Sinopsis K-Drama : Ms. Hɑmmurɑβi Episode 05 - 3

Images by : JTBC
O Reum berjalan pulang bersama Ba Reun. Dia terduduk lemas dan merasa semua adalah salahnya. Ba Reun memberitahu kalau O Reum tidak salah. O Reum merasa kalau semua yang dilakukannya hanya hal egois. Ba Reun menyemangati dan memuji O Reum karena berani melawan yang salah. Dia meminta O Reum untuk tidak menyerah karena sudah melibatkannya. O Reum terharu mendengarnya.
Esok hari,
Ba Reun melihat O Reum yang sedang berbincang dengan nenek di ruang tunggu. Saat O Reum kembali ke ruangan, dia bertanya apa yang mereka bicarakan? Apa O Reum menyuruh nenek untuk tidak menerima uang berdamai?
“Aku menyuruhnya untuk mengambil uangnya. Ia tak punya rumah. Dia bisa saja berakhir di jalanan. Dia bisa menyewa apartemen kecil dengan uang itu. Kesehatannya juga berkurang sejak dia melakukan protes sendiri dan stress berkepanjangan. Boleh aku sebut sepercik keberuntungan di tengah-tengah ketidak beruntungan? Sesuatu yang lucu terjadi. Uang damai yang ditawarkan berjumlah 20 juta won, namun yang dikirimkan ke rekening pengacaranya sejumlah 50 juta won untuk nenek itu,” beritahu O Reum.
“Bagaimana bisa?”
“Aku belum memberitahumu, tapi NJ Group membeli RS itu. Wakil Presdir Min akan jadi direktur eksekutif RS itu. Aku bisa saja marah, tapi saat aku dengar sejumlah 50 juta won, aku jadi bersyukur. Aku benci mengakuinya, tapi aku cukup iri dengannya. Aku kesana kemari melakukan semuanya, tapi aku tetap saja tak bisa membantu apa-apa baginya. Tapi, uang Yong Jun Oppa, bisa memberikannya tempat hangat untuk tinggal dan makanan untuk dimakan. Aku yakin dia lebih bersyukur.”
O Reum pergi menemui Hakim Han. Hakim Han mengabaikannya. O Reum datang untuk meminta maaf dan meminta Hakim Han untuk mendengarnya sekali ini saja. Dia mau meminta Hakim Han untuk membujuk majelis hakim lainnya untuk datang ke rapat sidang. Dia yang menekankan kalau ini bukan untuk membuat para hakim melawan majelis hakim, tapi untuk keadilan.
“Kalau begitu, aku mau bertanya. Sebelum kau menyebarkan petisi agar dia dijatuhkan sanksi dan buat keributan untuk mengadakan rapat apa kau sudah mengajaknya (Ketua Majelis Hakim Sung) bicara? Apa pekerjaanmu? Bukankah kau hakim? Hakim harus mendengar dari dua sisi agar bisa memutuskan. Apa kau sudah mencoba bicara dengan Ketua Majelis Hakim sebelum kau mengajukan tuntutan? Kau bahkan tak membicarakan masalah ini padaku. Kau langsung beraksi tanpa memikirkannya. Aku tak memintamu minta maaf. Aku ingin kau tahu bahwa kau salah. Kalian semua tidak paham urutan yang benar. Para Ketua Majelis Hakim juga manusia. Kita bukanlah monster atau alien. Paham?” jelas Hakim Han.
O Reum terdiam. Dia seolah menyadari letak kesalahannya.
O Reum pergi ke pasar dan bertemu para ahjumma serta neneknya. Dia memberitahu kalau dia sudah salah karena hanya membela kenalannya tanpa mendengarkan pihak lain. Dia merasa kalau dirinya tidak pantas menjadi hakim. Nenek mengajak O Reum ke kuil.
Mereka ke kuil dan berdoa. Nenek menyuruh O Reum untuk memiliki hati yang mengampuni, mengasihi dan merangkul semua orang yang menderita di dunia ini.
Esok hari,
Rapat sidang dilakukan. Sejumlah hakim datang untuk mengikuti rapat tersebut. Hakim Agung dan Hakim Kepala sudah menunggu di dalam. O Reum dan Ba Reun cemas karena waktu rapat sudah mau di mulai, tetapi baru sedikit hakim yang datang dan belum ada satu pun Majelis Hakim yang datang. Ba Reun juga kecewa karena Bo Wang tidak datang.
Bo Wang pergi ke ruangan Ba Reun tetapi Ba Reun tidak ada. Sek. Lee memberitahu kalau Ba Reun pergi rapat. Bo Wang merasa tidak enak, dia tahu kalau apa yang dilakukan Ba Reun dan O Reum tidak salah.
“Aku kecewa. Pergilah cepat. Sekarang sudah pukul 4,” ujar Sek. Lee.
Dan hal itu memberi Bo Wang kekuatan. Dia segera berlari menuju ruang rapat.
Hakim Kepala memberitahu kalau waktu sudah lewat 5 menit dari waktu yang di tetapkan. Jadi, dia akan membatalkan rapat karena kuota tidak terpenuhi. Tepat saat itu Hakim Han masuk dan menyuruh Hakim Kepala bersabar. Hakim yang sudah tua seperti mereka itu susah kalau harus berjalan cepat. Dia menyuruh Hakim Kepala untuk menunggu beberapa menit lagi. Ba Reun dan O Reum terharu mendengarnya.
Tidak lama, para majelis hakim yang lain datang. Ada Hakim Gam, Hakim mediator dan hakim lain yang memiliki penampilan eksentrik. Dan lebih menggagetkan lagi, Hakim Oh, hakim terbaik dari terbaik, juga turut hadir dalam rapat.
O Reum merasa terharu, para hakim yang tidak di anggap dan di kira sulit, datang untuk mengikuti rapat. Ba Reun juga senang melihat Bo Wang datang ke rapat. Dan banyak sekali hakim yang sebelumnya menolak O Reum dan Ba Reun datang, bahkan mantan hakim juga ada yang datang.
Tetapi, kuota tetap masih belum terpenuhi. Masih butuh 20 orang lagi. Dan karena itu dia hendak membatalkan rapat.

O Reum bangkit. Dia meminta izin pada Hakim Agung untuk membuat beberapa pernyataan. Hakim Kepala menolak permintaan O Reum. O Reum meminta maaf terlebih dahulu dan mengingatkan kalau rapat di pimpin oleh Hakim Agung. Dan Hakim Agung memberi izin pada O Reum untuk menyampaikan pernyataannya. O Reum berterimakasih padanya.
“Saya berterima kasih kepada semua yang telah hadir pada kesempatan ini. Pertama-tama, ada hal yang ingin saya ungkapkan. Saya menyukai Ketua Majelis Hakim Han. Saya menyukai bagaimana lehernya selalu menunduk saat membaca semua file-file kasus. Saya juga menyukai perut buncitmya karena dia jarang berolahraga. Dia menua lebih cepat dari pada lainnya. Saya juga menyukai bagaimana dia berkembang. Saya juga menyukai pakaiannya dan sepatunya yang kekecilan. Saya tidak suka saat beliau mulai meluapkan emosinya, tapi kemudian menyesalinya. Jadi, saya lebih menyukainya. Lebih dari apa pun, beliau sudah bekerja lebih dari 20 tahun. Namun, beliau menganggap semua kasus layaknya manusia. Itulah yang saya sukai dari beliau. Beliau menyuruhku meninjau kasus lagi dan lagi. Berat rasanya jadi seorang Hakim Anggota. Saya harap semua Hakim Anggota menyukai Ketua Majelis Hakim masing-masing seperti saya. Saya tidak senang apabila Ketua Majelis Hakim seperti mereka tak punya waktu untuk bersantai. Saya tidak menyukai sistem dimana mereka harus bekerja dikejar waktu. Daripada kompetitif dan takut untuk gagal, saya harap semuanya bisa saling membantu satu sama lain. Daripada memusingkan berapa jumlah kasus yang ada, saya harap kita semua menganggap semua kasus selayaknya manusia. Saya harap kita semua memiliki hati untuk peduli dengan rekan yang bekerja sama dengan kita. Kita tak bisa memulai rapatnya karena tidak cukup orang. Tetapi, banyak yang sudah meluangkan waktu untuk datang kemari. Hakim wanita yang saya hormati pun turut hadir. Beliau selalu membela yang lemah. Saat pidato di hari pensiunnya, beliau mendeskripsikan seseorang yang mendaki Gunung Himalaya sendirian. ‘Dia pasti bisa maju dan menang pertarungannya sendiri. Saat dia tak bisa menang, dia mundur dengan berlinang air mata.’ Kita juga bisa mundur dengan tersenyum. Karena begitu banyak yang sudah sempat hadir pada hari ini dan sudah mengambil langkah pertama bersama. Terima kasih.”
Semua orang bertepuk tangan atas pidato O Reum yang penuh arti tersebut. O Reum menangis terharu.
Bo Wang menghampiri dan berbisik kalau O Reum maju jadi presiden, dia pasti akan mencoblosnya. Ba Reun tersenyum kecil mendengar candaannya. Rapat sidang pun di bubarkan.

Hakim Sung sudah menunggu di depan pintu. Dan begitu melihat rombongan Hakim Kepala, dia segera menundukkan kepala dan meminta maaf atas kesalahannya. Tetapi, Hakim Kepala hanya melewatinya begitu saja. Hakim Sung tercengang.
Hakim Sung kembali minum-minum dengan wartawan. Dia terlihat sangat stress. Wartawan mengejek Hakim Sung yang sudah tinggal berpisah bersama keluarganya yang tinggal di luar negeri selama 5 tahun dan bahkan sekarang membuat masalah di pengadilan. Hakim Sung berusaha tidak marah, dia bahkan mengatakan kalau ini hanya masalah kecil. Dan dia akan melupakannya seolah tidak ada yang terjadi. Dia berusaha menyemangati dirinya sendiri. Dia menegaskan pada dirinya sendiri kalau dia sudah benar-benar berusaha keras. Dan air matanya menetes.



Post a Comment

Previous Post Next Post