Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 12 - part 1

Broadcast Network        Tencent



Dikejauhan. Dihalaman. Didalam tendanya, He Lan menonton para wanita yang sedang menari didalam ruangan. Para wanita itu menari sambil tertawa dengan riang, diiringin permainan kecapi.


Melihat itu semua, He Lan mengingat tentang Hui Yan yang juga tampak senang dan tertawa, ketika sedang menari.



He Lan lalu mengambil sebuah papan kayu dan mulai menulis sesuatu menggunakan sebatang kayu, sambil mengingat wajah Hui Yan yang dilihatnya saat terakhir kali, sebelum Hui Yang meninggal.



Kuan Yong datang menghampiri He Lan. Ia mengabarkan kalau langit malam saat ini sangat bagus, jadi jika mereka berangkat sekarang, mereka bisa tiba di Chang An besok siang.

“Chang An? Baiklah. Kita hampir sampai dirumah,” kata He Lan sambil memperhatikan para wanita yang masih menari tersebut.



“Musik nya sangat bagus,” komentar Kuan Yong. Ia ikut melihat kearah He Lan melihat. Lalu setelah itu, karena He Lan masih ingin sendiri, maka ia pun pergi.


Saat Kuan Yong telah pergi menjauh, He Lan mengambil papan yang ditulisnya tadi. Ia melemparkan papan tersebut ke api unggun yang berada didepannya.


“Itu sangat special. Seperti lagu lama. Pertama kali aku mendengar itu, aku merasa seperti déjà vu. A Gui begitu berbakat, bisa menulis lirik yang begitu indah,” kata Pi Pi menjelaskan alasanya menyukai lagu tadi. Tapi ada beberapa lirik yang tidak bisa dimengertinya.



Dan Pi Pi pun bertanya kepada He Lan, tapi sebelum He Lan menjawab, A Gui memanggil He Lan. Ia ingin meminta berkat dari He Lan. Dan He Lan melakukannya.



A Gui menundukan kepalanya dan He Lan memegang kepalanya. Dan melihat itu dari jauh, Pi Pi hanya bisa diam dengan agak canggung.



Setelah selesai, He Lan mengajak A Gui untuk menemui Pi Pi. Ia mengatakan bahwa Pi Pi adalah Hui Yan dalam kehidupan ini. Dan A Gui mengikuti He Lan.



“Ini adalah Nona Guan. Dia benar- benar suka lagumu,” kata He Lan, memperkenalkan. Dan tentu saja, Pi Pi sangat senang.

“Aku lupa memberitahumu. A Gui dan aku adalah jenis yang sama,” jelas He Lan.

“Halo, Nona Guan. Senang bertemu denganmu,” kata A Gui menyapa.


“Halo, aku fansmu. Aku bisa menyanyikan semua lagumu. Khususnya lagu tadi, aku benar- benar suka itu,” kata Pi Pi dengan riang.

“Terima kasih, nona Guan. Namun sebenarnya, lagu itu bukan hasil kerjaku.”

“Ahh.. kemudian siapa yang menulis itu?”



“Mungkin kamu bisa menanyakan dengan orang disebelahmu (He Lan). Walaupun aku yang menyusun nadanya, namun Imam yang menuliskan liriknya. Aku merasa terhormat bisa membaca lirik dari Imam, itu sangat indah. Jadi aku memohon padanya dan kemudian menambahkan nada untuk itu,” kata A Gui sambil menunjuk kepada He Lan.

Dan mendengar itu, Pi Pi hanya bisa mengatakan ‘Ooo’ sambil menatap tidak percaya kepada He Lan yang hanya diam saja.


Dalam perjalanan pulang. Pi Pi memulai pembicaraan, “Lirik yang kamu tulis itu. Walaupun aku tidak mengerti terlalu banyak, tapi ntah kenapa, aku merasakan sesuatu setelah mendengarkan itu.”


He Lan menjelaskan arti dari lirik yang ditulisnya, yaitu tentang seseorang yang meninggalkan oleh orang yang dicintainya. Setelah sekian lama, dia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk kembali ke Chang An, tapi orang yang dicintainya sudah tidak disana lagi.


“Orang yang dicintainya? Apa kamu menuliskan itu untuknya?” tanya Pi Pi.

“Itu sudah lama sekali. Aku tidak bisa mengingat dengan jelas,” kata He Lan.

Disaat He Lan dan Pi Pi sedang mengobrol. Seorang pria yang memakai jaket dan tudung kepala, melewati mereka berdua. Pria itu tampak mencurigakan, karena ia terus memperhatikan He Lan serta Pi Pi. Lalu pria itu mengeluarkan hpnya dan menghubungin seseorang.



He Lan dan Pi Pi yang tidak menyadari hal itu menjadi agak heran, saat tiga orang pria yang memakai masker serta menaiki motor datang menghadang mereka.

“Lama tidak bertemu, kalian berdua,” sapa salah satu dari pria itu.



Pi Pi tampak menyadari sesuatu. Ia mundur dan bersembunyi dibelakang punggung He Lan, “Kelihatannya orang itu adalah orang yang mencuri dompetku dulu,” kata Pi Pi dengan suara kecil kepada He Lan.

“Bukankah kalian hanya ingin uang? Aku akan memberikan kalian uang,” kata Pi Pi kepada ketiga pria itu.


“Siapa yang ingin uang darimu?!” kata pria itu. Ia mengeluarkan sebuah pisau lipat kecil dan mengarahkan itu kepada He Lan, seperti mau menantangnya.

“Aku peringatkan agar kalian cepat pergi,” kata He Lan dengan tenang.


Orang- orang tersebut sama sekali tidak mau mendengarkan. Mereka bergerak kedepan dan menyerang He Lan serta Pi Pi. Namun dengan sigap He Lan segera mendorong Pi Pi untuk mundur dan melawan mereka.



Tapi sayangnya, seorang komplotan mereka yang mengawasi He Lan serta Pi Pi tadi datang menyerang Pi Pi dari belakang. Dan melihat itu dengan cepat, menggunakan kekuatannya, He Lan mendorong orang tersebut menjauh dari Pi Pi.

Dan tentu saja, tiga orang lainnya yang melihat hal itu menjadi ketakutan dan pergi melarikan diri dari sana.



Saat melihat Pi Pi memegang lehernya dan tampak kesakitan, He Lan menjadi khawatir dan bertanya apa Pi Pi baik- baik saja. Dan sambil tersenyum, Pi Pi menjawab bahwa ia baik- baik saja, karena ia tidak mau He Lan khawatir.


“Singkirkan tanganmu dan biarkan aku melihat,” kata He Lan memaksa Pi Pi.

“Aku tidak apa- apa. Ini Cuma luka kecil,” balas Pi Pi, masih menyangkal.

Karena Pi Pi masih bersikap seperti itu, maka He Lan dengan lembut menarik tangan Pi Pi dan lalu ia melihat ada sebuah luka goresan yang agak besar di leher Pi Pi.


“Aku akan menyembuhkan itu untukmu,” kata He Lan, tegas. Dan itu membuat Pi Pi menjadi heran. Namun tanpa menjawab, He Lan mendekat ke leher Pi Pi dan menjilatinya.



Dirumah. Ketika telah selesai mandi, Pi Pi memperhatikan luka yang ada di lehernya. Dan luka yang ada dilehernya tadi, memang benar telah menghilang. Lalu Pi Pi memegang kalung Pearl of Charm dilehernya sambil tersenyum malu- malu.



Pi Pi mengingat saat He Lan mengantarkannya pulang. Didepan rumahnya, He Lan memberikan kalung Pearl of Charm kepadanya. He Lan mengatakan bahwa ia ingin Pi Pi untuk memakai kembali kalung itu, bukan karena ia takut Pi Pi akan membocorkan rahasianya, namun karena ia ingin melindungin Pi Pi.



“Aku percaya padamu,” kata Pi Pi sambil tersenyum. Dan lalu He Lan pun memasangkan kalung tersebut dilehernya.

Dibelakang punggung Pi Pi tampak empat garis merah yang sangat jelas.


Pagi hari. Xiu Xian serta Kuan Yong sudah cerewet, menanyakan apa benar Xiao Ju telah mengundang He Lan untuk membantu S yang ke empat dan apa Pi Pi setuju. Dan Xiao Ju membenarkan hal itu.


“Kemudian, jika mereka setuju untuk melakukan S yang ke empat. Apa itu membuktikan mereka telah setuju bersama?” tanya Xiu Xian, penasaran.

“Masalah kecil seperti itu bisa dianggap begitu,” kata Xiao Ju dengan santai.



“Masalah kecil? Apa manusia memperlakukan hal ini seperti masalah yang biasa? Aku selalu berpikir seperti ini. Dua orang yang saling mencintai, baru bisa bersama,” kata Xiu Xian sambil memeluk lengan Kuan Yong, mempraktekannya.

“Meskipun masalah ini akan lebih baik, jika dua orang memiliki hubungan yang baik antara satu sama lain. Tapi sesama teman kerja juga bisa pergi bersama. Lalu disana juga begitu banyak orang asing yang pergi bersama,” kata Xiao Ju dengan sikap santai.


Namun Kuan Yong yang mendengar itu menjadi terkejut. Sedangkan Xiu Xian menjadi kagum kepada He Lan, karena dia bisa menyikapi hal itu dengan sikap biasa.

“Seperti kita berdua dimasa lalu…” kata Xiu Xian, namun segera di potong oleh Kuan Yong.

“Xiu Xian, berhenti bicara.”



Tepat disaat mereka bertiga sedang mengobrol, Pi Pi datang ke toko. Dan dengan pandangan penuh arti, Xiu Xian serta Kuan Yong memandang Pi Pi. Dan hal itu membuat Pi Pi menjadi heran.

“Apa ada yang salah?” tanya Pi Pi.


Xiu Xian memberikan kode kepada Kuan Yong untuk bertanya. Dan Kuan Yong membalas memberikan kode agar Xiu Xian saja yang bertanya.

“Eh.. aku tau kalian berdua dekat. Tapi apa harus pakai kode- kodean seperti itu?” tanya Xiao Ju secara langsung, ketika melihat mereka berdua seperti itu.

“Nona Guan, kemarin malam.. kamu benar- benar melakukan S yang ke empat dengan Tuan He Lan, kah?” tanya Kuan Yong dengan agak gugup.



“Kalian sudah tahu, ya? Terima kasih ya. Aku benar- benar menghargai itu. kalian berdua…” jawab Pi Pi mau memberitahu, namun Kuan Yong menhentikannya.

“Tidak apa. Selama kamu bahagia. Kamu tidak perlu memceritakan detailnya kepada kami,” kata Kuan Yong dengan masih gugup.

“Mengapa tidak? Nona Guan tolong lanjutkan. Aku ingin dengar,” kata Xiu Xian sambil tersenyum kepada Pi Pi.


Tepat disaat itu, He Lan datang ke toko. Ia masuk dan meminta maaf kepada Pi Pi atas insiden semalam serta bertanya apa Pi Pi masih merasa sakit. Dan Pi Pi membalas bahwa itu sudah tidak sakit lagi.

Xiu Xian serta Kuan Yong yang mendengar itu saling berpandangan.


He Lan lalu mengatakan kalau ia ingin berbicara berduaan dengan Pi Pi. Dan dengan penuh perhatian Xiao Ju langsung menyeret Xiu Xian serta Kuan Yong yang masih duduk disana. Ia membawa mereka berdua keluar dari toko untuk memberikan waktu bagi He Lan.



Setelah mereka bertiga keluar. He Lan menanyakan apa Pi Pi  mempunyai waktu saat weekend ini, karena akan ada pesta wine. Dipesta itu akan ada banyak temannya yang berkumpul, jadi ia ingin mengundang Pi Pi.



Sedangkan diluar toko. Mereka bertiga membahas tentang S yang keempat. Kuan Yong mengatakan bahwa ia tidak menyangka kalau S yang keempat akan memberikan hasil yang begitu bagus. Dan Xiu Xian membenarkan, karena kemarin He Lan begitu depresi, tap hari ini tidak.

“Tentu saja. S yang ke empat sangat penting bagi seorang gadis. Kekuatan seorang Idola itu tidak terbatas,” kata Xiao Ju dengan bangga.



“Huh? Tuan He Lan juga idola Nona Guan? Bagaimana aku tidak tau?” tanya Xiu Xian, heran.

“Apa sih? S keempat yang kubicarakan itu adalah Superstar,” balas Xiao Ju.

“Superstar apa? Huh.. mereka melakukan cosplay ya kemarin?” tanya Xiu Xian dengan suara kecil dan sikap tidak percaya. Dan lalu ia tertawa dengan sikap yang aneh.


Mendengar perkataan Xiu Xian membuat Xiao Ju menjadi heran. Xiao Ju lalu menjelaskan bahwa seorang gadis pasti akan sembuh saat sedang sedih, ketika dia melihat idolanya.

“Apa yang kamu bicarakan? Apa yang kamu mintakan sebenarnya kepada Tuan He Lan kemarin sih?” tanya Xiu Xian, heran.



“Aku minta Tuan He Lan untuk tolong belikan tiket konser A Gui untukku,” jawab Xiao Ju. Dan Kuan Yong pun tersenyum, tanda mengerti. Sedangkan Xiu Xian malah tampak terkejut.

“Kami mengira S keempat yang kamu bicarakan adalah tentang…” kata Kuan Yong, menjelaskan. Namun dengan cepat Xiu Xian menghentikan Kuan Yong dan mengatakan kepada Xiao Ju bahwa mereka mengerti.


Di Amerika. Di Kosan. Tian Xin minum wine di dapur. Dan ketika ia melihat Jia Lin yang baru pulang, ia memanggilnya. “Kamu akhirnya pulang, ya.”



“Apa yang kamu lakukan didapur tengah malam begini?” tanya Jia Lin dengan lembut, mendekati Tian Xin.

“Jadi kamu tau ini sudah tengah malam. Kemana kamu pergi?”  balas Tian Xin, bertanya.

“Bukankah aku sudah bilang aku menemui professor ku?” jawab Jia Lin.

“Kamu menemui professor saat siang. Jam berapa sekarang?” tanya Tian Xin lagi, tampak tidak percaya.


Jia Lin menjelaskan bahwa ia bertemu beberapa Senior, jadi mereka mengajaknya untuk makan malam. Dan mendengar itu, Tian Xin bertanya mengapa Jia Lin tidak menghubunginnya jika begitu, ia bisa saja pergi menemani Jia Lin.

“Maaf. Hapeku habis baterai. Aku mau menjemputmu, tapi aku tidak pergi karena aku kira tidak cukup waktu,” jelas Jia Lin.



“Berikan hape mu padaku,” minta Tian Xin sambil mengulurkan tangannya.

Jia Lin heran dan tidak mau memberikan hpnya. Namun Tian Xin tetap memaksa, ia mau mengetes apa benar hape Jia Lin habis baterainya. Dan dengan agak berat, Jia Lin pun memberikan hapenya.


“Coba saja hidupkan. Tapi mungkin disana masih ada beberapa baterai yang tertinggal, jadi jika kamu bisa menghidupkannya,” kata Jia Lin sebelum Tian Xin menyalakan hpnya.

Saat Tian Xin menghidupkan hape Jia Lin, ternyata benar, apa yang dikatakan Jia Lin itu benar, dia tidak berbohong.



“Lihatkan. Aku tidak bohong padamu. Mengapa kamu tidak mempercayaiku?” tanya Jia Lin.


“Aku juga tidak tau apa yang salah denganku,” jawab Tian Xin dengan lemas. 



Ia lalu menghabiskan wine yang ada didalam gelasnya. “Itu mungkin karena kamu juga berbohong kepada Pi Pi seperti ini,” kata Tian Xin, lalu masuk kedalam kamar duluan.

6 Comments

Previous Post Next Post