Sinopsis Drama Taiwan – Hello Again Episode 05 –
4
Images by : SET TV , TTV, iQiyi
Xiang Yin bersama dengan Ke Ai dan Xiao Tian
menemui wanita pencuri tersebut, Nn. Zheng. Ke Ai meminta maaf atas yang
terjadi dan meminta-nya untuk tidak marah. Dia janji kejadian ini tidak akan
terulang lagi.
“Ini caramu minta maaf? Kau tidak berkata ‘maaf’
sama sekali. Apa sangat sulit untuk meminta maaf? Atau kau mengira kalau dia
(Xiao Tian) tidak bersalah sama sekali?! Jadi, ini style dari Hua Li dept.
store?” ujar Nn. Zheng dengan sombong.
Ke Ai benar-benar marah mendengarnya hingga
mengepalkan tangannya dengan kuat. “Benar, aku lupa dengan style dari Hua Li,”
gumam Ke Ai. Dan membuat Xiao Tian serta Xiang Yin terkejut.
“Apa yang kau bilang? Berani sekali kau bicara
seperti itu padaku! Apa kau tidak tahu siapa ayahku?!” marah Nn. Zheng.
“Aku tahu ayahmu. Tapi, apa dia tahu kalau
putrinya tertangkap mencuri di dept. store?” balas Ke Ai.
“Kau….!”
Dari luar pintu ruangan, trio pekerja sedang
menguping. Dan mereka malah heran, bukannya Chang Ke Ai datang untuk minta
maaf? Kenapa malah jadi begitu? Mereka takut kalau jadi terkena dampaknya.
“Pelanggan selalu benar. Ini prinsip dari
industri ini. Tapi, jika kami minta maaf, Hua Li dept. store kaki tanganmu
karena menutupi kasus ini. Terlebih lagi, kau melukai teman kerjaku.”
“Benar,” terdengar suara Zi Hao. Dan dia masuk ke
dalam ruangan itu dengan kerennya, dimana Li Jian yang membukakan pintu
untuknya. (ampunnn ya, aku setiap Zi Hao muncul, entah kenapa otomatis senyum.
Aku sarankan kalian coba nonton ‘Hello Again!’ Ini drama bagiku fresh banget.
Comedy-nya benar-benar sesuai seleraku. Atau emang humor-ku yang receh ya?
Hahahha LOL. Aku suka nonton waikiki juga lho :D )
“Jadi, kau harus minta maaf pada pegawai-ku,”
lanjut Zi Hao dengan tegas (eh, itu si trio pekerja ikutan masuk dan berdiri di
belakang Ke Ai. LOL). “Departemen pakaian wanita mengutamakan pelanggan. Tapi,
aku tidak akan menukar harga diri pegawai-ku untuk penjualan. Pelanggan yang
menghina pegawaiku dan mempunyai hak istimewa bukanlah pelanggan yang ingin
kami layani. Inilah prinsipku. Dan juga prinsip Hua Li.”
Semua pegawai jelas kagum dengan ucapan Zi Hao
terssebut.
“Aku akan menelpon ayahku sekarang. Aku akan
memintanya untuk memutuskan listrik dan air kalian sehingga kalian tidak bisa
berbisnis. Apa kau takut sekarang?”
“Tidak perlu. Ayahmu sedang rapat di parlemen.
Ponselnya mati. Dia juga sudah tahu kalau kau mulai mencuri lagi. Li Jian,”
ujar Zi Hao dan memberi tanda pada Li Jian.
Li Jian segera mengeluarkan ponselnya dan memutar
rekaman suara : Nona Zheng sudah di
tuntut untuk pencurian berulang kali. Terakhir kali, dia mencuri peralatan
rumah. Dia bilang itu adalah hadiah untuk ayahnya. Akhirnya, hal itu di
selesaikan tertutup. Itu adalah kasus rekan kerjaku. Tapi, ayahnya adalah
Pembicara. Jadi, kasus itu di angkat kembali. Aku ingat kasus ini karena hal
itu.
Ke Ai terkejut karena itu adalah suara Xiao Gang.
Nona Zheng masih tidak takut, karena walaupun ayahnya sedang rapat, tidak
mungkin ayahnya akan mengabaikannya. Baru juga di omongin, datang seorang
wanita yang mencari Zi Hao.
“Hallo, aku adalah sekretaris dari Pembicara
Zheng. Aku adalah N. Wang,” perkenalkan Nn. Wang.
“Mana ayahku?”
“Tn. Zheng sedang berada di Parlemen. Aku sudah
mengatur untuk mengirimmu ke Jepang malam ini sesuai perintahnya.”
“Aku melakukan semua ini! walaupun dia tidak
peduli padaku, setidaknya dia bisa datang untuk menghukumku! Apa pekerjaannya
lebih penting dari putrinya sendiri? Bahkan jika dia hanya peduli mengenai
masyarakat dan politik, dia bisa memperlakukanku sebagai masyarakat dan
bersikap peduli padaku,” tangis Nn. Zheng. Tapi, percuma, Nn. Wang tetap
membawanya pergi.
Sebelum pergi, Nn. Zheng menunduk dalam dan
meminta maaf pada semuanya.
Ke Ai jadi kasihan pada Nn. Zheng, karena
ternyata pencurian yang di lakukannya adalah untuk menarik perhatian ayahnya.
Tapi, bagi Zi Hao, yang di lakukan Ny. Zheng adalah salah.
“Kau benar. Terkadang, penting untuk mempedulikan
yang lain,” ujar Zi Hao.
Daniel juga meminta maaf pada Xiao Tian. Dan
mereka berbaikan. Xiang Yin tersenyum, senang melihat hal tersebut.
Ke Ai memandang Zi Hao dan tersenyum manis. Zi
Hao kebingungan melihatnya.
--
Dan, kebingungan itu terus berlanjut. Dia
bertanya pada Li Jian, apa maksud tatapan dan senyuman Ke Ai padanya tadi ya?
Li Jian membalas, bagaimana dia bisa tahu? Kalau mau tahu, yang tanya Ke Ai
langsung lah.
Eh, baru di omongin, Ke Ai sudah muncul di depannya
dan meminta waktu untuk bicara dengan Zi Hao. Dan Zi Hao langsung memberi tanda
pada Li Jian untuk menghilang. Li Jian langsung lari dengan cepat menjauh.
“Kau ingin aku mengerjakan pekerjaanku dan tidak
ikut campur apapun. Kau yang bilang kan?”
“Benar.”
“Aku juga bilang, jangan membuatku berterimakasih
padamu terlalu sering, kan?”
“Ya, benar. Apa ada masalah?”
“Lalu, kenapa kau harus melakukan semuanya?”
“AKu… aku… apa aku melakukan sesuatu?”
“Ya, kau melakukannya. Kau menegakkan keadilan
untuk seorang SPG kecil. Meskipun kau melakukannya untuk melindungi reputasi
perusahaan, tapi kau memilih untuk berada di pihak pegawai-mu. Intinya adalah,
aku datang untuk berterimakasih.”
“Jadi, kau datang untuk berterimakasih?”
“Tentu saja.”
Zi Hao tersenyum senang, “Aku kira kau marah
padaku. Aku takut. Jangan gila. Kau tidak harus berterimakasih. Kehadiran dari
superior dan manager adalah untuk menyelesaikan masalah bawahan mereka. Aku
hanya melakukan yang harus ku lakukan. Kau menolong Xiao Tian, aku menolongmu.
Bukankah begitu? Jadi mulai dari sekarang, kau bisa bekerja keras. Aku akan
selalu menjadi pendukungmu.”
“Lalu, saat aku bilang ada pencuri, tapi kau
tidak peduli kan? Kenapa?”
“Karena kau,” ujar Zi Hao sambil menunjuk ke Ke
Ai. “It’s because of you. Kau yang
bilang jika setiap orang hanya peduli pada diri sendiri, dan tidak ingin di
ganggu masalah orang lain, maka dunia ini tidak akan berubah. Hua Li dept.
store tidak akan menjadi bagus lagi. Jadi, sama sepertimu, aku menjadi tukang
ikut campur sedikit. Sekarang saat aku memikirkannya, terkadang menjadi tukang
ikut campur seperti Chang Ke Ai, kelihatannya cukup bagus.”
“Aku tidak tahu bagaimana harus berterimakasih
padamu sekarang.”
“Benarkah? Kau dapat berterimakasih padaku sama
dengan caramu berterimakasih pada Xiao Gang,” jawab Zi Hao dan duduk di kursi yang ada
di dekat sana, sambil menepuk pundaknya. Wkwkwk, dia mau Ke Ai bersandar pada
pundaknya, masih kepikiran melihat Ke Ai bersandar pada Xiao Gang di tangga
tadi. (Manis banget si kamu, Yang Zi Hao :D)
Ke Ai menurut. Dia bersandar di bahu Zi Hao. “Zi
Hao, terimakasih. Jika bukan karenamu, aku tidak tahu apa yang harus ku
lakukan.”
Zi Hao memegang dagu Ke Ai, dan mereka saling ber
tatapan. Kepala Zi Hao maju mendekati bibir Ke Ai, dan Ke Ai menutup matanya.
Byurrr!!!! Semua itu hanyalah khayalan Zi Hao.
Zi Hao tertawa keras membayangkan hal tersebut.
“Kenapa kau tertawa begitu?” tanya Ke Ai heran.
“Ah, apa yang kau katakan tadi?”
“Aku bilang, memilikimu sebagai pendukungku, aku
akan bekerja keras. Aku tidak akan mengecewakanmu.”
“Tentu saja.”
“Lalu, kenapa kau tadi tertawa begitu?”
“Ah… aku… aku tidak tertawa. Kau sudah salah.
Bahkan jika ya, aku tidak bermaksud apapun. Jangan berpikir macam-macam.”
“Hah, apa kau memikirkan hal aneh dan… tercela?”
tanya ke Ai dengan gugup dan menutupi dada-nya. Dia juga langsung mundur
selangkah. “Aku hanya datang untuk meminta maaf. Apa itu tidak cukup?”
“Cukup. Aku tidak memikirkan apapun. Aku juga
tidak tertawa. Kau. Aku sibuk. Aku harus pergi. Jangan salah mengira,” ujar Zi
Hao dengan gugup dan langsung pergi.
Li Jian sambil jalan, menggoda Zi Hao yang pasti
berpikiran aneh dan buruk kan? Zi Hao membantah hal tersebut. Dia malah
bertanya pada Li Jian, apa wanita itu selalu membuat masalah?
“Tidak. Aku rasa kau yang bodoh terutama soal
cinta. Kau berdelusi,” jawab Li Jian. Dan Zi Hao langsung melotot padanya.
Tapi, pelototan nya langsung hilang saat dia
menerima pesan dari Ke Ai yang mengucapkan terimakasih lagi. Zi Hao benar-benar
senang. Dia membalas pesan Ke Ai untuk membalas kebaikannya dengan
membuatkannya sarapan besok pagi. Dia ingin roti panggang, ayam bakar, salad
dan telur setengah matang.
Ke Ai yang mendapat balasan dari Zi Hao, bingung
kenapa Zi Hao begini? Dia membalas pesan Zi Hao, bukankah Zi Hao bilang dia
hanya harus sarapan dengan Zi Hao? Bilang dia tidak harus menyiapkan sarapan.
Zi Hao langsung membalas, dia memang bilang kalau Ke Ai tidak harus menyiapkan
sarapan. Tapi, dia tidak bilang kalau Ke Ai tidak perlu memasak. Dia yang akan
menyiapkan semua bahannya. Ke Ai yang akan masak, dan dia yang akan makan. Ke
Ai benar-benar kesal membaca balasan pesan Zi Hao tersebut.
“Kau tadi marah. Sekarang, kau sudah bahagia. Apa
yang kau lakukan sekarang? Pasti ada sesuatu,” komentar Li Jian melihat senyum
di wajah Zi Hao.
Eh, tidak lama, Zi Hao malah mendapat pesan dari
Xiao Gang. Biaya konsultasi tadi adalah
NTD 10.000. Tolong potong itu dari hutang Chang Ke Ai. Terimakasih.
“Oh My God!
Aku lupa mengenai hal ini. Chang Ke Ai. Kelihatannya malah seperti aku yang
berhutang padamu,” ujar Zi Hao seorang diri. Li Jian tambah bingung melihatnya.
Xiao Gang mengirim pesan lagi : Jangan lupa kalau kau setuju agar Chang Ke
Ai tidak tahu mengenai hal ini. Kau harus memikirkan alasannya sendiri kenapa
hutang Ke Ai jadi berkurang.
“Cai Xiao Gang! Ini belum berakhir!” teriak Zi
Hao, kesal.
--
Ke Ai kembali ke toko. Dan Xiao Tian sudah
menyambutnya dengan bahagia. Xiao Tian melapor kalau dia sudah mengecek stok
dan membuat laporannya. Dia memberikan laporan itu pada Ke Ai. Dia juga sudah
mengepel dan membersihkan kaca.
“Dan, terimakasih,” ujar Xiao Tian. “Terimakasih
karena sudah menolongku!”
“Tidak masalah. Kehadiran dari atasan adalah
menyelesaikan masalah dari bawahannya (kata-kata Zi Hao, nih). Terlebih lagi,
mengenai Nn. Zheng yang adalah VVIP, kau mencegah toko merugi. Kau berjasa.”
Xiang Yin kebetulan lewat dan mendengar ucapan Ke
Ai tersebut, dan dia tersenyum. Tapi, saat Ke Ai menatapnya, Xiang Yin langsung
memasang wajah dinginnya lagi.
Ke Ai kemudian mengeluarkan ponselnya dan
mengirim pesan kepada semua karyawan di departemen pakaian wanita : Aku tahu kalau kalian tidak terbiasa dengan
fakta kalau aku adalah manager kalian. Aku juga tidak terbiasa. Tapi, aku
sekarang adalah manager. Jadi, untuk rapat besok pagi dan rapat penjualan, bagi
yang tidak hadir akan di denda NTD 500. Setiap orang harus hadir dengan sebuah
ide. Setiap orang harus berkontribusi untuk meningkatkan penjualan kita.
Semua mendapat pesan tersebut. Dan tentu saja,
Xiang Yin juga mendapatnya. Dia tersenyum membaca pesan Ke Ai tersebut.
--
Sebelum pulang mall, Daniel menelpon anaknya
bertanya apa anaknya sudah mandi? Dia sebentar lagi pulang. Dan dia akan
membawakan mobil mainan anaknya yang tadi tertinggal. Dia menyuruh anaknya
untuk cepat tidur.
Selesai menelpon anaknya, Daniel makan mie cup.
Tiba-tiba, Ke Ai muncul dan meletakkan mobil mainan anak Daniel yang tertinggal
di depan tokonya. Dia memberikan mobil itu pada Daniel dan berkata dia tidak
tahu itu punya siapa, jadi Daniel boleh memilikinya.
“Kenapa kau tidak bertanya? Kau mendengarnya
(pembicaraannya di telepon)” tanya Daniel.
“Kenapa aku harus bertanya? Anak itu? Apa yang
harus ku tanyakan? Setiap orang memiliki sesuatu yang tidak ingin mereka
ungkapkan. Kenapa aku harus menggali luka mereka? Mungkin yang lain akan
langsung bertanya tanpa berpikir, tapi orang yang di tanya… mungkin akan
terluka setiap kali menjawab pertanyaan itu. Ini adalah pengalamanku setiap
hari.”
“Kau baik. Kau mendapat popularitas setiap harinya.
Belakangan ini… belakangan ini, aku berjuang untuk mendapatkan hak asuk anak
dengan mantan istriku. Hari ini, TK-nya menelpon. Sedang ada wabah flu, jadi
seluruh TK di tutup. Aku tidak bisa menemukan babysitter langsung. Jika aku
membawanya ke tempat kerja, aku takut akan di denda. Aku takut, aku akan di
pecat. Aku harus membawa biaya pengacara plus biaya pendidikan anakku. Aku
tidak bisa kehilangan pekerjaan ini. Jadi, aku tidak bisa mengakuinya sebagai
anakku tadi,” jelas Daniel.
Ke Ai tersenyum mendengar penjelasan Daniel,
karena Daniel sudah mau terbuka padanya. “Terimakasih karena sudah
memberitahuku hal ini. Cepat lah makan dan pulang untuk menemani putramu.”
“Aku akan datang ke rapat besok,” beritahu
Daniel. Ke Ai tersenyum mendengarnya dan pamit pergi.
“Kau
pasti sudah melalui banyak kesulitan juga,”
ujar Daniel dalam hati melihat Ke Ai.
--
Ke Ai berdiri di depan gedung Hua Li. Zi Hao juga
baru pulang dan melihatnya. Dia memanggil-manggil Ke Ai berulang kali, tapi Ke
Ai tidak mendengarnya.
Zi Hao mendekat akhirnya dan berteriak di kuping
Ke Ai. Ke Ai sangat terkejut dan refleks langsung memukul Zi Hao. Zi Hao
langsung berteriak ketakutan. Dan mereka langsung berdebat lagi.
“Apa yang kau pikirkan hingga fokus begitu?”
“Aku berpikir, hidup indah yang ingin kau buat
dengan departemen pakaian wanita. Bagaimana itu kelihatannya?”
“Lalu, kau dapat jawabannya?”
“Sebelum hidup yang indah, akan ada kegelapan.”
“Jadi?”
“Kau harus melakukan sesuatu, bekerja keras.
Membuat sesuatu atau melindungi sesuatu untuk menciptakan hidup yang indah
besok. Itulah hidup dan apa yang kita perjuangkan. Itu juga yang membuat hidup
menjadi indah. Hidup di kehidupan yang baik. Kita mungkin akan melalui banyak
hambatan atau kegelapan, tapi selama kita tidak berkompromi dan menyerah,
percaya pada diri kita dan bekerja keras, maka cahaya akan datang.”
“Jika kegelapan ada di sini, maka cahaya tidak
akan berada terlalu jauh,” lanjut Zi Hao. “Schopenhauer mengatakan itu.”
“Schopenhauer?”
“Kau tidak tahu itu? kau menyukai Schopenhauer
saat di SMA. Kau suka berkata, ‘Berdasarkan
Schopenhauer…’ Kau suka menyombong saat upacara pagi. Berdasarkan
Schopenhauer, orang biasa hanya berpikir bagaimana ‘menghabiskan’ waktu mereka,
tapi seorang manusia berbakat akan ‘menggunakan’ waktu mereka. Wuekkkk. Palsu,”
komentar Zi Hao, mengingat pidato Ke Ai semasa SMA dulu.
“Seharusnya, saat tergelap adalah sebelum
matahari muncul. Jika musim dingin datang, dapatkah musim semi tidak ada?”
“Ya, itu benar. Schopenhauer mengatakan itu,”
ujar Zi Hao, membenarkan.
“Shelley yang mengatakan itu, bukan
Schopenhauer.”
“Benarkah? Kapan itu berubah?” wkwkwk, si Zi Hao
berusaha beralibi.
Dan Ke Ai langsung bertanya, kenapa Zi Hao bisa
ingat yang Schopenhauer katakan? Mengapa Zi Hao masih ingat yang dia katakan saat
pidato SMA?
“Jangan bilang… kau menyukaiku?” goda Ke AI.
“Aku…,” gugup Zi Hao.
“Stop!” cegah Ke Ai, merasa ada yang tidak beres
dan langsung mau pergi. Tapi, Zi Hao menahan tangannya.
Bersambung
Tags:
Hello Again
Lanjut......Semangat!!!!
ReplyDelete