“Aku capek
menonton lakorn (Drama Thailand),” Kata Yada keoada Krit dengan nada yang agak
sinis.
“Kamu
mempunyai soerang perawat yang mempercayaimu,” balas Krit kepada Yada. Lalu
kepada wanita tersebut, ia menjelaskan,”Istriku jahat tapi lucu kan.”
Wanita itu
lagi - lagi menjadi kebingungan harus berkata apa. Jadi ia pun hanya bisa
tertawa saja. Tapi Yada sama sekali tidak peduli dikatain seperti itu, malah
dengan gaya angkuh, ia duduk dikursi roda dan menyuruh Krit mendorongnya.
“Jahat
kan?” tanya Krit sambil tersenyum kepada wanita tersebut.
“Huhu…
tidak! Tidak sama sekali!” balas wanita tersebut.
“Kemudian
kita bisa melakukan check-up didalam kamar, kan?” tanya Krit, lagi.
“Tentu
saja. Silahkan,” balas wanita tersebut.
Yada sama
sekali tidak menyangka kalau Krit akan melakukan itu, tapi ia membiarkan Krit
mendorong kursi rodanya. Dan setelah mereka berdua keluar dari ruangan, wanita
itu langsung memandangin mereka dengan raut heran.
Didalam
kamar. Dua orang perawat, duduk didekat Yada. Satu orang menanyakan data- data
tentang Yada, serta satu orang lagi memeriksa badan Yada. Sedangkan Krit
sendiri, ia duduk tidak jauh dari sana, memperhatikan.
Setiap
menjawab pertanyaan diajukan, Yada pasti selalu melirik kearah Krit. Dan saat
Yada mengira semua nya telah selesai, ia pun bangkit berdiri ingin pergi, tapi
sayangnya itu semua belum selesai.
Dan Krit
tersenyum menertawakan tingkah Yada yang lucu seperti itu.
Test
terakhir, Yada melakukan test darah. Pada saat itu, ketika perawat mengeluarkan
jarum suntik untuk mengambil darahnya, Yada tampak takut. Ia mengalihkan
pandangannya dan memegang erat-erat pegangan sofa.
Dan Krit
yang penuh perhatian datang mendekati Yada. Ia memegangin tangan Yada serta
berusaha menenangkannya. Awalnya Yada mau menolak, tapi karena takut maka ia
pun membalas genggaman Krit. Lalu saat semua nya telah selesai, Yada langsung
melepaskan tangan Krit.
Krit pun
mendekat ingin mencium Yada, tapi dengan cepat Yada lansung menahannya. Dan
Krit pun lalu memberikan kode kepada Yada, sehingga karena takut para perawat
curiga nanti.
Makanya
Yada pun dengan agak sedikit terpaksa, membiarkan Krit memeluknya. Dan mereka
tersenyum kepada para perawat tersebut.
Tapi tentu
saja, baru sebentar, Yada ingin melepaskan dirinya, tidak mau dipeluk. Dan
tentu nya, Krit tidak mau melepaskan nya. Krit tersenyum sendiri dengan tingkah
Yada. Begitu juga dengan Yada, awalnya ia seperti menolak, tapi akhirnya ia pun
ikut tersenyum- senyum sendiri.
Khem
datang kerumah Tassana. Disana ia melihat beberapa kardus yang telah dibungkus
rapi, ditaruh dihalaman serta peralatan ruang tamu yang ditutupi plastik hitam
besar. Saat itu Khem mengingat akan perkataan Tassana yang akan pindah
kepadanya.
Khem pergi
keruangan tempat nya serta Khem menjalankan bisnis, tapi ruangan yang dulu
ramai, kini kosong. Dan pada saat itu Tassana datang, ia menanyakan tujuan Khem
kesini.
“Apa kamu
akan benar- benar pergi?’
“Ya.”
“P’Da
menghilang.”
“Mungkin
Krit yang melakukannya seperti biasa,” balas Tassana, singkat sambil meminum
minumannya. Lalu ia berjalan pergi melewati Khem.
Kwan
memberikan minuman untuk Khem dan lalu ia berjalan pergi begitu saja. Tapi
melihat itu, Khem tidak diam saja, ia berterima kasih kepada Kwan.
“Buat
dirimu sendiri nyaman,” kata Kwan, singkat.
Setelah
Kwan masuk kedalam rumah, Tassana keluar dan menghampiri Khem. Dia mengatakan
agar Khem jangan khawatir tentang Kwan, karena Kwan bukan orang yang pendendam.
“Ya. Aku
tidak sebaik Nong Kwan. Jika seseorang menyakitiku, aku memerlukan waktu,” kata
Khem.
Tassana
mengalihkan pembicaraan dan mengatakan mengenai Yada, Khem tidak perlu
khawatir, karena ia yakin Yada bisa mengurusnya sendiri. Lalu jika Khem masih
khawatir, ia akan menelpon kan Krit untuknya.
“Kamu
berubah banyak,” kata Khem, melihat sikap Tassana yang lebih dingin padanya.
“Kamu
ingin segalanya tetap sama? Sama seperti apa? Seperti yang kamu mau? Kamu butuh
waktu, tapi aku tidak punya waktu lagi, Khun Khem,” balas Tassana.
“Ketika
kamu bilang kamu mencintaiku…,” kata Khem, tampak sedikit ragu.
Saat
Tassana tampak tidak terlalu peduli lagi kepadanya, Khem langsung menyimpulkan
kalau Tassana terluka akan perkataannya dan tamparan yang ia berikan dulu.
“Terserah
kamu,” kata Tassana, lalu masuk kedalam rumah.
Khem balik
ke mobilnya diparkir. Disana dengan sedih, Khem mengingat perkataan Tassana
yang tidak punya waktu untuknya lagi. Dan tepat ketika Khem baru akan membuka
pintu mobil, Kwan menghampirinya. Mereka berdua lalu berpelukan.
“Kita
mungkin tidak akan bisa bertemu lagi kan?” tanya Khem.
“Kamu
masih mau bertemu kami?”
“Rumah ini
adalah rumah yang hangat. Aku tidak akan pernah lupa. Terima kasih ya Kwan.”
“Jangan
berterima kasih kepadaku. Aku hanya minta kamu untuk memaafkan P’Na, tolong ya?
P’Na tidak bisa mengatakan apapun karena dia dan Krit adalah teman.”
“Aku tau.
Aku sudah memaafkannya sejak lama. Tapi untuknya, aku… aku tidak tau jika dia
sudah membenciku sekarang,” kata Khem dengan sedih.
“Apa kamu
masih mencintainya?”
“Ini sudah
terlambat Kwan,” jawab Khem, lalu menyuruh Kwan untuk masuk kedalam. Setelah
itu, ia dan Kwan pun berpelukan untuk terakhir kalinya.
Dimalam
hari. Yada berjalan-jalan di tempat tersebut. Ia berdiri didekat jembatan. Dan
Krit menghampirinya dari belakang. Disana Yada membahas membahas tentang
masalah Krit dan Ayahnya yang mungkin saja hanya salah paham.
Tapi
dengan tegas, Krit mengatakan bahwa Yada sudah tau yang sebenarnya, maka Yada
harus menyiapkan dirinya agar tidak kecewa kepada apa yang diperbuat Dilok.
“Jika kita
punya anak. Anak kita harus mempersiapkan itu juga kan? Kamu pikir, kamu siap
untuk menjadi seorang Ayah? Dan akankah bayi kita menerima Ayah sepertimu?”
tanya Yada, lalu berjalan pergi, meninggalkan Krit yang terdiam.
Yada masuk
kedalam ruangan dan Krit mengikutinya. Dan melihat kedatangan Krit, maka Yada
pun masuk kedalam kamarnya serta menguncinya. Yada membuka lemari bajunya.
“Dia ingin
akau tinggal disini selama seminggu?” keluh Yada. Lalu ia pergi ke beranda,
memeriksa keadaan. Setelah itu ia memutuskan untuk lompat kebawah.
Tepat
disaat itu, Krit yang berada dikamar sebelah, keluar dan melihat itu. “Tidak
kah kamu khawatir tentang bayi dalam kandungan?” tanyanya.
Ternyata
beranda mereka berdua itu menyatu. Jadi dengan santai Krit berjalan mendekati
Yada. Dan Yada pun langsung bertanya, apa setelah hasilnya keluar besok, Krit
akan membiarkannya pulang.
“Mungkin,”
kata Kri, singkat.
“Mungkin.
Apa maksudmu?” tanya Yada.
“Mari
tunggu hasilnya dulu besok, kemudian kita akan membicarakan itu.”
Krit lalu
berjalan dan masuk kedalam kamar Yada. Dan tentu saja, Yada keberatan, karena
ia tidak mau tidur bersama Krit. Jadi Krit pun menjelaskan bahwa tempat mereka
berada sekarang ini, suami harus menjaga istri nya 24 jam. Sehingga mereka
berdua bisa lebih dekat.
Yada
merasa kesal dan ingin keluar, tapi Krit langsung menarik tangannya dan
mendudukan Yada diatas pangkuannya. Setelah itu dengan lembut, Krit berkata
bahwa ia hanya ingin memeluk Yada saja.
Berdua
mereka lalu tidur bersama dengan wajah yang saling berhadapan. Dan ketika itu
dengan perlahan Krit mendekatkan wajahnya untuk mencium Yada. Jadi untuk bisa
menghindari itu, maka yada pun jujur.
“Maksudmu
aku tidak perlu menunggu dan mendengar hasilnya besok? Da, bisakah kamu
mengatakannya dengan keras, sekali lagi?” pinta Krit.
“Aku
hamil, Khun Krit,” jawab yada dengan tegas.
Kali ini
saat Krit mencium pipinya, Yada membiarkannya, malah ia pun tersenyum, tampak
sekali bahagia. Setelah itu, ia memberitahu Krit, bercanda kepadanya.
“Tapi aku
tida tau, apa aku hamil denganmu atau tidak,” canda Yada. Lalu kembali
berbaring dan tidur. Dan Krit ikut berbaring sambil memeluk Yada dari belakang.
Dengan penuh
kebahagian, Krit tidur sambil tersenyum dan memeluk Krit. Dan Yada juga sama,
ia tersenyum, tapi ia tidak tidur, seperti ia sedang memikirkan sesuatu.
Keesokan
paginya. Ketika bangun tidur. Krit merasa heran dan panik, ketika ia melihat
kalau Yada tidak lagi berada disampingnya. Tidak juga berada didalam kamar
serta ruangan mereka. Bahkan Yada tidak ada di sekitar tempat ini.
Wanita
kemarin yang menemani mereka ditempat itu, menanyai Krit, saat ia melihat Krit
yang tampak panik.
“Khun
Sharkrit!” panggilnya.
“Istriku
menghilang.”
“Khun
Yada?”
“Aku hanya
punya satu istri! Istriku menghilang!”
Dengan
panik, tanpa memperdulikan wanita itu lagi. Krit langsung mengelilingin setiap
ruangan ditempat itu dan memeriksa, mencari Yada. Tapi Yada tetap tidak ditemukan.
Malah yang ada ia membuat para Ibu hamil disana, merasa terkejut.
Dan wanita
kemarin mengikuti Krit. Serta membantu untuk menenangkan para Ibu hamil yang
merasa terkejut, karena ulah Krit.
Ditaman.
Wanita tersebut mencoba untuk menenangkan Krit dan tepat disaat itu, ia melihat
Yada sedang melakukan penenangan bersama Ibu hamil lainnya. Tapi Krit tidak
sadar akan hal itu dan masih bersikap panik.
“Panggil
semua penjaga sekarang! Aku akan menanyai mereka,” perintah Krit.
“Saya kira
itu tidak perlu.”
“Kamu
ingin mengabaikan tanggun jawab seperti ini?!” teriak Krit.
“Tanggung
jawab apa?!” tanya wanita itu, makin heran.
“Istriku
menghilang!”
“Istrimu
tidak menghilang! Kamu dengan saya? ISTRI - MU - TIDAK - MENGHILANG! Khun
Sharkrit! Istrimu tidak menghilang!” balas wanita itu, menekan kan kata-
katanya kepada Krit, lalu dengan mulutnya,
ia menunjukan Yada yang sedang berada di tengah halaman.
Yada serta
para Ibu hamil yang mendegar teriakan itu, langsung berhenti bergerak,
memperhatikan mereka. Dan Krit yang akhirnya melihat keberadaan Yada. Ia
langsung berlari dengan kencang menghampiri Yada dan memeluknya erat- erat.