Network : TV Asahi
Ibu
Takuma menceritakan kepada Ayah bahwa sudah dari dulu dia memimpikan suatu hari
Takuma akan sembuh, dan akhirnya mimpi itu akan segera menjadi kenyataan.
Dengan begini, maka nantinya Takuma pun bisa berpatisipasi dalam semua kegiatan
sekolah di tahun ketiga, seperti festival olahraga dan karyawisata.
Tepat
disaat itu, Mayu datang. Tapi baru saja datang, dia langsung pamit dan ingin
pergi lagi, karena di dalam kamar Takuma ada Ibu serta Ayah. Sehingga dia
merasa tidak enak.
Ibu
yang biasanya membenci Mayu, sekarang dia malah meminta maaf akan sikap nya
kepada Mayu selama ini, dia menjelaskan bahwa dia seperti itu dulu adalah
karena dia sangat mencemaskan keadaan Takuma. Dan sekarang dia mengerti kalau
Mayu juga mencemaskan Takuma sama seperti nya, tapi Mayu mempunyai cara
sendiri.
Mayu
mendorong kursi roda untuk Takuma. Mereka berjalan di sekitar rumah sakit
sambil mengobrol bersama. Mayu menceritakan kalau dia merasa bahwa Ibu Takuma
masih belum bisa menerima dia sepenuhnya, tapi dia juga merasa senang karena
akhirnya dia bisa dengan bebas menjenguk Takuma setiap harinya.
“Cepet!
Kecepatan!” kata Takuma berkomentar, karena Mayu mendorong kursi rodanya dengan
sangat cepat. Tapi Mayu tidak mau mempelankannya, dan tertawa.
Tepat
disaat itu, mereka melihat Yumi yang sedang duduk sendirian. Jadi mereka berdua
pun menghampiri Yumi. Lalu mereka mengobrol bertiga. Mereka membicarakan
tentang jantung milik Kou yang akan segera di berikan kepada Takuma.
“Walau
hanya jantungnya saja, asalkan dia tetap hidup, aku…” kata Yumi sambil menunduk
sedih.
“Tidak
usah memaksakan diri dengan berkata seperti itu,” potong Mayu. Dia mengerti
bahwa ini pasti sesuatu yang sangat berat untuk Yumi.
“Tubuh
Kou bergerak!” kata Ibu. Dan Ritsu membenarkan.
Melihat
tangan Kou yang ternyata benar bergerak, Yumi pun merasa senang. Dokter yang
datang menjelaskan kepada mereka semua bahwa itu adalah refleks tulang
belakang. Jadi maksudnya gini, sekalipun Kou mengalami mati otak, tapi rambut
dan kumisnya akan tetap tumbuh. Kou juga bisa menitikan air mata.
“Oh,
tidak…!” kata Ibu, menangis.
“Hangatnya!
Kou belumlah mati,” kata Yumi. Dia menangis sambil memegang erat tangan Kou.
Melihat
semua itu, Takuma serta Mayu sama- sama diam.
Diatas
atap. Takuma mengatakan kalau sekarang dia mengerti, mengapa penerima donor
tidak diperbolehkan tahu alasan pendonor bersedia mendonorkan organnya. Dan
Mayu membalas bahwa asalkan Takuma selamat, dia senang, sekalipun nyawa Takuma
bertukar dengan Kou. Mendengar itu, Takuma diam. Karena dia merasa sangat
bimbang.
Dirumah.
Saat sedang makan malam bersama, Ayah menanyakan kondisi Takuma kepada Mayu,
dan Mayu menjelaskan bahwa tampaknya hati Takuma menjadi sensitif. Disaat itu,
telpon Ayah berbunyi, jadi Ayah pun mengangkatnya, kemudian dia tampak
terkejut.
Dirumah
sakit. Ibu Takuma memperlihatkan surat yang di tinggalkan Takuma di dalam
kamar. Isinya adalah ‘Setelah mempertimbangkan banyak
hal, aku tidak jadi transplantasi. Aku minta maaf, padahal kalian telah mengupayakannya.’
Perawat
menjelaskan bahwa dia telah mencari Takuma di dalam rumah sakit, tetapi dia
tidak melihat Takuma dimanapun. Dan Ibu Takuma kemudian memarahi Mayu, dia
menganggap bahwa Mayu pasti telah mengatakan sesuatu yang tidak penting pada Takuma,
sehingga Takuma pun kabur.
“Maafkan
aku! Habisnya…” kata Ibu Takuma. Dia tampak sangat cemas dan stress.
Seorang
perawat masuk dan memberitahu mereka semua bahwa pendonor telah membatalkan donornya.
Mendengar itu semua orang terkejut. Mayu lalu pamit dan ingin pergi mencari
Takuma, tapi Ibu memarahinya dan menyuruh agar Mayu tidak usah terlibat lagi
dengan Takuma. Tapi Mayu tidak mau.
“Cuma
saya yang tahu lokasi kemungkinan dia berada!” kata Mayu, lalu dia keluar dari
dalam kamar dan berlari secepat mungkin.
Mayu
datang ke taman, tempat dimana dirinya dan Takuma biasanya selalu melihat
bintang bersama. Dan ketika disana dia berhasil menemukan Takuma, dia berusaha
untuk bersikap tenang dan biasa saja.
“Hari
ini, bintangnya tidak terlihat,” kata Mayu, memulai pembicaraan.
“Kita
tidak bisa berharap pada bintang jatuh jadinya,” balas Takuma sambil ikut
memandangin langit malam.
“Kamu
itu enggak bilang- bilang dulu, sih. Sampai seenaknya ingin membatalkan
transplantasi,” kata Mayu.
“Kalau
aku menolaknya, mungkin mereka juga tidak akan memaksa,” balas Takuma.
Dengan
sedikit emosi, Mayu membahas mengenai kedua orang tua Takuma yang sudah
berbahagia ketika tahu Takuma akan sehat, tapi Takuma malah bertindak bodoh.
Dan mendengar itu, Takuma membalas bahwa pada akhirnya dia hanya akan membuat
orang lain menangis, kepadahal dia mengharapkan kebahagiaan. Begitu juga pada
Mayu, dia hanya bisa membuat Mayu menangis.
Mayu
memeluk Takuma dengan erat dan menggelengkan kepala nya. “Aku bahagia! Tiada
hubungannya dengan orang lain. Aku bahagia bisa bersamamu!”
Didalam
kamar hotel. Takuma dan Mayu melanggar larangan dari Ayah Mayu, yaitu mereka
berdua tidak boleh tidur bersama seperti suami- istri. Tapi Mayu sama sekali
tidak merasa bersalah telah melanggar, karena menurutnya peraturan ada untuk di
langgar.
“Ada
yang ingin kulakukan padamu, ketika kita menginap bersama,” kata Mayu, meminta.
Kemudian Mayu mencucikan rambut Takuma.
Setelah
itu, Takuma memasangkan kutek di kuku kaki Mayu. “Kalau aku sudah lama ingin
melakukan ini. Karena belum lama ini, aku melihatnya di film,” kata Takuma. Dan
Mayu tertawa, tapi kemudian dia menarik kakinya.
“Aku
tidak berniat untuk mengukir kenangan! Kalau kamu tidak ingin melakukan
operasi, selama itu keputusanmu, aku tidak masalah! Namun jangan berkata kalau
kamu tidak keberatan jika harus mati!” kata Mayu.
“Terus
aku harus bagaimana?” balas Takuma.
“Jangan
menyerah! Pasti ada cara yang
lain! Pasti ada! Ada!” kata Mayu dengan yakin.
Pagi hari. Takuma dan Mayu pulang bersama ke rumah sakit.
Sesampainya disana, Takuma langsung meminta maaf kepada kedua orang tuanya dan
kedua orang tua Mayu, karena telah membuat mereka semua panik. Sedangkan Mayu,
dia mengajak mereka semua untuk membicarakan hal penting.
“Takuma, kamu mau melakukan operasi transplantasinya,
kan? Ibu akan coba meminta kepada pendonornya sekali lagi,” kata Ibu Takuma,
mengabaikan Mayu.
“Enggak, tampaknya aku memang tidak bisa melakukan itu.
Namun bukan berarti aku menyerah,” balas Takuma.
Mayu menanyakan kepada Ayahnya, apa ada cara lain untuk
menyembuhkan penyakit Takuma selain dengan transplantasi. Karena dia ingat
bahwa dulu Ayahnya pernah mengatakan ada sebuah cara baru untuk menyembuhkan
penyakit seperti Takuma, tapi karena cara itu masih baru, maka dia tidak
menyarankannya.
Didalam ruang rapat. Ayah Mayu menjelaskan mengenai cara
operasi baru yang bisa menyembuhkan penyakit Takuma, tapi ini semua tidak
semudah itu dilakukan dan resikonya terlalu besar.
“Aku bersedia melakukannya,” kata Takuma.
“Aku setuju,” tambah Mayu.
Melihat keyakinan Mayu serta Takuma, maka Ayah Takuma pun
setuju untuk mencoba cara baru ini. Karena menurutnya selama ini Takuma sudah
terlalu banyak menahan diri, jadi untuk kali ini dia ingin agar Takuma tidak
menahan diri lagi. Mendengar itu, Takuma berterima kasih kepada Ayah.
“Jangan berkata bijak!” kata Ibu Takuma, tidak setuju.
“Ini bukanlah perkataan bijak. Biar aku yang
menyakinkannya nanti. Untuk saat ini, aku mohon padamu, Pak!” kata Ayah Takuma
kepada Ayah Mayu.
Setelah semua selesai dibahas. Takuma tiba- tiba berdiri
dan mengatakan bahwa ada hal yang ingin dibicarakannya. Yaitu sebentar lagi dia
akan berusia 18 tahun, jadi sebelum operasi dilakukan, dia ingin menikah dengan
Mayu. “Aku yang penyakitan ini, dan bisa mati kapan saja ini, dengan lancangnya
berkata seperti itu, mungkin bisa dikatakan tidak tahu diri. Namun, ini adalah
permintaan sekali seumur hidupku,” kata Takuma sambil membungkuk kepada kedua
orang tua Mayu.
Ibu Mayu merasa sangat bimbang, karena mereka masih belum
tahu apa operasinya akan berhasil atau tidak,” Kamu mungkin merasa puas dengan
itu, tetapi bagaimana dengan Mayu yang di tinggalkan oleh mu?!”
“Maksudmu, kamu kira Takuma akan mati?!” kata Ibu Takuma,
marah.
“Takuma tidak akan mati! Aku tidak akan membuat Takuma
mati! ” kata Ayah Mayu menengahi mereka berdua, sebelum terjadi pertengkaran.
“Sudah sepuluh tahun lebih aku mengurus Takuma. Mana mungkin akan kubiarkan dia
mati. Aku juga ingin melihatnya. Melihat Takuma dan Mayu menikah, lalu
mengarungin bahtera rumah tangga dengan bahagia, dan dikaruniai buah hati. Aku
ingin melihat masa depan seperti itu. Perlihatkanlah padaku! Aku akan bertanggung
jawab pada operasinya!” jelas Ayah Mayu, mengizinkan Takuma untuk menikah
dengan Mayu.
Mendengar perkataan itu, Ibu Mayu pun mengizinkan Takuma
untuk menikah dengan Mayu. Dan Mayu pun berterima kasih.
“Maukah kamu menikah denganku?” tanya Takuma, melamar
Mayu secara resmi.
“Ya! Mohon bimbingannya!” kata Mayu sambil tersenyum.
Ibu Takuma pergi keluar dari dalam ruang rapat, dan Ayah
mengikutinya. Lalu diluar, Ibu menanyakan kenapa Takuma semakin terasa jauh
darinya. Dan Ayah menjawab bahwa itu tidak masalah.
Ibu Kou menghampiri kedua orang tua Takuma, dan
memperkenalkan dirinya. Dia menceritakan mengenai Takuma yang datang kepadanya
kemarin, dan mengatakan mengenai Kou yang pastinya terus ingin hidup juga.
“Kurasa dia memikirkan kami, dan berkata begitu. Makanya
itu, aku menyampaikannya pada Pak Dokter. Aku menolak transplantasinya. Maafkan
saya. Maafkan saya!” jelas Ibu Kou. Sambil membungkuk kepada kedua orang tua
Takuma dan menangis.
Lanjut...........
ReplyDeleteFilmnya judulnya apa ya?
ReplyDelete