Sinopsis Lakorn : Khun Chai Puttipat Episode 8 - part 3




Khun Chai Puttipat (2013) Episode 8 - Part 3

Network : Channel 3

Yodsawin datang menemui Chai Pat, dan menanyakan apa benar Chai Pat pergi berlibur ke Hua-hin bersama dengan Krongkeaw. Dan tanpa menjawab, Chai Pat membalas bahwa apa Marathee yang memberitahu Yodsawin.

“Jawab saja, Khun Chai,” pinta Yodsawin.

“Aku punya beberapa alasan,” balas Chai Pat.

“Alasan apa? Apa kamu menyukai Krongkeaw?” tanya Yodsawin.

Dan dengan tegas, Chai Pat membenarkan hal itu. “Ya. Aku mencintai Khun Krongkeaw.”


Mengetahui hal itu, Yodsawin langsung mengeluh, dia mengatakan bahwa Chai Pat tahu kalau dia mempunyai perasaan untuk Keaw, tapi mengapa Chai Pat melakukan ini padanya, apa Chai Pat masih melihatnya sebagai seorang teman. Dan Chai Pat menjawab bahwa dia pikir kalau Yodsawin mengetahui perasaannya untuk Keaw juga.

“Aku tidak tahu. Bagaimana aku tahu? Aku kira kamu tidak tahu bagaimana caranya mencintai seseorang. Khun Chai, kamu tahu? Sekarang aku patah hati. Aku begitu sedih,” keluh Yodsawin dengan frustasi, karena tidak tahu harus bagaimana.

“Jadi kamu mau aku melakukan apa?”

“Aku tidak tahu.”


Piangporn datang dan memanggil mereka berdua untuk ke ruangan operasi, karena pasien sudah menunggu mereka. Dan Chai Pat pun berdiri dari duduknya, lalu dia menghampiri Yodsawin, dan dia mengatakan bahwa sebaiknya mereka melanjutkan pembicaraan ini nanti saja, karena pasien telah menunggu mereka. Dan dengan frustasi, Yodsawin menghela nafas.

Sambil membantu Chai Pat memakai pakaian operasi, Yodsawin memberitahukan pikiran nya, dia mengatakan bahwa sebenarnya sekarang dia merasa tidak bisa bekerja dengang Chai Pat. Lalu dia menanyakan, apa Keaw juga menyukai Chai Pat.

“Bisakah kita bicara setelah operasi?” tanya Chai Pat.

“Tolonglah, Khun Chai. Tolong jawab aku,” pinta Yodsawin.

“Aku tidak tahu. Itu perasaan Keaw, jadi tanyalah pada Keaw langsung,” balas Chai Pat.


Piangporn datang menghampiri mereka berdua, karena sudah waktunya untuk memulai operasi. Jadi karena telah selesai memakai pakaiannya, maka Chai Pat langsung masuk ke dalam ruangan operasi. Sementara Yodsawin hanya berdiam diri disana saja, karena saat ini dia sedang merasa sangat patah hati.


“Dokter Yodsawin. Kamu patah hati, tapi pasien terkena tembakan. Lukannya sangat membahayakan, menurutmu kita harus bersimpati pada siapa?” tanya Piangporn.

“Oh, baiklah! Aku minta maaf! Maaf!! Aku siap,” balas Yodsawin sambil menarik nafas, lalu dia masuk ke dalam ruangan operasi juga.


Nenek Oon membawa Keaw ke dapur, disana dia menanyakan kepada Jeaw menu makan mereka hari ini. Dan Jeaw pun menyebutkan semua menu yang rencana nya akan dibuat hari ini, dan semua menu tersebut tergolong sangat sulit untuk dibuat. Mengetahui hal itu, Nenek Oon merasa sangat senang. Dia menyuruh semua pelayan untuk keluar dari dapur, dan lalu dia menyuruh Keaw untuk memasakan semua menu yang telah di sebutkan tadi.

“Jangan sampai aku tahu bahwa ada yang membantu dia nantinya,” tegas Nenek Oon, kepada semua pelayan. Dan lalu dia pergi.


Saat Nenek Oon telah pergi, semua pelayan langsung berkumpul di dekat pintu dapur dan memperhatikan Keaw. Tapi Nenek Oon kembali, dia mengatakan bahwa dia berubah pikiran untuk pergi, karena dia mau mengawasi Keaw sendiri.


Keaw mulai memotong sayuran, kemudian dia mengambil udang segar dan membakarnya di dalam arang. Melihat hal itu, Nenek Oon merasa sedikit terkejut. “Hey! Kamu tahu itu juga?” tanya nya.

“Ibuku mengajari ku, jangan membakar udang diatas pangganggan, karena udang akan menjadi kaku dan tidak enak. Jadi taruh saja di dalam arang dan kupas kulitnya nanti,” jelas Keaw sambil membolak- balik udang di dalam arang.


Dengan cekatan, Keaw memasak satu persatu makanan dengan sangat baik. Dan setiap kali Keaw melakukan sesuatu, Nenek Oon akan melirik kepada Somsri, lalu Somsri akan menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa apa yang Keaw lakukan adalah benar.


“Hey! Hey! Apa kamu menambakan perasan jeruk nipis ke dalamnya?” tanya Nenek Oon, saat Keaw melakukan sesuatu yang berbeda pada masakan.

“Sauce Mi Krop sebagian besar manis, tapi bisa cocok dengan rasa asam. Lalu kita perlu mengocok nya sampai menjadi kering dan tidak basah. Jadi kita akan mendapatkan rasa Mi Krop terbaik,” jelas Keaw. Dan Nenek Oon pun terdiam.

Satu persatu bahan Keaw masukan ke dalam masakan yang dibuatnya, lalu dia menambahkan daun- daunan kecil (Som Saa) agar Mi Krob menjadi lebih wangi. Dan Nenek Oon pun bertanya, jangan bilang bahwa Ibu Keaw juga yang mengajari itu.

“Iya, Nenek,” jawab Keaw sambil tersenyum.


Para pelayan mulai berbisik- bisik, mereka mengatakan bahwa aroma masakan Keaw sangat harum sekali. Dan Nenek Oon membenarkan itu, tapi saat sadar, dia langsung beralasan bahwa dia akan pergi menunggu di ruang makan. Dan mereka semua pun saling tersenyum.


Diruang makan. Nenek Aiet menanyakan siapa yang mengajari Keaw menata makanan, dan Keaw menjelaskan bahwa Guru nya lah yang telah mengajarkannya. Dan dengan sinis Nenek Oon langsung mengatakan bahwa penampilan luar boleh tampak luar biasa, tapi rasanya tidak ada yang tahu.

Nenek Oon dan Nenek Aiet mulai mencoba satu persatu makanan. Dan setiap makanan yang dicoba oleh Nenek Oon, dia pasti bakal memberikan komentar, “so- so (biasa saja).”

“Kamu pasti punya perasa yang bagus. Aku pikir ini semua sangat enak,” kata Nenek Aiet sambil tersenyum melihat sikap Nenek Oon yang terus berkomentar sama.


“Kakak. Mengapa kamu memberikannya dukungan?” bisik Nenek Oon.

“Tidak begitu. Ketika ini enak, maka aku akan mengatakan enak. Bagaimana bisa aku berbohong pada dia?” balas Nenek Aiet.


Nenek Aiet menanyakan dimana Keaw mempelajari cara memasak semua menu ini. Dan Keaw menjawab bahwa Ibunya lah yang telah mengajarkannya, untuk beberapa menu yang lain, dia dan Ibunya mempelajari itu saat mereka bekerja sebagai asisten dapur.

“Ini yang disebut ‘mencuri resep orang lain’,” komentar Nenek Oon dengan sinis.

“Jika Ibu mu bagus dalam memasak, mengapa dia tidak membuka restaurant?” tanya Nenek Aiet. Dan dengan pelan Keaw menjawab bahwa Ibunya telah meninggal.


Nenek Oon kemudian menanyakan, apa yang Keaw lakukan sekarang ini, apa Ayah Keaw tahu. Dan Keaw pun menceritakan semuanya, Ayahnya tahu dia mengikuti kontes kecantikan, tapi dia tidak tahu apapun mengenai masalahnya, dan saat ini Ayahnya sedang menunggu untuk dioperasi, tapi dia tidak bisa menjaganya, karena dia sedang di kejar oleh General Pinit.

“Berhenti! Aku sudah mendengar segalanya dari Chai Pat,” kata Nenek Aiet menghentikan Keaw.

Nenek Aiet serta Nenek Oon kemudian mencoba makanan yang terakhir, yaitu dumpling yang dibuat berdasarkan resep Ibu Keaw. Dan saat mereka mencoba dumpling itu, mereka merasa heran, karena rasa dumpling itu sama enaknya seperti dumpling buatan Marathee.


“Keaw. Apa benar kamu yang membuatnya?” tanya Nenek Aiet.

“Iya. Ketika aku tinggal di rumah Khun Katesara, aku juga yang membuat nya untuk dijual. Itu menjadi menu best-seller (terlaris),” jelas Keaw. Dan mendengar itu, Nenek Aiet serta Nenek Oon langsung saling bertatapan.

Diruang tamu. Pelayan memberikan dumpling buatan Keaw untuk dicoba oleh Chai Lek serta Chai Pee. Lalu sesudah memakan itu, Chai Lek serta Chai Pee menjelaskan kepada Nenek Aiert serta Nenek Oon apa yang mereka rasakan.


“Apa dia mencuri resep mereka, kak?” tanya Nenek Oon, mencurigai Keaw.

“Aku pikir orang yang mencuri nya adalah Marathee, Nenek Oon,” kata Chai Pee.

“Gadis itu adalah anak dari keluarga bangsawan lama, jadi dia tidak punya perilaku yang buruk seperti itu,” balas Nenek Oon.


Untuk mencari tahu siapa yang benar, maka Nenek Aiet pun memanggil Somboon dan menyuruhnya untuk menyelidiki latar belakang Keaw, siapa Keaw, darimana Keaw berasal, dan siapa yang benar. Dan mendengar itu, Chai Lek serta Chai Pee tersenyum senang.


Marathee mengikuti Yodsawin sambil terus mengomel, dia menyebut Yodsawin sebagai pengecut yang tidak berani melakukan apapun. Dan karena tidak tahan, maka Yodsawin pun membalas dan sekaligus menasehatinya.

“Sejak Khun Chai tidak mencintaimu, tidak seharusnya kamu menyalahkan orang lain. Mengapa kamu tidak melihat dirimu sendiri, apa kamu pantas mendapatkan cinta dari seseorang? Setiap hari kamu terus menghina orang lain dan pergi bekerja seperti seseorang memaksamu melakukannya, jika begitu mengapa kamu tidak berhenti saja?” tanya Yodsawin.

“Aku menunggu seseorang memecatku. Aku tidak mau melakukan itu,” balas Marathee.


Malas dengan sikap Marathee, maka Yodsawin pun memutuskan untuk pergi, tapi Marathee menahannya dan dia menyuruh agar Yodsawin pergi membawa Keaw sekarang.

“Jangan main- main dengan ku. Jika mereka tidak mencintai kita, maka kita harus menerima kenyataan,” kata Yodsawin dengan tegas.

“Tapi aku tidak akan menyerah! Aku harus menang!!” kata Marathee dengan sikap keras kepala.

“Terserah kamu saja,” balas Yodsawin, lalu masuk ke dalam mobil.


Dengan sikap yang tidak sopan, Marathee main ikut masuk begitu saja ke dalam mobil Yodsawin, dan dia menyuruh Yodsawin untuk mengantarnya ke rumah Jutathep. Dan dengan kesal, Yodsawin menyuruh Marathee untuk keluar dari dalam mobilnya, karena dia bukan taksi.

“Bawa aku ke tempat Jutathep sekarang!!” teriak Marathee dengan sikap egois. Dan karena malas berdebat, maka Yodsawin pun menjalankan mobilnya.

Yodsawin menjalankan mobilnya ke arah bar, ke tempat yang ingin ditujunya. Dan mengetahui hal itu, Marathee memukuli Yodsawin serta mengomelinya. Lalu dengan tenang, Yodsawin pun menjelaskan bahwa jika Marathee ingin pergi ke tempat Jutathep, maka Marathee yang harus mengurusnya sendiri.


Sesampainya di bar. Marathee mengikuti Yodsawin masuk ke dalam, dan dia memesan minuman yang sama seperti apa yang di pesan oleh Yodsawin. Namun sebelum Yodsawin sempat minum, Marathee langsung mengambil minuman Yodsawin dan meminum itu, lalu dia memesan minuman lagi dan lagi.

“Apa kamu serius mencintai Khun Chai?” tanya Yodsawin, memulai obrolan.

“Jika aku tidak mencintai dia, mengapa aku bertindak sampai sejauh ini?” balas Marathee.


“Aku pikir kamu hanya ingin menang melewati nya. Karena saingan mu hanyalah seorang ratu kecantikan yang berasal dari keluarga miskin. Sementara kamu adalah seorang M.L. Jika kamu terlalu banyak gengsi, maka kamu akan hancur, Khun Marathee,” kata Yodsawin, mengingatkan.

“Anak seperti mu. Jangan bersikap seperti tahu apa itu gengsi dan martabat,” balas Marathee sambil minum lagi.


Melihat sikap Marathee yang mulai tampak mabuk, maka Yodsawin pun menawarkan diri untuk mengantarkan Marathee untuk pulang ke rumah. “Oh. Bukan rumah. Kalian menyebutnya ‘Istana’,” kata Yodsawin.

“Aku tidak akan pulang. Pergi saja jika kamu mau,” balas Marathee sambil lanjut minum.

“Hey! Aku tidak bisa meninggalkan kamu sendirian di tempat ini. Jadi sekarang mari pulang.”

“Tidak mau. Seseorang seperti mu jangan mengkritik ku. Kita berbeda level,” balas Marathee.


Kesal dengan sikap Marathee yang sombong, maka Yodsawin pun mengatakan bahwa dia tidak pernah melihat wanita yang hanya cantik di wajah saja seperti Marathee. Dan mendengar itu, Marathee mengambil segelas bir dan menyiram kannya pada Yodsawin, lalu dia mengusir Yodsawin untuk pergi. Lalu karena itu, maka Yodsawin pun pergi.




General Pinit yang memperhatikan itu dari jauh tampak tertarik dengan Marathee. Dia menyuruh anak buah nya membawakan minuman untuk Marathee, lalu dia datang mendekat dan mengajak Marathee untuk minum bersama. Dan tanpa rasa curiga, Marathee bersulang dengan General Pinit dan minum bersama dengan nya sambil tersenyum.

2 Comments

  1. Semangattt kakak ditunggu kelnjutan'y,
    Selesai lakorn ini request tinggl lakorn chai yai, chai ruj, chai lek, & chai pee ya kak, 😊

    ReplyDelete
Previous Post Next Post