Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 06 – 1


Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 06 – 1
Images : Channel 3
Kris mengantar Kiew hingga ke depan restoran, dan Kiew sebelum pergi bertanya pada Kris, “Kau tahu kan dimana Peat sekarang?”
“Kau ingin menyusulnya?”
“Ya, dia harus pulang ke rumah. Ayahnya menunggunya. Dan aku akan merasa sangat bersalah jika dia tidak pulang. Jangan bilang kalau kau tidak tahu, karena aku tidak akan percaya.”
“Aku tidak bisa melanggar janjiku pada temanku. Sebagai gantinya, tolong bilang ke ayah Peat kalau Peat baik-baik saja. Suatu hari dia akan pulang. Dan untukmu, jika kau tidak ingin merasa bersalah pada Ai-Peat, maka tolong gantikan tanggung jawabnya untuk menjaga ayahnya selama dia tidak ada.”
Kiew mengerti dan tidak memaksa Kriss lagi.

Setelah Kiew pergi, Kriss kembali melihat foto Chaya dan Peat yang di kirimkan Chaya tadi. Wajahnya jadi muram.
--
Esok hari,
Saat mau pulang kuliah, salah seorang teman kampusnya memanggil Kiew dan memberitahu kalau Professor Saviti memanggil Kiew.

Entah apa yang di sampaikan oleh Prof. Saviti, karena muka Kiew berubah menjadi sangat senang. Dia bahkan langsung pergi menemui Kris dan meminta izin untuk cuti.
--

Chaya sudah mulai melakukan aktivitas kampus. Dan saat sedang melihat mading, Chaya sangat terkejut melihat ada foto Kiew tertempel di mading. Kiew terpilih menjadi mahasiswa pertukaran. Chaya sangat kesal karena merasa seolah Kiew terus mengikutinya dan Peat.
Peat melihat Chaya di depan mading, dan ingin ikut melihat pengumuman, tapi Chaya segera menghalangi. Dia mengajak Peat pergi dan makan siang bersama.
Sepanjang jalan, Chaya merasa tidak tenang. Peat menyadari hal itu dan bertanya ada apa? Tapi, Chaya mengatakan tidak ada, dia hanya memikirkan tugas laporan yang harus di serahkan.
“Kau khawatir padaku ya?” tanya Chaya senang.
“Ya. Kalau ada masalah beritahu aku, kita hanya berdua di sini.”
“Baik. Terimakasih ya, sudah khawatir padaku,” senang Chaya dan menggandeng tangan Peat.
--

Katha datang ke restoran Kris, tapi malah mendapati kalau restoran di tutup. Katha berusaha menghubungi Kriss, tapi tidak di angkat.
--

Beberapa hari / bulan (?) ya?
Kiew dan beberapa orang terpilih telah tiba di Korea. Mereka bertemu dengan orang Korea asli dan mencicipi makanan khas Korea. Kiew sangat bersemangat dan mencoba makanan-makanan itu. Mereka sedang dalam tahap untuk mempelajari kultur masakan Korea dan Thai.
Chaya dan Peat ternyata juga pergi ke restoran yang sama seperti yang di kunjungi oleh Kiew. Sayangnya, Peat tidak melihat Kiew, melainkan Chaya yang melihat. Jadi, Chaya segera mengajak Peat untuk pergi dari restoran dengan alasan dia mau makan yang lain. Peat sedikit kesal, tapi tetap ikut.
--
Selesai berjalan-jalan, Peat mengantar Chaya kembali ke apartemennya. Sebelum Peat pergi, Chaya tiba-tiba mengajak Peat untuk melakukan travelling keluar Seoul. Dia ingin mengunjungi pulau Jeju.
“Bukankah kita harus kuliah?”
“Hmmm, hanya ada kelas yang tidak perlu absen. Kita bisa mengejarnya dengan membaca buku nanti.”
“Ada apa denganmu belakangan ini? Kau bertingkah aneh.”
“Tidak. ini normal,” bohong Chaya dan membujuk Peat untuk ikut.
Akhirnya, Peat bersedia. Dan Chaya langsung meminta untuk berangkat besok. Peat mengangguk setuju.
--
Kiew sudah kembali ke kamarnya dan segera membongkar barang-barang di kopernya. Dia berteleponan dengan Pa, dan Pa merasa sangat iri. Dia juga sedih karena akan makan sendirian untuk seminggu ke depan. Pa kemudian apa lagi yang akan Kiew lakukan nanti?
“Aku berencana untuk berjalan-jalan di sekitar sini. Dan kemudian besok, Professor dan petugas akan membawa kami mengelilingi kampus.”
“Jangan lupa untuk membeli semua barang berdasarkan list yang sudah di buat ya.”
--
Katha masih belum bisa menghubungi Kris.  Dia sampai kesal dan meninggalkan pesan suara. Setelah itu, dia melempar bola basket di tangannya dengan penuh emosi.

Brak!!! Bola basket itu mengenai Pa dan membuat hape Pa jatuh serta hancur. Pa sangat kaget hingga terdiam sebelum menangis. Kiew heran karena Pa tiba-tiba mematikan pembicaraaan, tapi dia nggak ambil pusing.
Katha dengan tenang menghampiri Pa dan mengambilkan hape Pa di lantai sambil berkata : “Ini masih bisa di gunakan. Masih bisa.”

Pa menjerit. Dan begitu melihat wajah Kahta, Pa semakin emosi. Dia mengenali Katha sebagai teman Peat dan memarahi Katha yang punya kebiasaan sama seperti Peat, melempar bola pada orang.
Katha menjelaskan kalau dia tidak sengaja. Dia bahkan langsung mengatupkan kedua tangan dan memohon maaf pada Pa. Pa tidak terima dengan permintaan maaf itu, karena hal itu tidak bisa membuat hape-nya kembali benar. Dia mau Katha mengganti hape-nya.
“Aku tidak bilang kalau aku akan kabur. Tapi saat membuat kesalahan, aku harus minta maaf terlebih dahulu, kan?”
“Tidak tahu. Kau harus mengganti hape ku dengan yang asli. Aku tidak mau imitasi.”
“Baikah! Tapi sekarang adalah akhir bulan, bisa tunggu hingga gaji ku keluar dulu, okay?”
“Kau berusaha mengulur waktu kan? Kau berencana untuk mengingkari janji kan?”
“Tidak. aku hanya minta waktu. Okay?”
“Tidak okay!” ketus Pa.
--
Akhirnya mereka pergi ke mall. Pa terus menggerutu karena harus menunggu hingga 2 minggu tanpa hape, dan dia pasti akan mati. Sementara Katha menggerutu karena total perbaikan hape Pa adalah 6.000 baht dan dia pasti mati. Pa langsung menyindir Katha yang mengejeknya.
Pa kemudian mengatakan kalau urusan mereka sudah selesai, jadi mari berpisah. Eh, si Katha malah meminta Pa untuk mentraktir-nya makan (hahahaha!). Pa sampai tidak habis pikir karena Katha masih punya muka memintanya mentraktir makan.
“Aku lapar. Dan aku sudah menggunakan semua uangku untuk memperbaiki hape-mu barusan. Aku tidak punya uang lagi,” jelas Katha.
“Tidak mau,” tegas Pa.
Katha langsung akting kelaparan sambil memegang perutnya.
“Tidak tahu malu. Baiklah! Baiklah! Ini 50 baht!” kasihan Pa dan beranjak pergi. Tapi, dia berpikir sesaat dan balik lagi, “Ini tambahan 20 baht lagi. Uang untuk transportasi kau ke tempat kerja.” (Owwwhhh, si Pa kasihan pada Katha).
Setelah itu, Pa benar-benar pergi sambil merutuki dirinya benar-benar sial. Katha tersenyum menatap Pa, karena Pa benar-benar baik.
--
Peat sedang nongkrong sendirian sambil minum kopi. Tapi, tiba-tiba dia melihat sosok Kiew. Matanya langsung membesar seolah melihat hantu, tapi pas dia lihat lagi, tidak ada.
Saat Peat udah mau pergi, dia malah melihat Kiew beneran sedang membaca buku. Peat langsung buru-buru menjauh dari sana.
Sementara itu, Kiew berjalan-jalan sendirian di kota Seoul sambil mencicipi makanan pinggir jalan. Dia juga masuk ke dalam toko-toko dan melihat sekeliling. Dia terus berjalan hingga malam.
--
Peat pulang ke apartemen-nya. Dan dia merasa gugup sekaligus heran. Dia sudah kabur hingga ke Seoul, tapi kenapa Kiew juga bisa ada di sini?
--

Chaya datang ke apartemen Peat. Dia sudah siap untuk pergi menuju Jeju. Tapi, Peat tidak membukakan pintu untuknya. Chaya jelas panik. Tidak berapa lama, dia mendapat pesan line dari Peat : Professor memintaku menemuinya. Aku akan segrea kembali.
Chaya tambah panik dan langsung berlari menuju kampus.
--
Peat tiba di kampus.


Sementara itu, Kiew dan rombongan di ajak berkeliling kampus. Dan mata Kiew menangkap sosok Peat. Mereka saling bertatapan. Peat segera kabur. Kiew hendak menyusul tapi tidak bisa karena dia harus mengikuti rombongan.
Peat panik, kenapa Kiew bisa ada di sini?

Dan saat itulah, dia baru melihat pengumuman di mading kampus mengenai pertukaran mahasiswa. Peat tampak marah. Pas sekali, Chaya muncul. Peat sadar kalau Chaya sudah tahu mengenai hal ini.
Peat sangat marah dan meninggalkan Chaya. Chaya menyusulnya dan mengakui kalau dia sduah tahu hal itu dan tidak memberitahu Peat karena tidak ingin Peat bertemu dengan Kiew.
“Kau tidak perlu berbohong padaku. Jika kau tahu dia akan ke sini, aku juga tidak ingin bertemu dengannya!”
“Tapi, kau akan merindukannya!”
“Aku tidak pernah merindukannya! Aku membenci-nya!”
“Kau yakin kau membenci-nya? Jika kau benar-benar membencinya, kau seharusnya berterimakasih karena aku tidak memberitahu hal ini. Bukannya marah seperti sekarang. Kau marah karena kau benci, atau kau marah karena kau hampir tidak bertemu dengannya? Jawab aku!”
“Ini… kau melakukan hal ini, apa yang akan kau dapatkan? Bagaimanaku perasaanku, tidak ada hubungannya denganmu!”
“Kenapa tidak? Apapun yang kau rasakan, itu penting bagiku.”
“Sejak kapan aku memberimu hak?!” tanya Peat dengan tegas. “Kita hanya teman. Jangan melewati batas!” peringati Peat. “Jika kau tetap tidak berhenti membuat masalah, bahkan jika kau temanku, aku juga tidak akan peduli!”
Chaya tertohok dengan ucapan Peat. Kenyataan yang selama ini di sangkalnya, di tegaskan langsung oleh Peat.
--
Kiew telah selesai mengelilingi kampus dengan rombongan. Professor-nya menyuruh Kiew untuk istirahat dan mereka akan lanjut nanti sore lagi. Kiew meminta izin untuk jalan-jalan sendiri, dan professor mengizinkan.
Setelah mendapat izin, Kiew langsung berkeliling untuk mencari Peat. Tapi, dia tidak menemukannya sama sekali.
--
Chaya yang di tinggal sendirian, menelpon Kriss sambil menangis. Kriss jelas merasa khawatir mendengar suara tangisan Chaya dan bertanya ada apa?
“Aku…  bertengkar dengan Peat.”

“Tolong tenang. Ceritakan dengan pelan. Aku selalu siap untuk mendengarkanmu,” ujar Kris yang sedang berada di Seoul dan melihat Chaya dari jauh.
Flashback
Ternyata, Kris telah mengikuti Chaya dari Chaya keluar apartemen, menuju apartemen Peat dan dengan panik berlari ke kampus. Dia melihat semuanya.
End
“Aku menyembunyikan darinya mengenai seseorang yang datang ke sini. Aku ingin melindungi Peat. Tapi, Peat menuduhku telah melewati batas, terlalu mengganggunya.”
“Mungkin Peat hanya marah. Mungin dia mengucapkannya tanpa berpikir.”
“Hingga dia ingin memutuskan hubungan denganku? Apa aku sangat salah? Aku hanya ingin menolong Peat agar dia tidak merasa sendirian. Tapi sekarang, aku merasa kalau akulah yang sendirian.”
“Tapi kau masih memilikiku.”
“Tapi kau tidak di sini,” tangis Chaya.

Kris sudah hendak menghampiri Chaya, tapi tiba-tiba dia mendengar Chaya memanggil nama Peat. Peat kembali dan meminta maaf pada Chaya. Chaya langsung memeluk Peat dengan erat. Dan sekali lagi, Kris patah hati (auhhh… kasihan kali).
Chaya meminta maaf pada Peat, dia hanya berniat baik. Peat mengerti dan dia juga meminta maaf karena telah bicara kasar pada Chaya. Chaya sangat senang mendengarnya. Peat bertanya apa Chaya sedang bicara dengan Kriss? Chaya membenarkan dan memberikan ponselnya pada Peat.
“Sudah tidak ada masalah. Terimakasih banyak.”
“Ya. Bicaralah baik-baik dengannya,” ujar Kris dan mematikan telepon.
Dari jauh, Kris melihat Chaya yang berpelukan dengan erat pada Peat.


5 Comments

  1. Yuupp lanjuuut...mkasih min.makin pnasaran nie...semangaa😍😍😍

    ReplyDelete
  2. What... gila gue ska banget ni ama filmx takh's ya yg udah bikin sinopsisnya... gue tunggu lanjutannya nih❤❤

    ReplyDelete
Previous Post Next Post