Network : Channel 3
Didalam
kamar rawat Nok. Vi menangis dengan sedih, karena Nok masih saja belum bangun.
Dan Nai yang baru tiba disana serta melihat semua itu pun menyarankan agar
kedua orang tua Nok pergi makan siang dulu, karena mereka berdua tadi kan belum
sempat makan.
Namun
Vi tetap ingin disini dan menjaga Nok. Jadi Nai pun mengatakan bahwa dirinya
serta bibi Phai yang akan menjaga Nok, lalu bila terjadi sesuatu dia pasti akan
menghubungin mereka berdua. Sehingga karena itu, Vi pun menjadi agak tenang dan
pergi bersama dengan Wat untuk makan siang dulu.
Setelah
kedua orang tua Nok telah keluar dari kamar. Nai membuka selimut bawah Nok dan
menggelitiki kaki Nok agar terbangun.
Dan melihat itu Phai pun menjadi keheranan. Tapi ternyata dengan cara begitu,
Nok beneran terbangun dari tidurnya.
“Hoi…
pergi sekarang, Lucky!” teriak Nok sambil menarik kakinya dari Nai. Dan melihat
itu, Phai menjadi bingung. Lalu Nai pun menjelaskan apa yang terjadi.
“Dia
hanya seorang gadis nakal. Melakukan ini untuk mendapatkan perhatian,” jelas
Nai.
Dari
rekaman CCTV terlihat kalau Nok terjatuh ke jalan. Lalu sebuah mobil taksi
melaju dengan kencang kearahnya, tapi mobil taksi itu berhasil berhenti sebelum
mengenai Nok. Dan Nok yang masih sadar, melihat kesekeliling, lalu berpura-
pura pingsan.
Dan
melihat itu, Nai pun menjadi tidak bisa berkata – kata saat berada dikantor
polisi tadi.
Dengan
kesal, karena telah ketahuan, maka Nok berusaha melepaskan kakinya yang masih
dipegang oleh Nai. Dengan keras dia menendang Nai, lalu mengambil kotak tissue
dan melemparkan itu kepada Nai.
Untungnya
dengan sigap, Nai berhasil menghindar dan tidak terkena. Namun sialnya bagi
Nok, karena tepat pada waktu dia melempar kotak tissue itu, Vi membuka pintu
kamar dan melihat nya.
“Mom,”
kata Nok dengan suara pelan.
Vi
memberitahu Nok bahwa dia telah melihat rekaman CCTV yang ada. Dan tepat disaat
itu, Wat datang kembali sambil membawa makanan yang dibelinya, tapi dia tidak
tahu apapun, jadi ketika dia melihat Nok telah sadar, dia pun menjadi senang.
Vi yang
walaupun sudah tahu kebenarannya, tetap berpura- pura. Dia berlari kearah Nok
seolah- olah senang, karena Nok telah sadarkan diri.
Wat
meminta maaf kepada Nok dan berjanji bahwa dia tidak akan melukai pikiran Nok
lagi. Dan Nok pun membalas bahwa jika Ayah memang peduli kepadanya, kenapa Ayah
malah meninggalkan dirinya kemarin malam untuk menemui Khae.
Mengetahui
hal itu, Ibu meminta agar Nok tidak perlu khawatir, karena walaupun Nok tidak
bisa bersama dengan Ayahnya, Nok masih memiliki dia. “Aku akan pindah kembali
untuk tinggal denganmu,” kata Ibu.
Dan
mendengar itu, Ayah pun menjadi terkejut. Sedangkan Nok, tentu saja dia senang
dan langsung memeluk Ibu. Dan melihat itu, Ayah pun jadi terdiam serta tidak
bisa mengatakan apa- apa.
Didepan
lift. Wat menanyakan tentang perkataan Vi tadi kepada Nok. “Apa yang kamu
katakan barusan. Kamu hanya sengaja untuk menenangkan dia, kan?”
“Tidak.
Aku akan benar- benar pindah kembali. Aku mengkhawatirkan dia, aku ingin berada
didekatnya dan menjaga dia,” jawab Vi.
Wat
tidak bisa menerima itu, karena bulan depan dia akan menikah dengan Khae. Jadi
jika Vi pindah kembali, maka bagaimana dengan perasaan Khae. Namun Vi tidak
peduli. Dan saat pintu lift telah terbuka, Vi mengajak Nai untuk masuk bersama.
Didalam
lift. Nai menanyakan tentang tindakan Vi tadi. Dan Vi pun menjawab kalau dia
hanya tidak mau sampai kehilangan tahta nya dengan begitu mudah.
Sesampainya
dirumah. Dengan alasan kalau kakinya masih sakit, Nok memegang kedua tangan orang
tuanya untuk membantunya berjalan. Dan sambil tersenyum senang, Nok mencium
kedua orang tuanya. “Hanya kali ini… aku merasa sebahagia ini,” kata Nok dengan
sikap manja kepada kedua orang tuanya.
Dan melihat
kalau Nok sangat senang, Nai pun tersenyum.
“Walaupun
dia begitu, tapi dia sangat menyenangkan, ya kan Khun Nai?” tanya Phai yang
melihat Nai tersenyum pada Nok.
“Yap.
Bibi Phai,” balas Nai.
Keesokan
harinya. Nok datang dan menganggu Khae yang sedang mengobrol bersama kliennya.
Sehingga klien Khae pun menjadi tidak nyaman dan Khae meminta si klien untuk
pergi kepada stafnya.
“Biar
ku tebak… setengah dari tempat ini pasti dari uang Ayahku,” kata Nok sambil
melihat kesekeliling toko Khae.
“Dia
sangat baik. Ini semua adalah uangnya,” balas Khae, mengakui dengan jujur.
Nok
langsung menyindir Khae yang hanya menginginkan uang Ayahnya. Lalu dia
memberitahu sebuah kabar gembira untuk Khae, yaitu kedua orang tuanya akan
mulai tinggal bersama lagi.
“Aku
kesini, karena aku tidak ingin kamu bermimpi tanpa tujuan. Pernikahan antara
kamu dan Ayahku, tidak akan pernah terjadi,” kata Nok dengan sinis.
“Terima
kasih untuk kabar baiknya. Bahkan walaupun tidak ada pernikahan. Tapi setiap
hari… aku memiliki Ayahmu,” balas Khae sambil tersenyum.
Ketika Khae
mau pergi begitu saja. Nok tidak terima karena Khae berani membalasnya. Dia
lalu mengatakan bahwa Ibunya tidak akan tinggal sebentar saja, karena dia pasti
akan membuat mereka berdua tinggal bersama selamanya.
Dan
mendengar itu, Khae menjadi cemberut, tapi tidak dia perlihatkannya.
Vi
mengajak Nai untuk ikut tinggal bersama dengannya dirumah Wat, karena dengan
begitu orang lain tidak akan menggosipkan tentang dia lagi. Dan Nai pun
menanyakan, apa Nok mengetahui tentang ini serta apa yang dikatakan Nok.
“Dia
belum tau. Tapi dia akan segera tau. Dan ini bukan masalah besar juga. Jadi
mari pindah bersama ku ketempat Wat. Ya? Kumohon Nai,” kata Vi.
Wat
yang kebetulan datang dan mendengar itu, pun memohon agar Nai mau ikut tinggal
bersama dengannya juga. Dan mendengar itu, Vi pun tertawa.
“Mengapa
kamu tertawa?” tanya Wat, bingung.
“Aku
tertawa untuk pria tua. Orang yang mungkin takut tidak bisa memakan gadis
muda,” kata Vi sambil tertawa menyindir.
“Khae
mengerti aku. Hanya masalah seperti ini, dia tidak akan masalah,” balas Wat.
“Benarkah?
Dan mengapa kamu datang dan mengajak Nai, jika itu bukan karena kamu takut dia
bakal salah paham?” sindir Vi. Lalu ketika Wat membuka mulutnya, Vi langsung
memperingati dengan keras,”Jangan buka mulutmu! Waktu kamu membuka mulutmu. Aku
tahu apa yang kamu pikirkan!”
Wat pun
terdiam dan lalu memohon kepada Nai. Begitu juga dengan Vi yang ikut memohon
pada Nai. Tapi karena Nai tampak tidak mau, secara serempak mereka mengatakan
bahwa ini adalah perintah.
Sesampainya
dirumah, Vi mengajak putrinya, Nok, untuk makan bersama dan merayakan
kembalinya dia kerumah ini. Dan dengan senang Nok pun menggandeng tangan
Ibunya. Namun setibanya di ruang makan dan melihat keberadaan Nai, Nok langsung
menjadi tidak suka.
Nok
memarahi Nai dan menyuruh Nai untuk pergi. Karena tempat Nai adalah didapur,
bukan di meja makan ini. Tapi Nai mengabaikannya.
“Nok
berhenti menganggu Nai sekarang,” tahan Vi.
“Mengapa,
mom? Kamu bilang hari ini setiap orang di keluarga akan makan bersama,” balas
Nok dengan emosi.
“Benar.
Setiap orang yang tinggal dirumah ini,” jelas Vi. Dan Wat lalu menjelaskan bahwa Nai akan
tinggal bersama mereka juga.
Dengan
kesal karena hal itu, Nok pun pergi. Dan Wat serta Vi pun meminta agar Nai
untuk bersabar terhadap Nok. Lalu disaat itu, Phai berteriak dengan panik dan
memberitahu tentang Nok. Jadi mereka bertiga pun segera pergi ke ruang depan.
Disana.
Nok membuang semua pakaian milik Nai ke lantai bawah. Dan melihat itu, maka
dengan segera Nai pun naik keatas, tapi tanpa mengatakan apapun, Nai pergi ke
kamarnya dan mengambil semua pakaiannya, lalu memberikan itu kepada Nok untuk
dibuang.
“Aku
membantumu. Jadi kamu bisa sadar bahwa cara balas dendam seperti ini sangat
kekanak- kanakan. Buang lah. Mari lihat betapa bergunanya itu,” kata Nai.
“Aku
tidak mengunakan cara kekanak- kanakan. Tapi aku mengusir seseorang yang tidak
tahu statusnya,” balas Nok.
Kedua
orang tua Nok yang melihat itu, naik keatas dan menghampiri mereka. Dan Nok pun
mengadu kepada mereka berdua. Tapi Wak, malah membela Nai dan mengatakan bahwa
Nai akan tinggal disini bersama mereka.
“Pa,
pria ini bukan anakmu. Anakmu disini. Aku seorang yang harusnya kamu
pedulikan,” kata Nok dengan kecewa.
“Karena
aku peduli padamu. Maka aku meminta kepadamu,” balas Wat.
“Jika
Nai tidak disini, maka aku tidak akan disini juga,” tambah Vi, ikut membela
Nai.
Dan
dengan kesal, Nok pun pergi dari sana meninggalkan mereka semua.
Ibu
Khae tidak bisa menerima berita kembalinya Vi yang adalah mantan istri Wat
kerumahnya Wat. Dan Khae pun membalas bahwa apa Ibu ingin dia marah, karena
jika dia melakukannya, maka apa bedanya dia sama mantan istri Wat itu. Lagian
mereka telah berhasil membuat Wat dan Vi bercerai.
“Kamu
mengatakan seperti ini. Apa itu berarti kamu ingin menyerah atau apa?” tanya
Ibu tidak mengerti.
“Pernakah
kamu melihat aku menyerah kepada apapun dengan begitu mudah?” balas Khae. Dan Ibu pun tersenyum.
Nok
mengunjungin Neneknya. Disana mereka dengan bahagia saling berpelukan untuk
melepaskan rindu, karena telah lama tidak bertemu. Lalu Nok pun menceritakan
tentang kedua orang tuanya yang membawa Nai untuk tinggal bersama mereka.
“Apa
yang kamu katakan?” kata Nenek, terkejut dan tidak suka.
Nai
datang ke kantor Wat. Dan mengatakan bahwa dia tahu pasti kalau Nok tidak akan
menyerah dengan begitu mudah, jadi dia ingin kembali ke apatermennya.
Tapi
Wat melarang Nai untuk pergi, karena dia ingin Nai mengajari Nok. Sebab selama
ini Nok tidak akan mendengarkan. Jadi Wat ingin Nai membantunya. Dan Nai pun
mengiyakan.
Lalu
tepat disaat itu, dengan panik Vi datang dan masuk kedalam ruangan. “Khun!
Nok!”
“Nok
kenapa?” tanya Wat.
“Mengapa
tidak ada yang mempercayaiku. Nai itu berdarah kotor. Tidak peduli berapa
banyak kamu mencoba untuk mencucinya, itu tidak akan menjadi bersih,” kata Nenek
dengan penuh kebencian tentang Nai.
“Darah
kotor. Apa maksudmu?” tanya Nok, tidak mengerti.
“Jangan
pikirkan. Tapi, aku ingin menjelaskan padamu sekarang. Jangan menjadi lemah
hati dan masuk kedalam jebakannya. Dia itu jahat dan berbahaya,” jelas Nenek.
Dan Nok
mengiyakan, karena dia tidak akan membiarkan dirinya terjebak dengan mudah.
Sesampainya
dirumah. Wat serta Vi menyapa nenek. Lalu disana Nenek mengatai mereka berdua
yang telah membuat anak sendiri kabur dari rumah. Dan Wat pun menyangkali hal
itu serta mengajak Nok untuk pulang.
“Jika
kamu mau Nok kembali, kamu harus mengusir Luckanai keluar. Jika tidak, maka Nok
harus tinggal denganku. Aku yang akan menjaganya,” kata Nenek dengan tegas
kepada mereka berdua.
Dan
mendengar itu, Nok menjadi agak terkejut. Tapi Nenek dengan erat memegang bahu
Nok dan memberikan kode agar tetap tenang.
Wat
membujuk Nok untuk pulang bersama mereka, walaupun kini semua nya tidak sama
lagi, tapi mereka tetap bisa menjadi keluarga. Dan Vi pun menyetujui itu.
“Mari
mulai dengan menunda pernikahanmu. Bisakah kamu melakukan itu?” tanya Nok
kepada Ayah. Dan Nenek setuju dengannya.
Tiba-
tiba handphone Wat berbunyi dan Wat pun tidak mengangkatnya. Dan melihat itu,
Nok tahu bahwa itu pasti telpon dari Khae, lalu dengan marah Nok pun berdiri dan mau pergi.
Lalu
baru saja Nok mau pergi, handphone milik Wat kembali berbunyi dan Wat
mengangkatnya. Dan Nok berhenti berjalan untuk mendengarkan.
Ketika
tahu bahwa Wat tidak bisa datang ketempatnya, karena dia mau menghabiskan waktu
bersama dengan Nok. Maka Khae yang terkejut, menjatuhkan hape ditangannya.
Lalu
Ibu Khae dengan sengaja, berkata,”Owh… Khae! Khae!” kata Ibu Khae, seolah- olah
terjadi sesuatu. Dan Ibu Khae lalu memberitahu Wat, kalau saat ini Khae
pingsan.
Mendengar
itu, Wat pun menjadi panik dan berkata bahwa dia akan segera pergi kesana. Tapi
Nok menahan Ayahnya dan tidak mau membiarkan Ayahnya untuk pergi menemui Khae.
“Tiba-
tiba sakit sekarang? Apa itu tidak kebetulan?” kata Nok.
“Biarkan
saja dia pergi. Jika kamu mau tinggal disini ditempat Mom. Aku akan tinggal
disini denganmu juga. Jadi biarkan saja
Ayahmu pergi,” kata Vi.
“Jika
aku tidak peduli pada Nok, mengapa aku akan datang kesini?” balas Wat, membela
diri.
“Jadi,
antara dia dan aku. Siapa yang lebih kamu pedulikan?” tanya Nok, menantang
Ayahnya.
Khae
berjalan gelisah menantikan kedatangan Wat. Dan ketika bel rumah berbunyi, dia
dan Ibu segera bersiap- siap. Lalu dengan sikap masih lemah, Khae membukan
pintu. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat bahwa yang berada dihadapannya
adalah Nai.
“Paman
ingin aku memeriksa keadaanmu. Jika kamu tidak sehat, aku akan membawamu
kerumah sakit. Tapi kelihatannya kamu sehat,” jelas Nai.
Ibu
Khae yang melihat itu dari rumah, menjadi heran karena itu bukanlah Wat. Lalu
dia pun menghampiri Nai untuk melihat siapa. Dan ketika dia melihat Nai, dia
pun ingat siapa Nai.
“Kamu!!
Mengapa disini?” kata Ibu Khae, tidak suka kepada Nai.
“Aku
kesini atas perintah pamanku, Khun Thawat,” jawab Nai dengan tenang.
“Bagaimana
kamu kenal dengan Khun Thawat? Atau kamu mencoba untuk menghalangin anakku dari
Khun Thawat? Aku beritahu kamu, itu tidak mungkin,” tuduh Ibu Khae dengan
kasar.
“Jangan
khawatir. Luckanai yang kamu kenal, sudah mati!” balas Nai. Lalu pamit dan
pergi.
Khae
berlari mengejar Nai. Dan melihat itu, Ibu pun meneriaki Khae. Tapi Khae tidak
peduli dan tetap berlari pergi mengejar Nai hingga didepan lift.
“Bagaimana
tentang … sakit?” tanya Khae.
“Aku
akan memberitahu dia, kalau kamu sudah lebih baikan setelah istirahat,” kata
Nai.
Mendengar
itu Khae pun menjadi lega. Dan Nai pun bertanya apa ada lagi. Lalu Ibu datang
dan mengatakan bahwa tidak ada apa- apa lagi, jadi Nai bisa pulang sekarang.
Setelah itu Ibu menarik Khae untuk kembali.
Dan
setelah itu, Nai pun masuk kedalam lift.
Wat
berterima kasih atas bantuan Nai. Dan Nok yang melihat itu, mengajak Ayah untuk
ikut bernyanyi dan menari bersama mereka. Jadi karena telah selesai menelpon
juga, maka Wat pun ikut bernyanyi dan menari bersama dengan Nok serta Vi.
Sesampainya
dirumah dan melihat itu, Nai pun tersenyum dengan senang.
“Jika
setiap hari sama seperti ini, pasti sangat bagus. Sebenarnya Khun Nok, tidak
akan menganggu orang lain,” kata Phai yang melihat itu juga.
“Aku
tahu bahwa Khun Nok hanya menginginkan Ibu dan Ayahnya untuk mencintai dan peduli padanya. Itu saja,”
balas Nai, setuju. Sambil tersenyum melihat Nok yang begitu bahagia.
Tags:
Game Sanaeha
Kak, minta link download atau nontonnya dong. Tapi sub indo ya. Please.
ReplyDelete