Sinopsis J-Drama : I Give My First Love To You Episode 7 - part 2



Network : TV Asahi
Ibu Takuma menceritakan kepada Ayah bahwa sudah dari dulu dia memimpikan suatu hari Takuma akan sembuh, dan akhirnya mimpi itu akan segera menjadi kenyataan. Dengan begini, maka nantinya Takuma pun bisa berpatisipasi dalam semua kegiatan sekolah di tahun ketiga, seperti festival olahraga dan karyawisata.



Tepat disaat itu, Mayu datang. Tapi baru saja datang, dia langsung pamit dan ingin pergi lagi, karena di dalam kamar Takuma ada Ibu serta Ayah. Sehingga dia merasa tidak enak.

Ibu yang biasanya membenci Mayu, sekarang dia malah meminta maaf akan sikap nya kepada Mayu selama ini, dia menjelaskan bahwa dia seperti itu dulu adalah karena dia sangat mencemaskan keadaan Takuma. Dan sekarang dia mengerti kalau Mayu juga mencemaskan Takuma sama seperti nya, tapi Mayu mempunyai cara sendiri.


Mayu mendorong kursi roda untuk Takuma. Mereka berjalan di sekitar rumah sakit sambil mengobrol bersama. Mayu menceritakan kalau dia merasa bahwa Ibu Takuma masih belum bisa menerima dia sepenuhnya, tapi dia juga merasa senang karena akhirnya dia bisa dengan bebas menjenguk Takuma setiap harinya.

“Cepet! Kecepatan!” kata Takuma berkomentar, karena Mayu mendorong kursi rodanya dengan sangat cepat. Tapi Mayu tidak mau mempelankannya, dan tertawa.



Tepat disaat itu, mereka melihat Yumi yang sedang duduk sendirian. Jadi mereka berdua pun menghampiri Yumi. Lalu mereka mengobrol bertiga. Mereka membicarakan tentang jantung milik Kou yang akan segera di berikan kepada Takuma.


“Walau hanya jantungnya saja, asalkan dia tetap hidup, aku…” kata Yumi sambil menunduk sedih.

“Tidak usah memaksakan diri dengan berkata seperti itu,” potong Mayu. Dia mengerti bahwa ini pasti sesuatu yang sangat berat untuk Yumi.

Mayu serta Takuma mengikuti Ritsu untuk menjenguk Kou, dan disaat itu Ibu Kou datang berlari ke arah mereka dengan bersemangat. Dia memegang tangan Yumi dan menariknya untuk mengikuti dia ke kamar Kou.


“Tubuh Kou bergerak!” kata Ibu. Dan Ritsu membenarkan.




Melihat tangan Kou yang ternyata benar bergerak, Yumi pun merasa senang. Dokter yang datang menjelaskan kepada mereka semua bahwa itu adalah refleks tulang belakang. Jadi maksudnya gini, sekalipun Kou mengalami mati otak, tapi rambut dan kumisnya akan tetap tumbuh. Kou juga bisa menitikan air mata.

“Oh, tidak…!” kata Ibu, menangis.

“Hangatnya! Kou belumlah mati,” kata Yumi. Dia menangis sambil memegang erat tangan Kou.

Melihat semua itu, Takuma serta Mayu sama- sama diam.



Diatas atap. Takuma mengatakan kalau sekarang dia mengerti, mengapa penerima donor tidak diperbolehkan tahu alasan pendonor bersedia mendonorkan organnya. Dan Mayu membalas bahwa asalkan Takuma selamat, dia senang, sekalipun nyawa Takuma bertukar dengan Kou. Mendengar itu, Takuma diam. Karena dia merasa sangat bimbang.



Dirumah. Saat sedang makan malam bersama, Ayah menanyakan kondisi Takuma kepada Mayu, dan Mayu menjelaskan bahwa tampaknya hati Takuma menjadi sensitif. Disaat itu, telpon Ayah berbunyi, jadi Ayah pun mengangkatnya, kemudian dia tampak terkejut.



Dirumah sakit. Ibu Takuma memperlihatkan surat yang di tinggalkan Takuma di dalam kamar. Isinya adalah ‘Setelah mempertimbangkan banyak hal, aku tidak jadi transplantasi. Aku minta maaf, padahal kalian telah mengupayakannya.’

Perawat menjelaskan bahwa dia telah mencari Takuma di dalam rumah sakit, tetapi dia tidak melihat Takuma dimanapun. Dan Ibu Takuma kemudian memarahi Mayu, dia menganggap bahwa Mayu pasti telah mengatakan sesuatu yang tidak penting pada Takuma, sehingga Takuma pun kabur.

“Kamu bilang apa, sih?!” tegur Ayah Takuma pada Ibu.


“Maafkan aku! Habisnya…” kata Ibu Takuma. Dia tampak sangat cemas dan stress.

Seorang perawat masuk dan memberitahu mereka semua bahwa pendonor telah membatalkan donornya. Mendengar itu semua orang terkejut. Mayu lalu pamit dan ingin pergi mencari Takuma, tapi Ibu memarahinya dan menyuruh agar Mayu tidak usah terlibat lagi dengan Takuma. Tapi Mayu tidak mau.



“Cuma saya yang tahu lokasi kemungkinan dia berada!” kata Mayu, lalu dia keluar dari dalam kamar dan berlari secepat mungkin.



Mayu datang ke taman, tempat dimana dirinya dan Takuma biasanya selalu melihat bintang bersama. Dan ketika disana dia berhasil menemukan Takuma, dia berusaha untuk bersikap tenang dan biasa saja.

“Hari ini, bintangnya tidak terlihat,” kata Mayu, memulai pembicaraan.

“Kita tidak bisa berharap pada bintang jatuh jadinya,” balas Takuma sambil ikut memandangin langit malam.



“Kamu itu enggak bilang- bilang dulu, sih. Sampai seenaknya ingin membatalkan transplantasi,” kata Mayu.

“Kalau aku menolaknya, mungkin mereka juga tidak akan memaksa,” balas Takuma.

Dengan sedikit emosi, Mayu membahas mengenai kedua orang tua Takuma yang sudah berbahagia ketika tahu Takuma akan sehat, tapi Takuma malah bertindak bodoh. Dan mendengar itu, Takuma membalas bahwa pada akhirnya dia hanya akan membuat orang lain menangis, kepadahal dia mengharapkan kebahagiaan. Begitu juga pada Mayu, dia hanya bisa membuat Mayu menangis.



Mayu memeluk Takuma dengan erat dan menggelengkan kepala nya. “Aku bahagia! Tiada hubungannya dengan orang lain. Aku bahagia bisa bersamamu!”


Didalam kamar hotel. Takuma dan Mayu melanggar larangan dari Ayah Mayu, yaitu mereka berdua tidak boleh tidur bersama seperti suami- istri. Tapi Mayu sama sekali tidak merasa bersalah telah melanggar, karena menurutnya peraturan ada untuk di langgar.


“Ada yang ingin kulakukan padamu, ketika kita menginap bersama,” kata Mayu, meminta. Kemudian Mayu mencucikan rambut Takuma.


Setelah itu, Takuma memasangkan kutek di kuku kaki Mayu. “Kalau aku sudah lama ingin melakukan ini. Karena belum lama ini, aku melihatnya di film,” kata Takuma. Dan Mayu tertawa, tapi kemudian dia menarik kakinya.




“Aku tidak berniat untuk mengukir kenangan! Kalau kamu tidak ingin melakukan operasi, selama itu keputusanmu, aku tidak masalah! Namun jangan berkata kalau kamu tidak keberatan jika harus mati!” kata Mayu.

“Terus aku harus bagaimana?” balas Takuma.

“Jangan menyerah! Pasti ada cara yang lain! Pasti ada! Ada!” kata Mayu dengan yakin.



Pagi hari. Takuma dan Mayu pulang bersama ke rumah sakit. Sesampainya disana, Takuma langsung meminta maaf kepada kedua orang tuanya dan kedua orang tua Mayu, karena telah membuat mereka semua panik. Sedangkan Mayu, dia mengajak mereka semua untuk membicarakan hal penting.



“Takuma, kamu mau melakukan operasi transplantasinya, kan? Ibu akan coba meminta kepada pendonornya sekali lagi,” kata Ibu Takuma, mengabaikan Mayu.

“Enggak, tampaknya aku memang tidak bisa melakukan itu. Namun bukan berarti aku menyerah,” balas Takuma.



Mayu menanyakan kepada Ayahnya, apa ada cara lain untuk menyembuhkan penyakit Takuma selain dengan transplantasi. Karena dia ingat bahwa dulu Ayahnya pernah mengatakan ada sebuah cara baru untuk menyembuhkan penyakit seperti Takuma, tapi karena cara itu masih baru, maka dia tidak menyarankannya.



Didalam ruang rapat. Ayah Mayu menjelaskan mengenai cara operasi baru yang bisa menyembuhkan penyakit Takuma, tapi ini semua tidak semudah itu dilakukan dan resikonya terlalu besar.



“Aku bersedia melakukannya,” kata Takuma.

“Aku setuju,” tambah Mayu.

Melihat keyakinan Mayu serta Takuma, maka Ayah Takuma pun setuju untuk mencoba cara baru ini. Karena menurutnya selama ini Takuma sudah terlalu banyak menahan diri, jadi untuk kali ini dia ingin agar Takuma tidak menahan diri lagi. Mendengar itu, Takuma berterima kasih kepada Ayah.


“Jangan berkata bijak!” kata Ibu Takuma, tidak setuju.

“Ini bukanlah perkataan bijak. Biar aku yang menyakinkannya nanti. Untuk saat ini, aku mohon padamu, Pak!” kata Ayah Takuma kepada Ayah Mayu.



Setelah semua selesai dibahas. Takuma tiba- tiba berdiri dan mengatakan bahwa ada hal yang ingin dibicarakannya. Yaitu sebentar lagi dia akan berusia 18 tahun, jadi sebelum operasi dilakukan, dia ingin menikah dengan Mayu. “Aku yang penyakitan ini, dan bisa mati kapan saja ini, dengan lancangnya berkata seperti itu, mungkin bisa dikatakan tidak tahu diri. Namun, ini adalah permintaan sekali seumur hidupku,” kata Takuma sambil membungkuk kepada kedua orang tua Mayu.

Ibu Mayu merasa sangat bimbang, karena mereka masih belum tahu apa operasinya akan berhasil atau tidak,” Kamu mungkin merasa puas dengan itu, tetapi bagaimana dengan Mayu yang di tinggalkan oleh mu?!”



“Maksudmu, kamu kira Takuma akan mati?!” kata Ibu Takuma, marah.

“Takuma tidak akan mati! Aku tidak akan membuat Takuma mati! ” kata Ayah Mayu menengahi mereka berdua, sebelum terjadi pertengkaran. “Sudah sepuluh tahun lebih aku mengurus Takuma. Mana mungkin akan kubiarkan dia mati. Aku juga ingin melihatnya. Melihat Takuma dan Mayu menikah, lalu mengarungin bahtera rumah tangga dengan bahagia, dan dikaruniai buah hati. Aku ingin melihat masa depan seperti itu. Perlihatkanlah padaku! Aku akan bertanggung jawab pada operasinya!” jelas Ayah Mayu, mengizinkan Takuma untuk menikah dengan Mayu.


Mendengar perkataan itu, Ibu Mayu pun mengizinkan Takuma untuk menikah dengan Mayu. Dan Mayu pun berterima kasih.


“Maukah kamu menikah denganku?” tanya Takuma, melamar Mayu secara resmi.

“Ya! Mohon bimbingannya!” kata Mayu sambil tersenyum.


Ibu Takuma pergi keluar dari dalam ruang rapat, dan Ayah mengikutinya. Lalu diluar, Ibu menanyakan kenapa Takuma semakin terasa jauh darinya. Dan Ayah menjawab bahwa itu tidak masalah.



Ibu Kou menghampiri kedua orang tua Takuma, dan memperkenalkan dirinya. Dia menceritakan mengenai Takuma yang datang kepadanya kemarin, dan mengatakan mengenai Kou yang pastinya terus ingin hidup juga.



“Kurasa dia memikirkan kami, dan berkata begitu. Makanya itu, aku menyampaikannya pada Pak Dokter. Aku menolak transplantasinya. Maafkan saya. Maafkan saya!” jelas Ibu Kou. Sambil membungkuk kepada kedua orang tua Takuma dan menangis.

2 Comments

Previous Post Next Post