Network : GMM One
Ketika
si Murid berkaca mata menanyai dimana lencananya, Pang bersikap seperti tidak
mendengar dan ingin pergi begitu saja. Namun si Murid berkacamata menyuruh Pang
untuk berhenti dan membersihkan sepatunya yang kotor karena Pang.
“Tidak
apa- apa. Cuma tumpah sedikit,” kata Pang.
“Maksudku,
bersihkan sepatuku,” balas si Murid berkaca mata dengan tegas.
“Apa?”
tanya Pang tidak mengerti, saat dia hanya melihat seutas mie di sepatu si Murid
tersebut.
“Kubilang,
bersihkan sampah dikakiku,” ulang si Murid berkaca mata dengan pandangan yang
merendah kan.
Lalu
karena tidak ingin mencari ribut, maka Pang pun akan melakukannya. Namun dengan
sengaja si Murid berkaca mata malah menyandung kakinya, sehingga Pang pun
terjatuh. Dan Nack yang baru saja datang ke kantin, dia tampak terkejut ketika
melihat itu dari jauh. Begitu juga dengan beberapa murid lain yang berada
disana, mereka langsung melihat ke arah Pang.
Pang
berdiri dan dengan emosi dia menarik kerah kemeja si Murid berkaca mata. Dan
tepat disaat itu, seorang Guru datang. Lalu melihat kedatangan guru tersebut,
semua murid yang berada dikantin langsung memalingkan pandangannya dan bersikap
baik.
“Aku
tanya ada masalah apa?” tanya si Guru kepada mereka berdua.
“Dia
yang mulai,” jelas Pang dengan suara pelan.
“Bu,
dia tidak memakai lencana. Aku curiga dia siswa kelas lain yang menyusup ke
kantin,” kata si Murid berkaca mata melaporkan Pang. Dan Pang pun menjadi
kembali emosi.
Namun
si Guru langsung menyuruh Pang diam dan dia menanyakan dimana lencana Pang. Dan
Pang pun berbohong, dia menjawab bahwa lencana yang tertinggal dikelas.
Kemudian si Guru langsung bertanya lagi, dari kelas mana Pang berasal. Dan Pang
pun menjadi gugup, tidak bisa menjawab.
Tepat
disaat itu, Nack datang dan mendekati Pang. Dia memegang bahu Pang dengan sikap
akrab dan menanyai kenapa Pang lama sekali mengambil piringnya. Lalu dia
menyapa si Guru dan memberitahu bahwa dia serta Pang adalah teman satu kelas,
yaitu murid kelas 1.
“Masa?
Aku juga kelas 1. Kenapa aku tidak pernah melihatnya?” tanya si Murid berkaca
mata, tidak mempercayai Nack.
“Wave.
Coba kutanya, apa kamu tahu nama teman sekelas mu? Coba sebut namaku,” tantang
Nack dengan berani. Dan Wave pun tidak bisa menjawab.
“Semoga
saja kalian jujur. Awas kalau kalian ketahuan bohong,” kata si Guru
memperingatkan mereka, lalu dia pun pergi meninggalkan mereka.
Ketika
si Guru telah pergi, Wave langsung mengatai Pang sebagai lintah. Lalu Nack pun
memarahi Wave yang kebanyakan bicara. Dan Wave membalas, hanya karena mereka
sekelas, buka berarti Nack bisa berbuat seenaknya.
“Setelah
Tes penempatan, aku akan masuk Kelas Berbakat. Tapi kamu akan tetap sekelas
dengan lintah ini,” kata Wave dengan begitu sombongnya.
“Kamu
pikir, cuma kamu yang bisa masuk Kelas Berbakat? Lihat saja. Aku juga akan
masuk Kelas Berbakat. Dan bukan cuma aku. Tapi temanku juga,” balas Nack sambil
memegang bahu Pang.
“Nack?”
bisik Pang dengan tidak percaya, Nack begitu berani.
“Berdoa
saja,” balas Wave. Lalu dia mengambil nampannya dan pergi. Dan dengan lega,
Nack serta Pang pun langsung menghela nafas.
Didalam
kamar. Pang mengeluh kenapa Nack mengatakan hal itu. Dan Nack menjelaskan bahwa
tadi dia tidak tahu harus berbuat bagaimana, karena dia sangat kesal. Lalu Nack
menjelaskan bahwa Wave merupakan orang yang dibencinya. Dan dengan heran, Pang
menanyakan memangnya seperti apa Wave itu.
Wave
adalah seorang murid yang sangat genius dalam matematika dan komputer. Walaupun
sikapnya buruk, tapi kemampuannya tidak main- main.
Saat
berada di dalam kelas, ketika semua murid diberikan pertanyaan yang sama.
Mereka semua sibuk menulis dikertas dan menghitung. Sedangkan Wave hanya duduk
diam saja, tanpa menyentuh kertas sedikit pun atau menulis apapun. Lalu saat
waktu berakhir dan mereka ditanya, Wave dengan cepat mengangkat tangannya dan
menjawab dengan benar.
“Kalau
kamu mau mengalahkannya, lakukan dengan bakat alamimu,” jelas Nack. Namun Pang
tidak mengerti bagaimana dia bisa mengalahkan orang seperti Wave. Dan Nack
memberitahu bahwa dia akan mengajari Pang, sehingga Pang bisa masuk ke kelas
berbakat.
“Ujiannya
pasti sulit. Aku dari kelas 8 tahu!” keluh Pang.
“Kita
masih punya waktu. Sudah selesai? Biar kuperiksa,” kata Nack sampai melihat
kertas jawaban milik Pang. Tapi baru sesaat melihat saja, Nack langsung merasa
frustasi dan pusing, karena tidak menyangka.
“Sudak
kubilang kan. Jadi bagaimana? Besok tesnya,” kata Pang dengan lemas.
“Ini
tidak membantu. Hanya ada satu cara,” balas Pang.
“Apa?”
“Mencuri
soal ujian.”
Pada
malam hari, Nack serta Pang menyelinap ke dalam kantor guru. Dan dengan ragu,
Pang menanyakan apa benar mereka harus melakukan ini. Lalu Nack membalas bahwa
mereka harus melakukan ini untuk memastikan mereka masuk ke Kelas Berbakat.
“Sebenarnya,
aku tidak pernah ingin masuk ke Kelas berbakat,” kata Pang yang masih ragu.
“Pang.
Kamu tahu, kan? Kelas 1 sepertiku punya keistimewaan dibandingkan kelas lain.
Tapi hak khusus Kelas Berbakat lebih dari itu. Mereka yang paling tinggi
disekolah ini. Dunia dimana hanya beberapa murid genius, tidak hanya ditawari
beasiswa hingga universitas, tapi juga punya hak khusus dalam segala hal
disekolah ini,” jelas Nack sambil menunjukan semua piagam dan piala yang ada
dengan disinari lampu hapenya.
Tes
penempatan pertama untuk kelas M.4 kali ini bukan cuma untuk membagi- bagi
kelas. Tapi juga untuk memilih siswa untuk Kelas Berbakat. Jadi jika mereka
bisa mencuri soalnya, maka itu akan bagus buat mereka berdua. Dan mengetahui
itu, Pang diam serta memikirkannya.
“Kamu
tidak mau jadi siswa nomor satu di sekolah?” tanya Nack menggoda Pang.
“Kalau
Kelas Berbakat untuk anak genius, maka buat apa siswa biasa macam kita susah-
susah mencoba?” tanya Pang masih tidak mengerti.
“Kamu
tahu dari mana, kalau aku biasa saja?” balas Nack.
Akhirnya
karena Nack pantang menyerah dalam menggodanya, maka akhirnya Pang pun setuju.
Dan dengan senang, Nack menjelaskan bahwa tadi sore dia melihat guru- guru
memindahkan loker percetakan ke atas. Jadi Nack percaya bahwa apa yang mereka
cari ada disana. Lalu Pang pun mengikuti Nack.
Dilantai
atas. Nack mulai mencoba untuk membuka pintu loker yang dimaksudnya. Sementara Pang,
saat dia melihat sebuah pemutar musik, dia menyentuh dan menyalakannya. Dan karena
dipanggil oleh Nack agar membantunya, maka Pang pun mendekati Nack. Namun sayangnya,
dia lupa untuk mematikan pemutar musik tersebut.
Pang
membantu menyinari Nack yang sedang mencari. Dan ketika akhirnya mereka
menemukan dokumen yang diperlukan, mereka pun bertos. Tapi tepat disaat itu,
terdengar suara guru yang datang untuk memeriksa dokumen ujian. Jadi dengan
segera, Nack dan Pang pun bersembunyi dibelakang kardus disana.
Dua
guru mengobrol dan memeriksa semua dokumen yang berada disana. Dan ketika
seorang guru berjalan mendekati kearah mereka, maka mereka pun menjadi
ketakutan. Tapi untungnya, ternyata guru tersebut tidak mendekati mereka.
Guru
tersebut menyetuh cuma ingin memungut pena nya yang terjatuh. Lalu pas disaat
itu, pemutar musik tersebut berbunyi dengan keras, sehingga mereka pun menjadi
heran, namun karena tidak tahu dan tidak curiga, maka mereka mengabaikannya.
Tapi
sebelum akan turun, seorang Guru merasa curiga dengan apa yang ada dibelakang
kardus. Dan seperti menyadari sesuatu, dia tersenyum, lalu turun.
Nack
yang melihat mereka telah turun pun menjadi sangat lega dan memberitahukan
kepada Pang yang ada di sebelahnya.
“Kamu
pakai bluetooth untuk menyalakan pemutar musik itu ya?” tanya Nack.
“Waktu
melihat pemutar musik itu, aku langsung punya ide,” balas Pang.
“Kamu
memang pintar ya,” puji Nack sambil menyentuh kepala Pang. Tapi Pang menepisnya
dan menyuruh Nack untuk memeriksa soal nya saja.
Ketika
melihat soal ujian penempatan kelas yang didapatnya, Nack menjelaskan bahwa
soalnya biasa saja, padahal dia mengira soal nya bakal lebih susah. Sementara Pang,
dia merasa bahwa itu sudah cukup sulit untuknya.
“Mungkin
sulit buat kelas 8. Tapi bukankah ini terlalu mudah buat tes kualifikasi Kelas
Berbakat?” tanya Nack dengan sedikit heran.
Hari
tes penempatan kelas. Pang mengingat tentang penjelasan Nack. Meski pertanyaannya
tidak sulit, namun Nack telah menyiapkan contekan untuk Pang. Jadi asalkan Pang
mengikuti itu, maka nilai Pang bakal sempurna. Dan jika beruntung, mereka bisa
bertemu di Kelas Berbakat.
Diam-diam
Pang mengeluarkan kertas contekan yang diberikan kepadanya. Namun karena ragu,
Pang membuang kertas contekan tersebut. Dan dia mulai berusaha untuk menjawabnya
sendiri.
Dikelas
1. Setiap orang mulai fokus dalam mengerjakan setiap soal yang ada dengan
mudah.
Pang
mulai merasa sangat pusing, karena dia tidak bisa menjawab. Lalu saat sudah
waktunya, guru mempersilahkan mereka untuk mengumpulkan duluan jika sudah
selesai. Dan tepat disaat itu, tiba- tiba Pang merasa kan suara yang sangat
bising dan menyakitkan, sehingga dia menutup telinganya.
Begitu
juga dengan beberapa murid yang berada di Kelas 1. Mereka menutup kuping mereka
sendiri, karena mendengar suara bising yang kuat dan menyakitkan.
Pertanyaan terakhir… Subjektif. Pertanyaan
terakhir adalah pertanyaan subjektif. Pertanyaan terakhir adalah pertanyaan
subjektif. Pertanyaannya, dengan teknologi saat ini, manusia tidak lagi sesuai
dengan teori seleksi alam Charles Darwin. Apa kalian setuju? Tulis pendapat
kalian di bagian belakang lembar jawaban.
Kata
suara yang didengar oleh Pang. Namun heran nya, saat Pang melihat ke
sekeliling, dia melihat semua orang tampak biasa saja dan tidak ada yang tampak
seperti sedang mendengar kan suara seperti apa yang didengarnya.
Lalu
mengikuti suara tersebut, Pang membalikan lembar jawabannya. Dan dia menemukan
logo G besar dibelakang lembar ujiannya. Lalu suara tersebut kembali terdengar.
“Jawab
sembarang saja lah,” gumam Pang sambil mulai menulis jawabannya.
Saat
itu, aku tidak sadar. Kejadian itu adalah titik awal kisah kami.
Tags:
The Gifted
Wah dramanya seru nih kayaknya..
ReplyDelete