Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 2 - part 5


Network : Channel 3




Saat melihat kedatangan Khae serta Nai. Nok pun menjadi kesal. Dia mendekati Nai dan memarahi Nai yang telah berani membawa Khae kesini. Tapi tanpa bisa berbuat apapun, maka Nai pun diam.

Khae menyapa dan memberikan salam kepada Vi serta dia juga memuji Vi. Tapi dengan sinis Vi membalasnya, “Kata- katamu begitu manis. Itu mengapa Pria tua ini tertarik padamu. Tapi aku tidak menganggumin seseorang yang bermulut manis, tapi berdasar asam. Bukan gayaku. ”

Wat berusaha untuk menghentikan Vi. Namun Vi tidak mau berhenti dan terus mengatai Khae. Tapi Khae tetap tenang dan membalas,”Jika aku tipe orang yang kamu bicarakan, aku sudah marah. Apa itu benar?”


Nok yang juga tidak suka, ikut mengatai Khae. Tapi Wat membela Khae dan meminta Nok untuk lebih menghormati Khae. Namun tetap saja, Nok tidak mau. Nok menuangkan minuman yang diambilnya tadi ke kaki Khae.

“Aku akan membelikan mu sebuah minuman. Jadi kamu tidak akan mencuri itu dari yang lain,” kata Nok.




Wat memarahi Nok, karena Nok telah ke terlaluan. Tapi tanpa memperdulikan itu, Nok mengajak Ibu untuk masuk kedalam , karena konser akan segera dimulai.

“Minta maaf kepada Khae sekarang. Aku tahu, kamu dengar apa yang ku katakan!” kata Wat, menghentikan Nok.

“Tidak mungkin! Aku membenci dia, aku benci wanita ini!” balas Nok.



“Jika kamu tidak menghormati Khae, itu berarti kamu tidak menghormati ku juga,” kata Wat. Dan karena itu, Nok semakin emosi kepada Ayah. Lalu Ayah pun mengancam Nok, “Jika kamu mengatakan kata buruk lagi, kita tidak akan bicara lagi.”

Vi mengambil gelas minum dan melemparkan itu kepada Wat. “Aku tidak tahu apakah aku harus menyesali alkohol yang ku lempar pada wajahmu. Atau aku harus menyesal untuk kata ‘Ayah’ yang digunakan putri ku untuk memanggilmu!”



“Sekarang, Nyonya tidak lagi berada dalam bayangan. Tapi dia juga muncul di depan publik. Jika kamu seberani ini, nama ‘Phimonkhae’ tidak cocok untukmu. Kamu harus menamai dirimu, seperti ‘Varanus’, itu lebih sempurna dengan darahmu. Cheerssss!” kata Vi menyindir Khae. Lalu dia mengajak Nok pergi bersamanya.



Wat membawa Khae menjauh dan mengatakan bahwa tidak seharusnya Khae kesini, ketika dia tahu bahwa Nok berada dengannya. Dan dengan nada sedih, Khae mengakui kesahalannya, tapi dia tidak ingin berbohong pada diri sendiri lagi kalau ia baik- baik saja.



Wat menjadi tidak tega. Dia mengatakan bahwa ini adalah salahnya, karena telah membiarkan Nok melakukan itu kepada Khae. Dan Khae membalas bahwa dia mengerti, betapa cintanya Wat kepada putrinya Nok itu.



Di rumah. Di tepi kolam renang. Nok duduk dengan sedih, mengingat setiap perkataan Ayahnya tadi. Dan Nai yang melihat itu, menghampiri Nok dan menemaninnya. Tapi Nok tidak senang dengan kehadiran Nai.


“Apa kamu senang, melihatku dalam situasi seperti ini?” tanya Nok sambil menghapus air matanya.

“Kamu salah paham. Khun Nok… aku…”

“Jangan katakan apapun. Aku melihat kamu membawa wanita itu kesini,” potong Nok. Lalu dia berdiri dan mengatai betapa menyedihkannya tindakan Nai.


“Aku tahu, kamu tidak akan pernah berpikir positif tentangku. Jangan lupa, kamu yang memulai bertengkaran dengan Pimolkhae. Orang seperti Khae tidak akan menganggumu, jika kamu tidak menganggu dia,” balas Nao.

Nok kesal dan meminta Nai untuk jangan mencintainya. Karena semua yang bisa dilihatnya adalah setiap orang begitu egois tentang kebahagiaan mereka. Dan Nai membalas bahwa Nok juga seperti itu.



Lalu mendengar itu, Nok menjadi semaki emosi dan ingin menampar Nai. Tapi Nai menahan tangan Nok. “Aku akan membiarkanmu menamparku. Ketika aku benar- benar buruk. Tapi kali ini… aku berharap kamu akan membaik,” kata Nai.

“Kamu berani mengatakan kamu mengharapkan ku membaik. Jika iya, maka kamu harus pergi menjauh! Kamu adalah orang luar dalam keluargaku. Tanpa kamu, aku akan lebih bahagia!” balas Nok. Lalu pergi.


Nai kembali ke dalam kamarnya. Dengan langkah pelan dan raut wajah sedih, dia mengingat kembali perkataan terakhir Nok. Lalu dia mengingat tentang kenangan masa kecilnya.



Ibu Nai membawa Nai ke rumah Nenek Nok. Dan disana Nenek yang tidak suka kepada Ibu Nai, menyiram Ibu Nai menggunakan  air dan mengusirnya. Tapi karena tidak punya tempat tujuan lagi, maka Ibu Nai memohon agar setidaknya Nenek mau menerima Nai untuk tinggal disini dan menyekolahkannya.

Tentu saja mendengar itu, Nai tidak mau. Dia mau tetap bersama Ibu.



“Sangat menganggu! Apa kamu mau menjadi sepertiku?! Beri hormat kepada Majikan mu sekarang,” kata Ibu memarahi Nai. Karena dia ingin Nai bisa sekolah dan memiliki masa depan yang bersinar seperti anak lainnya.

Tapi Nai tetap tidak mau. Lalu Ibu pun mendorong dan memarahi Nai. “Mengapa kamu mau tinggal denganku sepanjang waktu?! Aku tidak bisa membesarkanmu lagi!” teriak Ibu. Lalu berlutut dan memohon kepada Nenek.


Setelah itu dengan cepat, Ibu berlari pergi meninggalkan Nai disana. Dan Nenek yang tidak suka meneriaki agar Ibu Nai kembali dan membawa Nai pergi dari sini juga sekarang. Lalu Nai pergi berlari mengejar Ibunya.



Ibu mendorong Nai yang menahannnya untuk masuk kedalam taksi. “Aku tidak pernah mencintaimu! Aku tidak pernah ingin melahirkanmu! Kamu menghancurkan hidupku! Aku tidak pernah menginginkan mu! Apa kamu dengar itu?!” teriak Ibu dengan marah, namun sambil menangis juga.

Lalu setelah itu, Ibu masuk kedalam taksi dan pergi. Dan Nai tidak bisa mengejarnya.

Nai membuka sebuah kotak kecil miliknya. Dia lalu mengambil sebuah foto kecil dari kotak itu, yaitu foto Ibunya. Dan dengan sedih, dia melihat foto itu.



Sesampainya dikantor. Sebelum rapat dimulai, mereka semua mengira Nok tidak datang, karena hari ini Nok belum tiba dikantor. Dan Wat serta Nai mengira bahwa itu karena kejadian semalam.



Namun tepat disaat itu, Nok datang. “Apa kamu pikir aku akan tetap menangis dirumah? Aku sudah bilang, aku tidak akan menyerah dengan begitu mudah. Segera atau nanti, kamu harus mencari pekerjaan baru,” kata Nok dengan sinis kepada Nai.



Rapat dimulai. Nok menunjukan video tentang bagaimana orang saling membantu membersikan sampah yang ada. Dan lalu Nok menjelaskan hasil presentasi yang dibuatnya. Dia menjelaskan masalah yang ada serta solusi yang menurutnya cocok untuk mengatasi itu.

Dan semua orang yang mendengar betapa hebat presentasi Nok, mereka bertepuk tangan untuk Nok.



Wat melemparkan ide Nok tersebut kepada team A. Dan tentu saja, Nok protes.

Lalu Wat menjelaskan bahwa saat ini mereka memiliki proyek yang lebih penting, yaitu untuk mengurus sampah disebuah pulau atas permintaan sektor pemerintah. Dan untuk itu mereka perlu untuk membuat sebuah team dan pergi ke pulau itu besok.

Serta untuk orang yang akan memimpin team itu, Wat menunjuk Nai. Karena menurutnya, Nok belum cukup berpengalaman.



Setelah rapat selesai, dengan kesal Nok merapikan barangnya dan keluar dari ruangan. Lalu Nai menanyakan apa tidak apa Wat melakukan ini, karena kemarin malam Nok menunggu Wat sampai malam sekali.

“Apa yang kulakuka salah? Nai,” tanya Wat.

“Sebenarnya. Nok yang melakukan hal buruk kepada Khun Khae duluan,” jawab Nai.



“Apapun yang ku katakan, Nok tidak mendengarkanku sama sekali. Aku akan menunggu sampai mood nya kembali normal. Tentang pekerjaan, aku butuh kamu memperhatikannya. Karena tidak ada yang bisa mengajari dia lebih baik dari pada kamu,” kata Wat.

Dari kejauhan, Nok yang melihat ke dekatan Ayahnya dengan Nai, tampak tidak senang.



Membaca berita tentang kejadian di konser semalam. Ibu Khae tertawa dengan sangat keras. “Itu harusnya seperti ini. Putri itu bisa mengingat bahwa Ayahnya tidak menginginkan dia lagi! Jadi jangan coba menjodohkan Ibu lama dengan Ayahnya lagi.”

Mendengar betapa senang Ibunya. Khae hanya diam sambil menikmati minumannya.



Nenek memarahi Vi yang membiarkan mantan suaminya mempermalukan Nok serta Vi sendiri. Dan ketika melihat Vi menangis, Nenek menjadi terdiam. Dia menenangkan Vi dan tidak menyalahkan Vi lagi.

Tapi ternyata alasan Vi menangis adalah karena Lakorn drama yang ditontonnya, dimana dalam film itu pacar si Pria meninggal. Jadi Vi kasihan padanya.



Mengetahui itu, Nenek memarahi Vi kembali. Dan lalu Vi menjelaskan alasan mengapa dia menonton Lakorn drama itu, karena dia ingin mengajarkan Nok caranya berakting untuk melawan balik. Seperti apa yang Khae lakukan untuk melawan mereka.

Dan mendengar rencana hebat Vi itu. Nenek tersenyum.



Ketika Nok kembali ke ruangan. Dia mendengar Sudjai sedang bertelponan dengan Khae mengenai jadwal Wat yang telah diatur untuk besok. Tentang jadwal Wat bersama dengan Khae untuk melakukan wawancara di majalah HISO LIFE.

Saat melihat kedatangan Nok, Sudjai menjadi terkejut. Dan dengan gugup dia menanyakan maksud kedatangan Nok. Lalu dengan sikap biasa, Nok meminta detail acara di pulau. Dan Nok meminta nomor petugas tinggi yang bisa dihubunginnya.

Lalu dengan perasaan lega, Sudjai memberikan apa yang Nok minta.


Nok menghubungi petugas tinggi dan menanyakan tentang bagian krisis limbah laut. Apa disana ada masalah penting atau sesuatu yang harus diselesaikan. Karena jika iya, Nok mengatakan bahwa dia akan menginformasikan kepada kepada Ketua (Wat) dan mengaturnya untuk menanganin pekerjaan ini sendiri secara langsung.



Wat mengatakan bahwa dia tidak akan ikut pergi. Dan dia meminta agar Nai tolong menjaga Nok disana. Lalu mendengar itu Nai membalas jika Wat mengirimkan Nok bekerja dengan cara seperti ini, maka Nok pasti akan merasa kesal.

Wat beralasan bahwa dia ingin memberikan waktu santai pada Nok. Karena pekerjaan dipulau tidak akan terlalu sibuk, sebab itu hanyalah kampanye dengan penduduk desa untuk mengumpulkan limbah/sampah. Dan menyelam untuk mengumpulkan limbah laut.


Tepat disaat itu, Sudjai masuk dan memberikan laporan aktivitas kampanye di pesta Full Moon pada Pulau Boom. Yang telah Nok siapkan. Dan mendengar itu, Wat pun menjadi heran.


Diruang rapat. Wat protes kepada Nok yang telah mengubah rencana awal. Dan lalu Nok pun menjelaskan bahwa ini adalah kesempatan bagi perusahaan mereka untuk membantu para masyarakat disana. Namun denga berbagai alasan, Wat membalas bahwa dia akan emngirim Nai kesana.



“Aku telah berjanji dengan petugas itu. Kamu yang mengajarkanku bahwa yang paling penting adalah janji. Dan sekarang kamu ingin aku menghacurkan perkataanku dengan petugas itu?” tanya Nok.

Nai tersenyum kecil, saat mendengarkan perkataan cerdas Nok. Sedangkan Wat terus mencari- cari alasan untuk agar dia tidak perlu ke sana.



“Orang yang paling kamu khawatirkan dan anggap penting bukanlah aku lagi, tapi orang lain,” kata Nok.

“Tapi… aku pikir…” kata Wat dengan gugup, karena tidak tahu harus mengatakan apa.

“Hanya pesta Full Moon. Jika aku tidak bisa bertahan, maka biarkan aku bertanggung jawab dan belajar sendiri. Sebab dari sekarang, tidak akan ada yang peduli dan melindungin hidup ku lagi. Aku mesti belajar untuk bertahan hidup sendiri. Tolong jagalah orang- orangmu,” balas Nok. Lalu keluar dari ruang rapat.

Dan Wat pun tidak bisa berkata apa- apa lagi.



Saat makan siang Sudjai menkomentari Jomyuth yang tidak merasakan pedas sama sekali. Sementara dia, walaupun dia sudah memisahkan cabenya, tapi dia masih merasakan pedas. Dan mendengar itu, Jomyuth membalas.

“Jika kamu adalah aku. Jika kamu berada dalam ruang rapat untuk mendengarkan Khun Nok yang meminta Ketua untuk pergi ke pesta Full Moon. Aku bisa katakan, walaupun aku memakan segenggam cabe, rasanya masih hambar,” jelas Jomyuth.

“Apa Khun Nok marah lagi?” tanya Sudjai dengan suara pelan.

Dia seperti lautan yang tenang, sebelum badai,” jawab Jomyuth.



Wat mengujungin Khae dan memberitahukan hal yang terjadi. Dan mengetahui itu, Khae menanyakan tentang wawancara bersama mereka.

“Hanya memberikan wawancara dan beberapa pemotretan pada majalah. Lebih baik kita menundanya,” jelas Wat.

“Ya. Jika itu akan membuatmu bahagia. Aku bahkan setuju untuk menunda pernikahan. Hanya interview dan beberapa pemotretan, aku bisa menundanya dengan mudah,” balas Khae dengan sikap kecewa.



“Kamu tidak marah padaku, kan?” tanya Wat sambil memegang tangan Khae.

“Seperti apa yang ku katakan. Aku bisa melakukan apapun yang membuat mu bahagia,” balas Khae sambil tersenyum, Dan Wat berterima kasih.


Sambil duduk lebih mendekat. Wat merangkul bahu Khae,” Tapi aku ingin kamu tahu, kamu adalah yang paling terpenting untukku. Jika aku bisa, aku ingin menunda perjalanan ke pulau itu. Tapi ada acara besar, banyak staff yang akan pergi ke sana. Aku sedikit khawatir.”

“Kamu melakukan hal yang benar,” balas Khae, mengerti. Di menyandarkan kepalanya di bahu Wat.


Setelah Wat pergi. Khae menghubungin Sudjai untuk mencari tahu, apa benar yang Wat katakan padanya.


NB: Karena sudah ada blog lain yang menulis sinopsis ini. Maka saya tidak akan melanjutkan menulis sinopsis ini. Dan silahkan membaca sinopsis lain yang ada di blog ini ya ^.^ Terima kasih.

14 Comments

Previous Post Next Post