Sinopsis K-Drama : Ms. Hɑmmurɑβi Episode 08- 2


Sinopsis K-Drama : Ms. Hɑmmurɑβi Episode 08- 2
Images by : JTBC
Ba Reun bekerja lembur dan batuk-batuk. O Reum merasa khawatir dan meminta Ba Reun untuk pulang saja. Ba Reun menolak, dia bisa mengurus dirinya sendiri.
“Pak Maeng bilang kau sangat bekerja keras saat sesi mediasi, jadi aku agak khawatir. Memang bagus bekerja keras, tapi tidakkah kau terlalu ikut campur dengan kasus ini? Apa kau merasa berhubungan dengan kasus ini? Ingat saran yang selalu kaukatakan padaku? Kau selalu bilang jangan terlalu ikut campur dengan kasus dan jaga jarak. Kau terlihat sakit, sudahi pekerjaanmu,” ujar O Reum.
Ba Reun menolak, dia akan menyelesaikan kasus-nya sendiri. O Reum kesal dan mengingatkan kalau mereka itu bekerja sebagai tim. Jadi, jangan bertingkah seperti anak kecil. Lebih baik Ba Reun pulang dan beristirahat agar sembuh. Ba Reun tersenyum dan akhirnya setuju untuk di bantu oleh O Reum.
Esok hari,
Ba Reun melakukan mediasi, kali ini dengan istri tn. Lee.
“Suami saya kurang percaya diri. Dia cepat merasa terintimidasi oleh hal-hal kecil yang bahkan tidak saya pedulikan.”
“Bukankah Anda terus mengatakan padanya bahwa Anda ingin pindah ke rumah yang lebih besar meskipun harus mengambil dana pinjaman? Anda bilang bahwa harga diri Anda terluka,” tanya Ba Reun.
“Itu karena... puteriku.”
“Puteri Anda?”
“Ya. Di seberang rumah kami, kompleks apartemen mahal sedang dibangun. Dia diberitahu untuk pindah saja dari sana karena "bangunannya murahan". Kenapa dia harus diperlakukan seperti itu?”
Flashback
Istri tn. Lee memeluk putri mereka yang sedang menangis. Dia memarahi tn. Lee dan mengeluh mengenai ejekan yang di terima putri mereka. Dia terus menangis dan mendesak tn. Lee. Tn. Lee hanya bisa diam.
End
“Apa Anda meminta cerai dari tn. Lee satu bulan sebelum kejadian?” tanya Ba Reun.
Istri tn. Lee membenarkan, hal itu karena tn. Lee selingkuh. Tetapi, istri tn. Lee tidak punya bukti. Dasar atas dugaannya karena tn. Lee menyewa sebuah apartemen tanpa memberitahunya. Kemudian, tn. Lee selalu pulang telat setiap malam.
“Suami Anda menulis puisi di sana. Dia mempelajari puisi. Ini adalah buku-buku berisi puisi yang dibuat suami Anda. Mungkin dia menuliskan keinginan terakhirnya,” beritahu Ba Reun dan memberikan beberapa buah buku.
Istri tn. Lee terdiam, dia sudah salah paham.
Dan mediasi dengan mengumpulkan tergugat dan penggugat di lakukan.
“Sepertinya Tn. Lee sangat tersentuh di pelatihan bagi pegawai baru,” beritahu Ba Reun kepada Kepala dan membacakan buku diary tn. Lee, “Apakah ada permainan di mana pegawai baru harus menyusun alfabet nama perusahaan menggunakan tubuh mereka? Ini yang dia tulis. ‘Aku belajar bahwa meskipun aku bukan siapa-siapa, aku bisa jadi bagian sebuah gambar yang besar. Para rekan kerjaku yang lebih berkompeten dari aku, merapatkan bahunya padaku dan kita akhirnya jadi satu. Aku sangat tersentuh hingga aku tak bisa berhenti menangis.’ Budaya perusahaan, seperti perusahaan Anda, tidak mentolerir benang menjuntai sekecil apapun. Semua pegawai harus menuruti peraturan dan bersikap teliti. Tn. Lee yang kurang mampu bersosialisasi, mungkin seperti seuntai benang yang menjuntai keluar. Sesuatu yang harus digunting.”

Flashback
Saat manajer makan siang, dia memberitahu para karyawan jika mereka bisa mencapai target perusahaan bulan ini, mereka akan mendapat bonus 500 %. Semua langsung senang mendengarnya dan manajer mulai membayangkan akan di gunakan apa bonus itu nantinya. Saat itu, tn. Lee yang duduk di sampingnya, tidak sengaja menyenggol tangan manajer yang sedang memegang sumpit, karena tn. Lee bertangan kidal. Manajer marah walaupun tn. Lee sudah meminta maaf. Dia bahkan menyuruh tn. Lee untuk pindah ke meja lain.
End
“Biar saya tanya lagi. Menurut Anda perusahaan tak bertanggung jawab?” tanya Ba Reun. Pihak perusahan tidak bisa menjawab. “Dan, Anda, orang tua Tn. Lee?” tanya Ba Reun.
“Yang kami lakukan hanyalah mencintai anak kami,” jawab ayah tn. Lee.
“Saya paham Anda mencintainya. Tapi pernakah Anda menghormati dan mempertimbangkan keinginan dan kebutuhannya sebagai individu? Semua yang hadir di sini bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Tn. Lee hanya ingin jadi diri sendiri dan hidup seperti yang dia inginkan, tapi kalian ingin dia menjadi seperti orang lain. Sayangnya, Tn. Lee juga bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Dia mematuhi semua orang dan melakukan apa yang diperintahkan orang lain, tanpa pernah menolak sekalipun. Dan sekarang dia menerima ganjaran atas apa yang dia perbuat. Rasa sakit yang dia rasakan akan berdampak pada keluarganya. Sekarang, Anda juga harus bertanggung jawab,” beritahu Ba Reun.
Semua yang ada di mediasi terdiam, menyadari kebenaran ucapan Ba Reun dan kesalahan mereka.
“Hakim Im, perusahaan bersedia mengkompensasinya meskipun tak seberapa.”
“Apa karena media? Reputasi perusahaan akan rusak bila ligitasi ini naik ke publik. Mediasi adalah cara paling efektif dan terjangkau, namun saya rasa bukan solusi terbaik bagi kasus ini. Saya rasa perlu waktu untuk mengetahui siapakah yang paling bertanggung jawab. Dan seperti yang Anda ketahui, kami, sebagai petugas publik, harus melaporkan pelanggaran hukum yang kami temui. Kami akan menggugat Anda apabila ditemukan pelanggaran hukum tenaga kerja. Sampai bertemu di ruang sidang.”
Pihak perusahaan terkejut atas keputusan tersebut.
Ba Reun berjalan di lorong dan mengingat cerita di diary tn. Lee.
“Siapa yang akan membawakan belnya?" “
“Aku,” jawab si banteng,"karena aku bisa mendorong, aku akan bawa belnya.”
Semua burung di udara merasa lega dan menangis, saat mereka mendengar belnya .untuk si Ayam Robin yang malang.
Ba Reun tanpa sengaja melihat Hakim Sung yang masih saja menjilat kepada Hakim Kepala.
Ba Reun masuk ke dalam ruangannya. O Reum menyambutnya dan memberitahu kalau hari ini mereka akan makan siang bersama karena Hakim Kepala yang mengajak. Mereka akan makan di restoran pasta. Dan kemungkinan Hakim Han tidak akan ikut karena dia tidak suka makan pasta.
Di restoran.
Hakim Kepala, Majelis Hakim dan Hakim Pembantu berkumpul untuk makan siang bersama. Yang melihat menu pertama kali adalah Hakim Kepala dan karena tidak tahu mau memesan apa, dia memutuskan untuk memesan menu paket siang. Semua hakim langsung setuju untuk mengambil menu paket siang dan tidak ada lagi yang melihat menu. Ba Reun merasa prihatin karena tidak ada yang berani berpendapat juga.
Tiba-tiba, O Reum meminta kepada pelayan untuk melihat menu. Dia tidak mau menu paket siang dan ingin pesan makanan lain. Semua hakim terdiam karena melihat O Reum yang berani memilih makanan yang berbeda dari Hakim Kepala. Bo Wang dan Hakim Hong tersenyum kecil melihat sikap O Reum. Di tambah lagi, O Reum memilih pasta yang mahal dan enak, membuat Majelis Hakim jadi ngiler. Dan mengejutkan, Ba Reun juga meminta melihat menu.
Makan siang telah usai,
Ba Reun berjalan pulang bersama Bo Wang dan yang lain. Dia bertanya kenapa Bo Wang sudah tidak pernah berkunjung lagi ke ruangannya. Bo Wang dengan lemas bertanya untuk apa dia ke ruangan Ba Reun.
Saat itu, O Reum lewat di sampingnya sambil berbincang dengan Hakim Hong. Saat itu, Ba Reun baru sadar aroma parfum yang digunakan O Reum sama seperti parfum hadiahnya. Dia merasa senang.
Di ruangan, Ba Reun mencoba bertanya mengenai parfum yang di gunakan oleh O Reum, tetapi tidak jadi.

Bo Wang lewat di depan ruangan Ba Reun. Dia hendak masuk dan bahkan hendak melambaikan tangan pada sek. Lee. Sek. Lee juga melihatnya dan tersenyum kecil. Tetapi, Bo Wang tidak jadi masuk dan kembali ke ruangannya. Sek. Lee sedikit heran melihatnya.
Kasus baru,
O Reum pergi melihat penggugat bersama anak-anaknya. Kasus kali ini mengenai hak asuh anak. Si penggugat adalah ayah dan si tergugat adalah ibu. O Reum tersenyum melihat kedekatan tergugat dengan anak-anaknya.
Di saat sedang asyik bermain, salah seorang anak-nya menyebut kalau ibu seperti malaikat. Tergugat langsung marah dan memberitahu kalau ibu mereka tidak seperti malaikat, tetapi orang jahat yang suka ingkar janji. Tergugat bahkan mengeluarkan ponselnya dan hendak menunjukkan bukti perselingkuhan ibunya kepada anak-anaknya. O Reum panik dan langsung menghentikannya. Dia merebut ponsel tergugat dan memarahinya karena mau menunjukkan hal seperti itu.
“Anak-anak harus tahu ibu mereka seperti apa. Kenapa aku harus kehilangan anakku padahal aku tak salah? Dia bohong kalau aku pergi dari rumah. Dia membuat jarak antara aku dan anak-anak. Tolong ungkap kebenarannya,” teriak tergugat.
Hari persidangan,
Hakim Han menegur sikap tergugat dari apa yang di dengarnya. Tergugat meminta maaf atas perilakunya. Dia menangis dan memberitahu kalau dia khilaf.
O Reum berjalan bersama dengan Nn. Yoon saat sidang sudah selesai. Mereka membicarakan mengenai istri tergugat yang mendapat hak asuk anak di sidang pertama karena itu dia mengajukan banding. Nn. Yoon heran karena tergugat menceraikan penggugat karena penggugat telah berselingkuh. O Reum memberitahu kalau anak-anak masih muda karena itu sang ibu yang mendapat hak asuh anak.
“Di permohonan bandingnya, dia memberikan semuanya pada isterinya, termasuk rumah, selama dia bisa membesarkan anaknya. Demikian yang dia tulis,” beritahu O Reum.
“Setidaknya dia seorang ayah yang menyayangi anaknya. Pria sepertinya jarang ditemui.”
O Reum kembali ke ruangan dan berdiskusi dengan Ba Reun. Ba Reun bertanya-tanya, apakah penggugat mampu untuk membesarkan anak-anaknya? O Reum memberitahu karena itu Hakim Han meminta untuk menginvestasikan lingkungan hak asuk.
Seorang investigator menemui Ba Reun dan O Reum, dia memberitahu hasil investasi rumah penggugat.
“Rumahnya adalah apartemen seluas 46m². Kondisinya tidak terlalu rapi. Banyak pakaian kotor dan mainan berserakan. Terlihat anak-anak juga pernah makan mi instan.”
“Apa ibunya sibuk?” tanya Ba Reun.
“Dia penjaga penitipan anak. Dia juga bekerja di malam hari bagi orang tua yang lembur.”
“Kedengarannya sulit,” timpal O Reum.
“Dia menyuruh anaknya ke penitipan anak saat pulang sekolah, dan mereka bersamanya. Atasannya tak menyukainya, dan mulai sulit untuk melakukannya lagi.”
“Ayahnya tak bisa sering mengunjunginya karena pekerjaan, benar?” tanya O Reum.
“Ya. Penggugat adalah supir alat berat. Tergantung letak tempat konstruksinya, dia bekerja di semua tempat.”
O Reum dan Ba Reun merasa kasihan pada anak-anak tersebut.
Persidangan lanjutan,
Hakim Han menanyai rencana penggugat yang akan membesarkan anaknya di pedesaan sambil bercocok tanam. Dia bertanya darimana penggugat mendapat uang untuk membeli rumah di pedesaan.
“Saya menjual eksavator saya. Saya menabung selama 10 tahun. Mimpi saya adalah bercocok tanam di pedesaan. Saya tidak makan banyak dan beli baju baru. Saya selalu menabung sejak saya kecil. Jikalau saya butuh uang lebih, saya akan mengambil pinjaman di bank.”
“Anda akan sibuk jika bekerja di kebun buah. Bisakah Anda mengurus kedua anak Anda?”
“Saya akan pindah ke desa di mana paman dan bibi saya tinggal. Saya akan tinggal di sebelah rumah bibi saya. Dia sangat senang. Dia ingin kami tinggal bersamanya, namun saya bersikeras ingin tinggal sendiri di sebelah rumahnya. Orang-orang di pedesaan sudah tidak sabar dengan kepindahan kami. Kami akan tinggal di rumah dengan pekarangan besar. Kami akan memelihara anjing dan kelinci juga. Setelah bekerja di penitipan anak, anak-anak hanya menonton TV di apartemen kecil itu. Saat memikirkannya, saya sangat tidak tahan. Sekolahnya memang di pedesaan, tapi ada lapangan yang besar. Mereka bisa bermain-main dengan temannya. Mereka bisa menangkap belalang dan capung di lapangan itu. Tidakkah hidup seperti itu sangatlah menakjubkan?”
“Bekerja di kebuh buah takkan mudah. Bisakah Anda mengurus anak Anda? Terlebih, Anda adalah ayah mereka,” tanya Hakim Han sekali lagi.
“Yang Mulia. Saya bisa mati kalau anak saya tidak ada. Saya benar-benar akan mati. Tak ada lagi alasan bagiku 'tuk hidup,” tegas tergugat dengan suara bergetar.
Persidangan selesai.
O Reum, Nn. Yoon dan sek. Lee berkumpul. Nn. Yoon merasa tersentuh mendengar pemaparan tergugat tadi dan merasa hal itu sangat menyenangkan untuk tinggal di pedesaan. Tetapi, sek. Lee berpendapat berbeda. Dia memberitahu kalau dia pindah ke kota karena dia benci tinggal di desa. Setiap orang mempunyai pemikiran berbeda-beda.
“Benar. Namun, yang terpenting bagi anak-anak adalah merasa cukup disayangi. Kalian tahu situasiku seperti apa. Semua orang memanggilku ibu tunggal. Aku bisa menahan saat mereka menatapku dengan tatapan seperti itu. Bukankah rasa sayang sudah cukup bagi anakku? Apa mereka tak butuh ayah? Saat kupikir aku membuat mereka kesepian, itulah yang paling sulit bagiku. Di kota ataupun di desa, anak-anak akan merasa bahagia jika mereka dicintai banyak orang. Dari apa yang dikatakan penggugat mengenai pedesaan, anak-anak takkan kesepian,” curhat Nn. Yoon.
O Reum dan sek. Lee terdiam mendengarnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post