NB : Sorry ya semuanya. Ada
kesalahan pengetikan untuk nama tokoh Imam Kiri. Seharusnya nama peran untuk
Imam Kiri itu Zhao Song, bukan Qi Lin.
Qi Lin itu adalah nama
asli dari Zhao Song dikehidupan nyata. Aku salah ngetik, karena selama ini aku
mikir Qi Lin itu sebutan untuk Zhao Song, sama seperti He Lan yang memiliki
banyak sebutan.
Dan karena itu, maka di
episode ini, aku bakal ketik nama Zhao Song, bukan Qi Lin lagi. Sorry ya..
Broadcast Network : Tencent
Dizaman Hui Yan kedua, ketika bunga
yang berada dipunggungnya telah mekar dengan sempurna dan bercahaya dengan
sangat terang, disaat itulah Hui Yan akan menghembuskan nafas terakhirnya.
Begitu juga dengan Hui Yan yang ketiga.
Dan walaupun melihat itu, He Lan
sama sekali tidak bisa berbuat apapun. Satu- satunya yang bisa ia lakukan
adalah memeluk mereka dan menemani mereka, disaat mereka menghembuskan nafas
terakhir mereka.
He Lan : Jangan takut. Aku disini. Aku
akan selalu bersama denganmu.
Dirumah He Lan. Pi Pi memperingatkan
He Lan agar tidak memakain pakaian yang terlalu baru. Dan He Lan pun mengikuti
saran Pi Pi. Namun ketika melihat pakaian yang dikenakan oleh Xui Xian dan Kuan
Yong, maka Pi Pi pun mulai mengomel.
“Kalian berdua, bukankah aku sudah
bilang untuk memakai pakaian lama?” tanya Pi Pi.
Dengan heran, Xui Xian mulai
memperhatikan pakaian yang dipakainya serta pakaian yang dipakai oleh Kuan
Yong, tapi ia tidak menemukan keanehan. “Ini sudah lama.”
“Tidak, maksudku yang lebih lama
lagi. Pakaian yang telah banyak dicuci dan mulai pudar atau kusut,” jelas Pi
Pi.
“Pakaian mereka biasanya tidak bisa
dicuci,” balas He Lan, memberitahu.
“Tidak bisa dicuci? Bagaimana jika
kotor?” tanya Pi Pi menjadi heran.
“Kami tidak menggunakan mereka
lagi,” jawab Kuan Yong.
“Kami membuang mereka,” tambah Xui
Xian.
Mendengar hal itu, Pi Pi menghela
nafas dengan pelan, karena itu semua diluar bayangannya dan karena ia tidak
menduga kalau ternyata mereka adalah seseorang yang seperti itu.
“Ayo jangan membicarakan tentang
pakaian lagi. Kemari dan duduklah,” kata He Lan sambil menarik tangan Pi Pi
kearah sofa dan mempersilahkannya untuk duduk.
Dengan bangga Kuan Yong menjelaskan
tentang pengetahuan yang ia dapatkan dari Drama keluarga china yang sering ia
tonton. Didalam drama itu dijelaskan barang- barang yang harus dibawa agar
acara lamaran sukses.
Kuan Yong lalu membuka sebuah koper
yang telah ia siapkan diatas meja. Dan didalam koper itu terdapat sebuah buku
cek. “Pertama dari semuanya, hadiah uang. Mempertimbangkan beberapa hal, biaya
membesarkan seorang anak adalah sekitar dua juta yuan,” jelas Kuan Yong.
Selanjutnya Xui Xian membuka koper
kedua yang berada diatas meja. Dan didalamnya terdapat satu set perhiasan yang
sangat indah dan mewah. Lalu dikoper ketiga, berisi surat- surat berharga.
Dan melihat semua itu serta
mendengarkan penjelasan mereka, Pi Pi pun menjadi kebingungan dengan maksud
mereka.
“Hanya yang sederhana saja. Beli
saja beberapa apel atau pir,” kata Pi Pi, menjelaskan kepada mereka semua.
“Apel? Pir? Tidak! Berdasarkan dari
drama yang kami tonton, apel dan pir tidak akan bisa mendapatkan persetujuan
dari Ibumu untuk menerima Tuan He Lan,” balas Xui Xian, tidak setuju.
Dengan capek, Pi Pi pun menghela
nafas dan mengajak He Lan untuk segera berangkat kerumahnya, karena ini sudah
waktunya. Namun sebelum ia dan He Lan pergi, ia mengatakan kepada Xui Xian
serta Kuan Yong agar tidak membawa itu semua, karena itu tidak akan bisa berhasil.
“Lalu apa yang harus kita bawa?”
tanya He Lan dengan bingung.
“Lupakan sajalah. Ayo berangkat,”
balas Pi Pi sambil menarik tangan He Lan.
“Pergi dan belikan beberapa apel
serta pir. Cepat ya,” perintah He Lan kepada Xui Xian serta Kuan Yong. Lalu
mengikuti Pi Pi.
Dirumah Pi Pi. Dengan sikap canggung
He Lan, Xui Xian, serta Kuan Yong duduk bersama menghadap kedua orang tua Pi
Pi. Dan melihat sikap duduk mereka itu, membuat kedua orang tua Pi Pi pun
menjadi keheranan.
Karena He Lan duduk dengan sangat
tegap sekali. Sementara Xui Xian dan Kuan Yong duduk menyamping dengan punggung
tegap yang saling menempel.
“Apa sesuatu terjadi didalam
keluargamu?” tanya Ibu Pi Pi kepada He Lan.
He Lan menyentuh tangan Kuan Yong,
memberikan kode. Lalu Kuan Yong menyenggol pelan bahu Xui Xian, memberikan
kode. Kemudian Xui Xian mengambil sebungkus barang dan memberikannya kepada
Kuan Yong. Lalu Kuan Yong memberikan barang itu kepada He Lan. Kemudian He Lan
memberikan itu kepada kedua orang tua Pi Pi.
Suasana menjadi sangat hening. Kedua
orang tua Pi Pi saling bertatapan, lalu mereka melihat kepada Pi Pi serta
kepada He Lan. Dan dengan sikap gugup, Pi Pi serta He Lan, menunggu respon dari
kedua orang tua Pi Pi.
“Selama kamu memperlakukan anak kami
dengan baik, tidak ada masalah untuk menikah,” kata Ayah, mulai bicara. Dan Pi
Pi tersenyum kecil, senang.
Namun dengan tiba- tiba, Ibu
berteriak kepada Ayah,”Diam.”
Ibu lalu memberikan kode dengan
matanya kapada Ayah agar mengambil dan membuka kotak hadiah yang He Lan
berikan. Dan betapa terkejutnya Ibu, ketika melihat apel dan pir yang berada
didalam kotak.
Dengan kesal, Ibu mengambil sebuah
apel, menlap, dan mengigitnya. “Tuan He Lan, seperti yang kamu tau, aku benar-
benar suka kamu. Tapi saat ini, kamu tiba- tiba datang kerumahku dan meminta
izin padaku untuk menikahi anakku. Aku hanya punya satu putri yang berharga.
Beritahu aku bagaimana perasaanku, memberikan dia kepadamu?” tanya Ibu sambil
memakan buah Apelnya lagi.
He Lan terdiam dan menatap Pi Pi.
Dan Pi Pi pun lalu mengatakan kepada Ibu, kalau saat ini mereka berdua sedang serius.
“Siapa yang tidak serius?” balas Ibu
dengan ketus.
Xui Xian memberikan kode kepada Kuan
Yong. Lalu Kuan Yong mengeluarkan sebuah amplop yang dibawanya dan memberikan
itu kepada He Lan. Dan He Lan lalu mengeluarkan isian yang berada didalam
amplop itu.
Isi didalam amplop itu adalah sebuah
buku cek dan beberapa surat properti yang berharga, He Lan memberikan itu
kepada kedua orang tua Pi Pi untuk menunjukan rasa terima kasihnya karena telah
membesarkan Pi Pi.
“Dimasa depan, aku janji kamu tidak
akan perlu khawatir. Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat Pi
Pi bahagia, jadi dia bisa menikmati setiap moment bahagia setiap harinya,”
jelas He Lan. Dan Pi Pi tersenyum mendengar itu.
Dengan serius, Ibu membalas bahwa
yang ia inginkan bukanlah ini. Ibu menjelaskan kalau ia memiliki kepribadian
yang kuat dan mampu bersaing dengan yang lainnya. Tapi Pi Pi selalu membutuhkan
Ayahnya, karena Pi Pi tidak sama sepertinya. Pi Pi hanya memiliki sedikit keberanian
diri.
“Aku tau kamu kaya, tapi bukan itu
yang Pi Pi butuhkan. Apa yang sebenarnya dia butuhkan adalah sebuah bahu untuk
bersandar, ketika dia diganggu. Dan seseorang yang akan memberitahunya hal yang
benar, untuk tidak menyerah. Jadi He Lan, bisakah kamu menjadi orang yang
seperti itu untuknya?” tanya Ibu, serius.
Pi Pi tampak terharu mendengar semua
perkataan Ibunya yang tidak ia sangka. Dan lalu Pi Pi menatap kepada He Lan,
menantikan jawaban He Lan.
“Bibi, tenang saja. Itu akan menjadi
sukacita terbesar dalam hidupku untuk bisa menjadi orang seperti itu bagi Pi
Pi,” kata He Lan dengan tegas. Dan Pi Pi tersenyum mendengarnya.
Melihat keseriusan He Lan dan Pi Pi,
maka Ibu pun setuju. Namun sebelum itu, karena He Lan serta Pi Pi baru saling
mengenal tidak terlalu lama, maka Ibu ingin agar mereka bertunangan saja dulu
dan menghabiskan beberapa waktu bersama terlebih dahulu.
“Iya, baiklah. Pertunangan adalah
ide yang bagus,” balas He Lan dengan senang.
Xui Xian, Kuan Yong, serta Pi Pi
sama- sama tersenyum dengan senang juga.
Setelah mengantarkan mereka bertiga
pulang. Pi Pi mengatakan kepada Ayah kalau ia tidak menyangka, jika Ibu bisa
mengatakan sesuatu yang seperti itu. Dan mendengar itu Ayah tertawa.
“Jangan dibodohi dengan sikapnya
yang biasa. Ketika ada masalah, dia akan selalu menempatkan kebahagiaan anaknya
duluan dan mengkhawatirkan tentang kebahagiaanmu. Bagaimanapun dia adalah
Ibumu,” jelas Ayah sambil tertawa. Dan Pi Pi pun tersenyum, senang.
Dihotel. Wang Xuan dengan
bersemangat menanti seorang artis (Wu Xin Ru) yang menginap disana. Dan ketika
Wu Xin Ru muncul, Wang Xuan segera berlari mendekat dan mewawancarainya dengan
rentetan pertanyaan yang telah ia siapkan.
Namun karena saking banyaknya
wartawan lain serta penjaga, maka Wang Xuan tanpa sengaja terdorong dan
terjatuh kelantai. Sehingga karena itu, ia pun kehilangan Wu Xin Ru.
Zhao Song yang ternyata berada dihotel
itu juga, mendekati Wang Xuan. Ia tersenyum kepada Wang Xuan dan menyapa Wang
Xuan, “Kamu jatuh dilantai lagi. Kamu belum ada membeli sepasang sepatu yang
lebih baik?”
Dengan gugup, Wang Xuan melihat
sepatu yang dikenakannya dan lalu tersenyum dengan canggung kepada Zhao Song.
Zhao Song lalu mulai membicarakan
tentang gosip Wu Xin Ru. Dan mendengar itu, Wang Xuan pun menjadi heran. “Apa
kamu tertarik pada gosip atau pada Wu Xin Ru?”
“Aku tertarik padamu,” jawab Zhao Song.
Dan dengan bingung, Wang Xuan menunjuk dirinya sendiri.
“Aku tidak berpikir, kamu akan bisa
menangkap nona Wu. Aku sarankan, kamu menunggu didepan pintu kamarnya. Aku
tinggal dilantai yang sama dengannya. Aku kira dia akan segera kembali. Hanya
tinggalkan saja kunci ini dikamarku nanti, sebelum jam 7,” kata Zhao Song
sambil memberikan kartu (kunci) kamarnya kepada Wang Xuan.
Dan dengan bingung, Wang Xuan
menerima itu dan berterima kasih. Lalu Zhao Song pun berjalan pergi,
meninggalkan Wang Xuan yang masih kebingungan.
Tags:
Moonshine and Valentine
ceritanya bagus sayang endingnya kurang greget.
ReplyDelete