Sinopsis Korean Drama : Left-Handed Wife Episode 02


Sinopsis Korean Drama : Left-Handed Wife Episode 02
Images by : KBS2

Esther kesusahan bergelantungan di pagar beranda apartemen. Dan Do Gyung melihat tangannya yang sedang memegang sela-sela pagar beranda. Karena itu, dia menghalangi ibunya mendekati beranda dan membuat alasan kalau tidak ada wanita di apartemennya. Sepatu yang ibunya lihat di meja samping tempat tidurnya adalah sepatu hadiah untuk ibunya. Dia mengeluarkan sepatu itu dari kotaknya untuk memeriksa apakah ada permata sepatu itu yang terlepas. Untunglah ny. Cho percaya pada alasannya. Tapi, dia tetap memperingati Do Gyung untuk tidak membuat kekacauan apapun.

Setelah menenangkan ibunya dan mendudukkannya di ruang tamu, Do Gyung kembali ke beranda untuk memeriksa keadaan Esther. Esther sudah hampir kehabisan nafas dan meraih tangan Do Gyung agar Do Gyung membantunya naik lagi ke beranda.
“Sedang apa kau di luar?” teriak Ny. Cho pada Do Gyung yang ke beranda.


Do Gyung panik. Dia menatap Esther dan berujar, “Aku sungguh minta maaf. Kembalilah dengan selamat.” Dan setelah itu dia melepaskan pegangan Esther padanya dan meninggalkannya.
Esther tidak bisa lagi bertahan dan terjatuh dari lantai 2 apartemen itu.
--
Ny. Baek tiba di rumah sakit tepat waktu dan melarang San Ha untuk mendonorkan ginjalnya pada Soo Ho.
--

Ny. Baek masih di apartemen Do Gyung dan sambil menunggu Do Gyung menukar bajunya, dia bertanya mengenai hasil rapat di Tiongkok. Do Gyung dengan suara kecil memberitahu kalau dia gagal. Tapi, dia kemudian menyalahkan Nam Joon yang selalu membantunya sehingga dia tidak bisa apapun. Saat mereka kuliah juga, Nam Joon yang membuat semua laporannya dan saat bekerja di perusahaan, Nam Joon yang melakukan semuanya. Dia tidak tahu apapun dan hanya menerima pujian atas semua yang Nam Joon lakukan untuknya.
“Apa maksudmu?” marah ny. Cho. “Kamu seharusnya memikirkan cara untuk mewujudkan itu! Bagaimana bisa kamu menyerah?!”  
Tapi, dia berusaha menahan amarahnya, dan menyuruh Do Gyung untuk cepat bersiap karena mereka harus makan malam dengan kakek. Kakek paling benci jika ada yang terlambat.
Ny. Cho juga membawa sepatu hijau yang Do Gyung bilang hadiah untuknya. Do Gyung jelas panik karena itu dia belikan kan untuk Esther. Tapi, dia juga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.
--

Esther berjalan dengan tertatih memasuki apartemen. Dia tidak menggunakan sepatu dan kakinya lecet-lecet. Tapi, saat dia memasukkan kode apartemen, apartemen tidak mau terbuka. Pas sekali, pesan dari Do Gyung masuk ke ponselnya : Maaf, ibuku mengganti kode pintunya.
Esther berteriak frustasi.
--
Ibu memukuli San Ha dan menyebutnya gila. tn. Oh berusaha menahan Ny. Baek untuk memukul San Ha dan mendengarkan penjelasan San Ha dulu. San Ha memberitahu kalau Soo Ho harus segera di operasi dan ajaibnya, ginjalnya cocok untuk Soo Ho.
“Tapi aku ragu selama 10 detik saat memikirkan Ayah dan Ibu. Karena aku tahu walaupun menyanyangi Soo Ho, kalian tidak akan membiarkan putri kalian mendonorkan ginjalnya.”
“Kamu kira tubuhmu hanya milikmu sendiri, bukan?” marah Ny. Baek. “Tidak. Aku punya hak setengahnya, dan setengahnya lagi milik ayahmu. Tapi kamu mau mendonorkan apa? Tarik kembali perkataanmu!”
“Ayah Ibu, Soo Ho adalah pasanganku. Aku bisa memberikannya lebih dari itu, bahkan nyawaku. Maaf. Aku sungguh minta maaf.”
Ny. Baek benar-benar sedih mendengar perkataan San Ha. tn. Oh juga kecewa pada San Ha. Dia bertanya, apa yang Soo Ho katakan pada San Ha?
“Soo Ho tidak tahu mengenai hal ini. Dia tidak akan setuju di operasi jika tahu aku donornya,” beritahu San Ha.
Ny. Baek semakin menggila. Tapi, San Ha malah tetap tenang dan berkata kalau sekarang ini, ginjal Soo Ho pasti sudah di angkat, dan sudah terlalu terlambat untuk membatalkan donor ini. Dia minta maaf karena tidak memberitahu hal ini sebelumnya, tapi dia memohon agar ayah dan ibunya berdoa atas kesuksesan operasinya.
Ny. Baek menangis histeris. tn. Oh juga tidak tahu harus apa lagi. San Ha mohon pamit untuk masuk ke dalam ruang operasi. tn. Oh dengan berat hati, membujuk Ny. Baek agar mengikhlaskan San Ha mendonorkan ginjalnya pada Soo Ho.
“Aku tidak bisa merelakannya. Aku tidak bisa merelakan anakku,” tangis Ny. Baek.
tn. Oh juga sedih dengan keputusan San Ha. Tapi, dia memberi tanda agar San Ha segera masuk ke ruang operasi.
“Kamu sebaiknya kembali dengan selamat! Jika tidak, ibu tidak akan memaafkan Soo Ho,” teriak Ny. Baek pada San Ha yang memasuki ruang operasi.


Operasi donor ginjal San Ha pada Soo Ho di mulai. Selama operasi itu, San Ha dan Soo Ho saling bermimpi mengenai pertemuan pertama mereka. Dari awal bertemu, San Ha sudah menunjukkan rasa sukanya pada Soo Ho. Dia memuji wajah Soo Ho yang tampan dan nama Soo Ho yang bagus. Dan saat Soo Ho memberitahunya dia tidak punya hari lahir karena dia di telantarkan dari lahir, San Ha dengan riang mengatakan kalau begitu jadikan hari perayaan ulang tahun Soo Ho sama sepertinya saja. San Ha juga memberitahu kalau dia itu kidal (left-handed).

Dari sana, mereka semakin sering bertemu dan semakin dekat. Mereka saling mencintai satu sama lain. Dan tampak kalau Soo Ho adalah tipe yang pemalu sementara San Ha adalah tipe yang agresif.
--

Esther akhirnya berjalan pulang tanpa alas kaki dan dengan penampilan yang berantakan. Semua orang di jalan yang melihatnya, memandanginya dengan pandangan aneh. Esther benar-benar kesal, di tambah lagi cuaca sangat dingin.
--
Pertemuan keluarga Park di adakan. Nam Joon memberitahu hasil pertemuannya dan juga kontrak yang berhasil di dapatkannya. Kakek tentu senang dengan hasil kerja Nam Joon. Dia memuji Nam Joon yang pantas mendapat medali emas. Ny. Cho tampak iri dengan pujian yang Nam Joon terima dari kakek.

Kakek kemudian bertanya hasil pertemuan Do Gyung dengan klien di Tiongkok. Dan tentu saja, kakek sangat marah karena Do Gyung gagal. Untungnya nenek tiba di saat yang tepat, dan menyuruh kakek untuk tidak keras pada cucu. Dia mengajak semuanya untuk makan malam.
Saat di meja makan, kakek berteriak agar makanan Do Gyung di singkirkan. Semua jelas kaget.
“Aku tidak perlu seseorang yang tidak becus bekerja, walaupun dia darah daging kakek. Kakek tidak mau melihatmu, jadi, keluar!” usir Kakek. “Do Gyung, jangan kamu berniat makan dengan kakek sampai kamu meneken kontrak pasokan di Tiongkok!”
Dan dengan terpaksa, pembantu membawa pergi makanan di depan Do Gyung. Semua menikmati makanannya hanya Do Gyung yang tidak makan dan hanay bisa menatap semuanya makan. Ny. Cho jelas semakin iri dan kesal pada Nam Joon yang di perlakukan lebih dari Do Gyung.
(btw, Nam Joon itu marganya Kim, jadi dia jelas bukan anggota keluarga Park ya).

Selesai makan, Ny Cho mencibir mengenai Nam Joon pada suaminya. tn. Park menegaskan pada ny. Cho kalau kakek itu lebih suka dengan kinerja seseorang melebihi hubungan darah. Jadi, tidak seharusnya ny. Cho menyalahkan Nam Joon, karena dia tidak salah.
Ny. Cho malah berteriak kesal. Semua ini tidak akan terjadi jika tn. Park telah menjadi pemimpin perusahaan, sehingga Do Gyung tidak akan di permalukan hari ini. Dia dengan tegas berkata tidak akan membiarkan Kim Nam Joon masuk ke dalam keluarga mereka.
“Setengah Grup Aura milikku. Aku tidak akan memberikannya ke siapapun selain Do Gyung,” tegas Ny. Cho.
--
Esther sudah tiba di kediamannya. Dia menempelkan koyo ke pergelangan kakinya yang terkilir karena terjatuh dari beranda lantai dua. Dia masih merasa marah jika teringat Do Gyung yang tidak membantunya naik dan malah meninggalkannya.
Baru juga mengingat Do Gyung, Do Gyung sudah tiba di depan pintu apartemennya dan mengetuk serta menekan bel. Dia berteriak kalau dia tahu Esther ada di dalam. Dia juga meminta maaf atas yang di lakukannya tadi, dia hanya tidak ingin hubungan mereka ketahuan.
“Kamu anggap itu alasan? Aku nyaris mati,” marah Esther dari dalam apartemennya.
“Maaf. Tapi aku sungguh membutuhkanmu sekarang. Aku sedang kesulitan,” mohon Do Gyung. “Aku salah. Jadi, mari kita bicara empat mata.”
“Bawakan sepatuku.”
“Sepatu?”
“Sepatu hijau yang kamu belikan untukku.”
“Maaf. Ibuku mengambilnya.”
“Memangnya kenapa? Bawakan sekarang juga. Entah beritahu dia soal kita dan dapatkan kembali atau curi. Aku mau sepatu itu. Jangan berniat menemuiku sampai kamu membawakannya,”  tegas Esther.
--

Ny. Baek dan tn. Oh menunggu dengan cemas di luar ruang operasi. Dokter keluar tidak lama kemudian dan memberitahu kalau operasi sukses dan kondisi mereka berdua baik-baik saja. Ny. Baek dan tn. Oh sangat senang mendengarnya hingga mengucap syukur.
tn. Oh mendapat telepon dari pabrik, dia harus segera kembali ke pabrik karena ada masalah mesin. Ny. Baek mengerti dan mengizinkan tn. Oh pergi.
Setelah itu, ny. Baek mulai sibuk menjaga San Ha dan Soo Ho. Tapi, karena ruang rawat San Ha dan Soo Ho berbeda, dia memilih menjaga San Ha terlebih dahulu, dan meminta suster menjaga Soo Ho dulu sementara dia mengurus San Ha.
Esther ternyata datang ke rumah sakit untuk menemui Soo Ho.
Soo Ho sudah tersadar dan melihat bayangan wanita di kamar rawatnya. Dia mengira itu San Ha dan memanggil namanya, tapi ternyata itu Esther.
“Dimana San Ha?” tanya Soo Ho.
“Kamu membuatku cemburu. Aku yang menunggumu siuman semalaman, tapi kamu hanya menginginkan San Ha?”
“Esther, dimana San Ha?”
“Jangan khawatir. Operasi dia juga berjalan lancar dan dia akan siuman…”
“Apa maksudmu, operasi? Operasi apa?” bingung Soo Ho.
Dan Esther tersadar kalau dia sudah keceplosan. Soo Ho juga tersadar dan langsung keluar untuk menemui San Ha. Esther melarangnya untuk pergi karena kondisinya belum terlalu sehat. Tapi, Soo Ho tidak mau mendengarkannya dan tetap hendak pergi menemui San Ha.
San Ha juga sadar dan hendak pergi menemui Soo Ho. Ibu melarangnya untuk beranjak dulu karena takut jahitan operasi San Ha terbuka. Tapi, San Ha tetap mau pergi melihat keadaan Soo Ho.
“Oh San Ha,” panggil Soo Ho yang tiba di ruang rawat San Ha. Ibu segerea membiarkan mereka berdua untuk bicara.
Soo Ho menangis karena San Ha tidak memberitahunya yang sebenarnya. Dia merasa bersalah. San Ha jadi ikut menangis dan berkata kalau dia yang sakit, Soo Ho pasti akan melakukan hal yang sama untuknya.
Soo Ho terharu dan memeluk San Ha dengan erat.
Esther melihat hubungan mereka berdua.
--
Esok hari,
Esther memberikan laporan untuk ny. Cho dan ny. Cho menyuruh Esther untuk melakukannya menggantikannya. Tidak lama, Do Gyung tiba sambil mengomel karena ibunya menyuruh datang tiba-tiba. Dan ternyata, tujuannya adalah untuk menunjukkan pasangan yang telah di siapkannya untuk Do Gyung. Esther dan Do Gyung jelas kaget melihatnya. Ny. Cho menyadari kalau Esther belum keluar, dan mengusirnya keluar.
“Satu-satunya cara menjatuhkan Nam Joon adalah dengan menikah,” ujar Ny. Cho.
“Berhenti menjelek-jelekkan Nam Joon di hadapanku. Dia sudah seperti saudaraku.”
“Mari kita lihat apa kamu masih bilang begitu setelah dia merampas semua milikmu,” omel Ny. Cho. “Ibu gadis ini akan datang ke kelas nanti. Ibu akan memancingnya dengan ini.”
--
Esther berjalan dengan kesal. Dan ternyata Do Gyung telah mengintainya. Begitu ada kesempatan, dia membawa Esther ke tempat sepi dan mengajaknya bicara berdua. Dia kesal karena Esther telah mengabaikan teleponnya selama sepekan dan bahkan tidak membiarkannya masuk saat dia mampir.
“Dimana sepatu itu?” tanya Esther mengabaikan kemarahan Do Gyung.
“Akan ku belikan yang lebih bagus,” bujuk Do Gyung. “Yang ada berliannya. Aku merindukanmu.”
Tapi, Esther tetap tidak mau. Dia bahkan memukuli Do Gyung saat Do Gyung memeluknya. Dia menegaskan kalau dia tidak akan menemui Do Gyung sampai dia mendapatkan sepatu itu.
“Jika kamu tidak membawakannya di penghujung hari ini, akan ku beberkan semuanya. Soal berapa lama dan berapa dalam cinta kita. Bahwa kita bahkan nyaris memiliki bayi.”
“Esther!” tegur Do Gyung.
Esther mengabaikannya dan berjalan pergi meninggalkannya.
“Aku tidak akan kehilangan apapun lagi, entah itu barang atau orang. Aku tidak akan kehilangan milikku,” tekad Esther.
Do Gyung berteriak frustasi karena Esther meninggalkannya. Saat itulah dia baru menyadari kalau ada luka kecil di kepalanya karena di pukuli Esther tadi. Dia malah tampak ketakutan melihat sedikit luka itu (dasar kekanak-kanakkan).
Dan dia kemudian teringat, kalau sepatu hijau itu ada di ruang kerja ibunya.
Jadi, diam-diam, dia masuk ke ruang kerja ibunya saat ibunya keluar dan mencuri sepatu itu.
Saat kembali, Ny. Cho langsung heran melihat kotak sepatunya menghilang.
--
Do Gyung kembali ke kantornya dengan tawa senang karena berhasil mendapatkan sepatu itu kembali. Tapi, tawanya tidak berlangsung lama karena ternyata kakeknya sudah menunggunya di dalam ruangannya bersama Nam Joon.
“Kemana saja kamu, tidak ada di ruanganmu?” tanya Kakek.
“Di Galeri Ibuku.”
“Astaga. Berapa usiamu? Kamu masih bersembunyi di balik rok ibumu,” ejek kakek. “Kamu mengacaukan kesepakatan penting, tapi masih tidak menyadari situasinya. Baik. Jika kamu tidak bisa menyintas tanpa ibumu, berhenti saja sekarang. ikuti saja ibumu kemanapun dia pergi. Apa yang kamu lakukan, pak Kim? Bersihkan ruangan Do Gyung!”
“Pimpinan!” kaget Nam Joon.
“Kakek. Kesepakatan Tiongkok belum mati. Aku menegosiasikan ulang, jadi berikan aku waktu…”

“Dasar…” marah Kakek dan memecahkan tanda nama di meja Do Gyung yang terbuat dari kaca. “Pak Kim. Mulai hari ini, kamu bos Do Gyung, jadi, jangan biarkan dia menginjak gedung ini. Paham!” tegas kakek dan pergi keluar. Nam Joon mengikutinya.


Do Gyung melihat tanda namanya yang telah pecah berkeping-keping dan teringat ucapan ibunya tadi padanya. ibunya menegaskan kalau dia adalah satu-satunya pewaris Grup Aura dan tanpanya Ibunya tidak akan bisa hidup. Do Gyung tampak membulatkan tekadnya.
--
Ny. Baek pergi ke pabrik tn. Oh dan bertanya apa benar mereka sudah sukses dengan masker wajahnya? Uang pasti akan mulai mengalir masuk pada mereka.
“Kamu menutup apotek untuk mulai membuat kosmetik dan bahkan meminjam uang untuk ini, tapi ini sepadan,” senang ny. Baek. “Aku bangga denganmu, Oh Chang Soo. Suaminya yang terbaik!”
--
San Ha dan Soo Ho sudah keluar dari rumah sakit. Ny. Baek, tn. Oh dan Seul Ha menyambut mereka. Seul Ha bahkan memberikan bunga ucapan selamat, bunga hyacinth, bunga kesukaan mereka. Seul Ha bahkan menyebut Soo Ho sebagai kakak ipar. Ny. Baek protes karena Soo Ho dan San Ha belum menikah.
“Apa? Jika pernikahannya terdaftar, bukankah berarti sudah menikah?” tanya Seul Ha.
Soo Ho langsung berlutut. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, tapi dia berterimakasih.
“Terimakasih karena tidak mengabaikan. Karena sudah menerimaku. Karena sudah mengirimkan San Ha, cintaku. Ibu, ayah, terimakasih banyak.”
Ny. Baek dan tn. Oh tentu tidak tega melihatnya dan menyuruhnya untuk berdiri dan masuk ke dalam rumah. Ny. Baek membuat banyak makanan untuk merayakan kesuksesan operasi mereka. Seul Ha menyindir ibunya yang terus marah, tapi masih peduli.
Seul Ha kemudian memberitahu kabar gembira lainnya mengenai masker wajah yang San Ha dan ayahnya kembangkan akhirnya selesai. San Ha jelas senang mendengarnya. tn. Oh membenarkan hal itu.
“Masker Thanaka awalnya adalah ide Soo Ho oppa. Kakak bilang kakak mempelajarinya saat pergi ke Myanmar untuk proyek sukarela medis serta itu terbuat dari bahan alami,” ujar Seul Ha.
“Terimakasih. Semua berkatmu,” ujar San Ha.
Soo Ho tersenyum mendengarnya.
Selesai makan, tn. Oh membawa San Ha dan Soo Ho ke ruang kerjanya. San Ha jelas heran karena itu adalah ruang kerja ayahnya tapi sudah berganti menjadi kamar.
“Operasi memang penting, tapi pascaoperasi juga penting. Kamu sebaiknya tinggal di sini untuk sementara waktu. Jangan tidur di rumah sakit,” beritahu Tn. Oh. “Beritahu kalau ada sesuatu yang kurang.”
Soo Ho jelas terharu pada kebaikannya tn. Oh dan keluarga. tn. Oh keluar dan memberikan waktu berdua untuk Soo Ho dan San Ha. Soo Ho benar-benar merasa beruntung bisa mengenal keluarga tn. Oh dan San Ha.
--

Do Gyung menemui Esther dan menunjukkan sepatu hijau yang telah berhasil di dapatkannya. Esther langsung tersenyum sumringah.
“Mari putus,” ujar Do Gyung tiba-tiba.
“Apa maksudmu?”
“Edisi terbatas. Kamu dan aku juga edisi terbatas.”
“Apa kamu melakukan ini karena aku menyuruhmu mengambil sepatuku?”
“Aku tidak menyesal mencintaimu.”
“Lanjutkan.”
“Pertama, kamu membuatku terhibur. Kamu bekerja amat keras untuk menyintas. Kamu berjalan alih-alih naik bus untuk menghemat uang. Kamu makan makanan yang sama dari hari sebelumnya. Tapi kemudian, kamu secantik bunga. Sejujurnya, aku tidak percaya diri. Aku tidak bisa menghadapi ibuku. Ibuku… sebenarnya hidupnya menyedihkan. Dia bekerja sekeras kamu untuk meraih hati kakekku agar ayahku tidak pergi, dan agar putra sepertiku menjadi pria hebat. Jadi, aku mau memiliki Aura. Aku akan berkencan buta. Aku akan menikahi wanita yang di inginkan ibuku. Kamu sudah tahu sejak awal bahwa ini tidak akan berhasil. jadi…”
Esther menangis mendengarnya, “Baik. Keluarlah!” usirnya.
“Esther!”
“Keluar!” teriaknya.
“Aku tidak menyesal sama sekali, jadi, bencilah aku semaumu,” ujar Do Gyung terakhir kalinya dan pergi.
Di parkiran mobil, Do Gyung menampar dirinya sendiri dan memaki dirinya sendiri dengan sebutan : Pengecut, brengsek, bedebah!! Dia menyesal telah memutusi Esther.
Esther awalnya menangis tapi semakin malam, dia tidak menangis lagi. Dalam gelap, dia berbicara dengan dirinya sendiri, “Tidak, Do Gyung. Aku tidak akan kehilanganmu. Aku tidak akan di campakkan. Tidak akan pernah lagi.”
Mata Esther tampak penuh tekad.
--
Nenek duduk sendirian di kamarnya dan memandangi sebuah foto tua seorang wanita yang memeluk seorang bayi.
“Sudah 30 tahun. Kamu masih hidup, bukan? Aku yakin itu, cucuku,” tangis nenek. Dan terlihat bayi di foto itu memakai kalung dengan lionting berbentuk kunci (apakah dia Soo Ho?)
Kakek masuk ke dalam kamar dan nenek segera menyimpan foto itu. Kakek meminta nenek untuk tidak cengeng. Gang Chul adalah satu-satunya anak kita, dan Do Gyung satu-satunya cucu mereka.
--
Esok hari,
Ny. Cho sudah tiba di kantor, tapi Esther belum tiba. Dia langsung mengomel karena Esther tidak masuk kerja. Dia langsung menelpon Esther.

Esther mengenakan sepatu hijau itu dan berpenampilan elegan. Dia mengangkat telepon Ny. Cho yang langsung mengomelinya. Lagi asyik ngomel, Esther ternyata telah tiba di ruangannya. Ny. Cho jelas heran melihat Esther yang menatapnya tajam dan bahkan menyungginngkan senyum.
“Jangan meremehkanku lagi. Aku bukan pegawai lagi. Aku bukan asisten pribadi Anda,” ujar Esther dan mengeluarkan surat pengunduran dirinya.

“Apa ini? Pengunduran diri? Kamu sudah gila?” ejek Ny. Cho. Tetapi, kemudian matanya melihat Esther yang mengenakan sepatu hijau.
Esther tersenyum seolah menantangnya.
--


San Ha sibuk berias. Soo Ho masuk ke dalam kamarnya, dan San Ha langsung menggerutu karena Soo Ho sudah mau langsung kerja lagi padahal baru selesai operasi. Soo Ho tersenyum dan kemudian membantu mengeringkan rambut San Ha. San Ha sangat senang dengan perhatian Soo Ho padanya.      
Bersambung

2 Comments

Previous Post Next Post