Sinopsis
Chinese Drama – YOUTH Episode 02-2
Images
by : Youku
Dalam
tidurnya, Xiao Chun bermimpi buruk. Saat itu dia pulang ke rumah usai sekolah,
dan telah banyak orang mengenakan pakaian hitam berkumpul di depan rumahnya.
Mereka berbisik menyebut kalau Xiao Chun adalah pembawa sial dan sejenisnya.
Xiao Chun
terbangun dan merasakan kalau di dalam mulutnya ada termometer dan di dahinya
ada kompresan. Dia juga mendengar suara berbisik dari depan kamarnya yang
berdiskusi haruskah membawanya ke dokter atau tidak? Tidak lama, dia melihat
Sheng Nan yang masuk ke dalam kamar dan mengecek suhu-nya. Xiao Chun tampak
belum sepenuhnya sadar karena padangan matanya buram.
Dia kembali
bermimpi buruk. Mimpi mengenai kecelakaan mobil. Dan di dalam mobil itu ada
seorang pria. Xiao Chun terbangun karena mimpi buruk tersebut.
Di luar,
Chen Chen sedang ngedumel karena lagi-lagi dia yang mendapat giliran
membersihkan kamar mandi. Sheng Nan dan Ni Jin juga sedang membersihkan sampai
semua sudut rumah kos. Xiao Chun di dalam kamar, tampak cemas, dia ingin pipis
tapi tidak berani keluar. Setelah memberanikan diri, dia keluar kamar. Ni JIn
menyapanya dan menanyakan keadaannya. Sheng Nan dan Xiao Chun juga menanyakan
keadaanya, apa sudah sembuh?
“Em. Bisakah
aku menggunakan kamar mandi?” tanya Xiao Chun. Dan Chen Chen langsung
memberikan jalan bagi Xiao Chun untuk masuk ke dalam.
Mereka
tertawa karena Xiao Chun pasti sudah menahan dari tadi. Tidak lama, Xiao Chun
keluar dan menanyakan apa yang bisa di kerjakannya?
“Tidak ada.
Kami juga sudah mau selesai,” jawab Ni Jin.
“Maaf.”
“Tidak perlu
minta maaf. Kau kan sakit,” ujar Sheng Nan.
“Buang
sampah saja sudah cukup,” ujar Chen Chen.
Dan Xiao
Chun mulai membersihkan sampah di kamarnya. Saat dia membuat sampah di tong
sampah milik Sheng Nan, dia melihat banyak kertas memo yang di corat coret oleh
Sheng Nan. Ternyata, Sheng Nan selama ini, menulis berulang-ulang kertas memo
agar tidak ada perkataan yang menyakiti Xiao Chun.
Diluar, Chen
Chen, Sheng Nan dan Ni Jin sarapan bersama setelah bekerja keras membersihkan
tempat kos. Xiao Chun keluar kamar, dan Sheng Nan langsung mengajaknya makan
bersama. Xiao Chun sudah mau mendekat untuk makan, tapi tiba-tiba saja Chen
Chen berteriak.
“Tidak bisa.
Kau tidak bisa makan mie instan,” ujar Chen Chen. Xiao Chun jadi takut. “Kau
baru sembuh, jadi tidak boleh makan mie instan. Kau harus makan bubur dan minum
obat,” ujar Chen Chen dan mengeluarkan bubur instannya.
“Aku akan
membayar bubur dan obatnya…”
“Tidak
perlu. Kak Sheng Nan yang membawa bubur itu dari supermarket. Sudah
kardaluarsa.”
“Tidak masalah,
itu hanya lewat sehari saja,” jelas Sheng Nan.
“Dan di
rumah ini memang kami ada stock obat.”
Setelah itu,
Xiao Chun meminta maaf. Chen Chen langsung berkata kalau Xiao Chun harus
meminta maaf pada tas-nya. Tas-nya tidak bersalah dan seharusnya Xiao Chun
tidak melampiaskannya pada tas-nya. Ni Jin membenarkan, dan menyuruh Xiao Chun
untuk lain kali membuang Chen Chen dari jendela, bukannya tas-nya. Sheng Nan
tersenyum kecil melihat perdebatan mereka.
Dan mereka
mulai makan bersama.
“Lain kali,
jika tidak ada yang kau senangi, katakan saja langsung. Jangan memendamnya,”
nasihat Sheng Nan.
“Maaf.”
“Aku tidak
menyuruhmu untuk meminta maaf. Orang asing tinggal bersama, hal wajar jika kita
tidak bisa akur. Tahan apa yang bisa kau toleransi dan katakan apa yang tidak
bisa kau tahan,” lanjut Sheng Nan.
“Jika kau
punya komplain, katakan langsung,” ujar Ni Jin. “Jika kau tidak bilang, kami
tidak akan pernah tahu.”
Tapi Xiao
Chun tidak berani untuk bicara.
“Apa tidak
ada? Kalau gitu, aku duluan saja. Caramu mengetik di laptop sangat keras. Aku
bahkan bisa mendengar suaranya hingga kamarku.”
“Aku akan
mengecilkannya,” ujar Xiao Chun. “Kak Chen chen, aku juga bisa mendengar
suaramu ketika sedang teleponan dengan pacarmu.”
“Benarkah?”
tanya Chen Chen terkejut. Dan Ni Jin serta Sheng Nan langsung memperagakan cara
Chen Chen bicara dengan pacarnya. Chen Chen benar-benar malu mendengarnya.
“Oh ya, lain
kali jika kau pipis, tolong tekan tombol water-saving. Harga air sangat mahal,”
ujar Sheng Nan.
“Dan juga,
jangan terlalu lama di kamar mandi,” ujar Ni Jin.
“Kak Ni Jin,
bisakah jangan masuk ke dalam kamar mandi ketika aku sedang mandi?” pinta Xiao
Chun.
“Ckckckck,
kenapa? Kau malu? Aku membuatmu malu?”
“Bisakah kau
mengeluarkan suara ketika tertawa?” pinta Chen Chen. Dan Xiao Chun langsung
mengeluarkan suara-nya.
Mereka mulai
akrab.
Aku kira hanya aku yang
selama ini berusaha memahami. Aku kira hanya aku yang selama ini bermasalah.
Saat Xiao
Chun mengetik dengan keras, Chen Chen mengenakan earphone-nya agar tidak
mendengar suara itu dan lanjut belajar.
Aku kira hanya aku yang
menderita dari emosi orang lain. Aku membuat banyak komplain, tapi aku merasa
itu tidak ada artinya setelah mengatakannya.
Xiao Chun di
dalam kamar mandi dan asyik bermain ponsel. Dia tidak menyadari kalau Ni Jin
berdiri di depan dan sudah sangat kebelet.
Sebaliknya, aku
harusnya di benci dan di tertawai. Aku kira kami berbeda.
Sheng Nan
selama ini menulis memo untuk Xiao Chun, tapi dia juga kesulitan memilih kata
yang tepat.
Dan aku salah.
Saat itu
seorang pria berdiri di sampingnya dan tas-nya terus mengenainya. Kali ini,
Xiao Chun dengan berani memberitahukan hal tersebut. Pria itu langsung meminta
maaf, dan memindahkan posisi tas-nya agar tidak mengenai Xiao Chun.
Kita semua sama. Kita
terkadang merasa tidak nyaman. Kita terkadang merasa ragu. Kita semua baik
hati.
--
Di kampus,
saat sedang belajar sendiri, Yang Yu menghampirinya dan mengembalikan pena Xiao
Chun. Setelah itu, dia duduk di depan Xiao Chun.
“Btw, siapa
namamu?” tanya Yang Yu.
“Apa
urusannya denganmu?” tanya Xiao Chun balik.
--
Saat sudah
selesai jam kelas, Yang Yu bercerita mengenai jawaban Xiao Chun itu pada
temannya, pria yang berambut panjang itu. Gu Qing. Gu Qin tertawa mendengar
cerita Yang Yu tersebut.
“Lalu
sekarang kau akan bagaimana? Meskipun kau tidak tampan, tapi kau kan tidak
pernah di abaikan seperti ini.”
“Ini masalah
kecil. Tenang saja, aku pasti akan mendapatkan namanya,” tekad Yang Yu.
“Oh ya, jam
pertama-mu sore ini adalah kelas Prof. Jiang, kan?”
“Benar,”
jawab Yang Yu. Dan dia malah mendapat sebuah ide.
Yang Yu
langsung pergi menemui prof. Jiang. Dan tanpa basa basi, dia berkata kalau ada
sedikit kesalahan dalam metode mengajar Prof. Jiang. Prof. Jiang jelas
penasaran, apa itu?
“Anda tidak
pernah melakukan absen. Anda sebaiknya mengabsen semua mahasiswa. Coba
pikirkan, tanpa absen, beberapa mahasiswa mungkin akan bolos dan malah
melewatkan pelajaran Anda.”
Prof. Jiang
merasa kalau saran Yang Yu ada benarnya. Jadi, dia menerima saran tersebut.
Saat masuk
ke dalam kelas, Prof. Jiang memberitahu semua mahasiswa/I kalau dia telah
menerima saran berharga dari Yang Yu.
“Tapi, orang
liberal sepertiku, merasa kalau mengabsen tidak sesuai untukku. Walaupun
begitu, aku masih ingin memuji dan berterimakasih padanya. Aku harap Yang Yu
tidak akan sedih dan masih akan memberikan saran lain waktu padaku,” jelas
Prof. Jiang.
Udah nggak
dapat nama Xiao Chun, Yang Yu juga jadi di benci satu kelas karena sarannya
itu.
--
Jam pulang
kampus,
Begitu bel
berbunyi dan Prof. jiang keluar kelas, Yang Yu langsung kabur sebelum di
keroyok. LOL.
Dia menemui
Gu Qing. Dan jelas dia memarahi Gu Qing karena saran dari Gu Qing dia jadi di
benci sekelas. Gu Qin membalas kan iu salah Yang Yu yang terlalu bodoh.
Eh, Xiao
Chun lewat di depan mereka, dan Yang Yu langsung mencoba bersembunyi. Gu Qing
yang melihat tingkah Yang Yu bisa menduga kalau Xiao Chun pasti adalah wanita
yang ingin Yang Yu ketahui namanya. Dan Gu Qing langsung menghampiri Xiao Chun.
“Permisi,”
panggil Gu Qing. “Apa kabar, namaku Gu Qing. Boleh aku tahu namamu?”
Xiao Chun
yang memang menyukai Gu Qing, langsung balas menyapa dengan ramah. “Senang
bertemu denganmu, senior Gu Qing. Namaku, Lin Xiao Chun. ‘Xiao’ yang berarti
kecil dan ‘Chun’ yang berarti suci.”
“Senang
bertemu Xiao Chun.”
Yang Yu
awalnya heran melihat Xiao Chun yang tampak senang dengan Gu Qing, tapi itu
tidak penting karena akhirnya dia mengetahui nama Xiao Chun.
--
Xiao Chun
sudah pulang ke kos. Dan dia merasa bingung saat melihat seorang wanita duduk
di ruang tamu dan tertawa-tawa membaca sebuah buku.
“Kau Xiao
Chun kan? Aku Han Yi Tong. Aku baru saja pulang,” kenalkan Yi Tong. Dan dia
bahkan sudah merangkul Xiao Chun dengan ramah.
Tidak perlu
waktu lama, mereka sudah berada di meja makan bersama Chen Chen dan Ni Jin. Yi
Tong juga sudah mendengar pertengkaran Xiao Chun dengan Chen Chen baru-baru
ini.
“Ini salahku
karena tidak ada di rumah. Mereka bertiga sungguh kekanak-kanakkan. Mereka
harusnya mengadakan pesta selamat datang untukmu. Kita punya orang baru di
sini. Mari kita minum untuk memperkuat hubungan kita,” ujar Yi Tong.
Tidak lama,
Yi Tong malah bertanya apakah Xiao Chun mempunyai abang? Karena Xiao Chun
bilang tidak ada, Yi Tong bertanya lagi, berapa umur paman termuda Xiao Chun?
“40 tahun.”
Dan
mendengar hal itu, Yi Tong jadi kesal. Ni Jin kemudian mengomentari Xiao Chun
yang sangat tenang dalam minum bir daripada minum lemon.
“Bolehkah
aku bertanya pada mu?” tanya Xiao Chun pada Yi Tong.
“Tanya saja.
Aku tahu semua yang ada di atas surga dan di bawah bumi. Tidak ada yang tidak
ku tahu.”
“Wanita yang
sebelumnya tinggal di sini, kenapa dia pindah?”
Semua langsung
diam. Suasana terasa canggung. Xiao Chun meminta mereka menjawab. Dia penasaran
karena setiap dia bertanya semua langsung diam seperti menyembunyikan sesuatu.
“Tidak ada
apa-apa. Dia hamil dan di bawa pulang orang rumahnya,” beritahu Yi Tong.
Dan alasan
mereka tidak mau memberitahu, karena ingin melindungi nama baiknya, apalagi
mereka dari kampus yang sama. Xiao Chun mengerti.
“Kau tidak
berpikir kan kalau dia pindah karena kami mem-bully-nya?” tanya Ni Jin.
Mata Xiao
Chun langsung bergerak ke kiri kanan, “Tidak.”
Tapi, jelas
saja semua bisa menduga kalau Xiao Chun pasti sudah sempat berpikiran demikian.
Yi Tong membelanya. Yi Tong bahkan mengajak semuanya bersulang dan saling
berbagi rahasia.
And….
Saat Sheng
Nan pulang, dia mendapati mereka berempat telah mabuk. Chen Chen mengajak Sheng
Nan bergabung dan mengajaknya berbagi rahasia. Tapi, Sheng Nan tidak punya
rahasia apapun untuk di katakan. Dia juga bertanya rahasia mereka.
“Kak Ni
punya 3 pacar sekarang. Dan dia juga pernah operasi lipatan mata. Kak Chen
pernah mempunyai berat badan mencapai 63 kg. Dan kak Yi Tong sudah berkencan
buta sebanyak 88 kali, tapi tidak ada satupun yang berhasil,” beritahu Xiao
Chun.
Ada dua jenis rahasia.
Ada yang bisa di katakan pada orang lain, dan ada yang tidak.
“Dan aku,
aku sudah minum alkohol sejak kelas satu SMP,” lanjut Xiao Chun.
Rahasia yang di
ceritakan sekarang adalah yang bisa di katakan pada orang lain.
Yi Tong
tiba-tiba bangun, “Kalian mau tahu rahasia sebenarnya? Sst…”
Aku punya rahasia yang
tidak akan pernah ku beritahu pada yang lain…
“Sebenarnya,
aku bisa melihat hantu,” ujar Yi Tong.
Aku membunuh seseorang, narasi Xiao Chun.
“Benarkah?
Sejak kapan?” tanya Chen Chen.
“Dulu dulu
sekali.”
“Kenapa
tidak bilang sampai sekarang?”
“Ada hantu
di sana,” tunjuk Yi Tong ke arah lemari sepatu yang sudah usang.
Aku membunuh seseorang.
“Aku yang
membuatnya mati,” gumam Ni Jin.
“Ada
seseorang yang aku harap dia segera mati,” gumam Sheng Nan.
Mereka aneh.
Dan suasana
tegang itu harus lenyap saat Chen Chen berteriak menyadari berapa banyak kalori
yang telah di konsumsinya.
Mereka benar-benar
aneh. Narasi Xiao Chun.
Xiao Chun
terus melihat ke arah lemari usang tersebut.
Dan kita di
perlihatkan beberapa potongan adegan.
Tubuh
orang yang tenggelam.
Xiao
Chun yang mengintip dan sebuah gelas terjatuh di samping tubuh seorang pria.
Seorang
anak kecil di atas pohon yang menangis, dan seorang pria yang berusaha
membantunya turun.
Dan
seorang pria tidak sadarkan diri di rumah sakit.
Juga
sebuah boneka beruang yang terjatuh ke lantai.
---==---
Epilog (wawancara dengan Xiao Chun)
Q : Kau terlihat sangat gugup
sekarang.
XC : Aku sangat gugup sekarang.
Q : Di 2 episode ini, kau selalu
toleransi. Orang-orang merasa kau yang di rugikan.
XC : Sebenarnya, aku juga
membenci karakterku sendiri. Tapi, aku sudah seperti ini sejak kecil. Aku
menahan dan menahan hingga akhirnya lepas kendali tanpa alasan.
Q : Tapi orang-orang mengira
kalau kau hanya bisa komplain.
XC : Aku sudah berusaha
semampuku.
Q : Siapa yang paling sulit untuk
di dekati di kosan ini?
XC : Tidak ada. Aku suka mereka
semua.
Q : Siapa yang paling kau takuti
di kosan?
XC : Kak Sheng Nan. Tapi, sekarang
sudah tidak lagi. Aku serius.
Q : Apa benar kau membunuh
seseorang?
XC : …
Tags:
Youth