Sinopsis
Korean Drama : Beautiful World Episode 06 – 1
Images
by : jTBC
Semua karakter, organisasi, tempat, kasus, dan
insiden dalam drama ini fiktif
Mendengar Joon Seok yang berteriak menyalahkannya, membuat Eun Joo secara refleks menampar putranya. Joon Seok langsung berlari keluar rumah dengan marah karena di tampar, dan pas dengan Jin Pyo yang baru pulang.
--
--
--
In Ha mencoba bicara dengan Sun Ho, dia bertanya, apakah Sun Ho mendengar suaranya? Dan tangan Sun Ho bergerak sedikit. Dokter masuk dan mulai memeriksa kondisi Sun Ho.
--
Eun Joo menatap Jin Pyo, dan Jin Pyo memintanya memberitahu apa yang terjadi. Eun Joo dengan gugup menjawab tidak ada apapun. Tapi, Jin Pyo tidak percaya, dan hal itu membuat Eun Joo berteriak menyuruh JIn Pyo tidak memerintahnya.
“Aku rasa
Joon Seok hanya terlalu stress karena belajar. Dia baik-baik saja hingga 1
tahun yang lalu. Dia sangat sensitif belakangan ini. Dan itu membuatku menjadi
sedikit sensitif,” bohong Eun Joo.
“Itu saja.”
Tapi, Jin Pyo
terus bertanya, “Ku rasa kau lupa sesuatu. Aku adalah suami dan ayah Joon Seok.
Apa kau tahu apa yang ku rasakan?”
Mereka mulai
bertengkar. Baginya, Jin Pyo pun tidak peduli apa yang dia dan Joon Seok rasakan.
Jin Pyo hanyalah memerintah, mengkritik dan memaksa Joon Seok tanpa memujinya
atas apa yang telah Joon Seok lakukan. Joon Seok selalu berusaha keras untuk membuat
Jin Pyo kagum, tapi Jin Pyo tidak tahu apapun.
“Apa kau
tidak merasa kalau sikap terlalu melindungimu lah yang menghancurkannya?” tanya
Jin Pyo balik. “Semua orang tua mencintai anak mereka. Aku juga. Tapi, Joon
Seok terlahir di kelas berbeda. Dia satu-satunya pewaris untuk Yayasan Seah yang
berusia 100 tahun. Dan dia anakku. Membiarkannya tubuh menjadi orang bodoh yang
di jilat oleh pujian?! Aku tidak bisa membiarkannya.”
“Kau terdengar
seperti ayahmu,” balas Eun Joo dan kemudian masuk ke dalam kamarnya.
--
--
Eun Joo
berusaha menelpon Joon Seok, tapi ponsel Joon Seok tidak aktif.
Jin Pyo memperhatikannya. Dan ingat hari dimana dia melihat Eun Joo membuat sebuah kancing baju sekolah Seah ke kloset kamar mandi. Ternyata, di hari itu, Jin Pyi membilas kancing itu hingga masuk ke dalam kloset. Dia memilih untuk menutup mata.
Dokter menjelaskan
pada In Ha dan Moo Jin kalau pergerakan Sun Ho menandakan hal positif kalau dia
menjadi lebih baik. Tapi, dia ragu kalau Sun Ho dapat sembuh lebih jauh lagi.
Karena dia melihat CT Scan dan MRI yang di ambil dari rumah sakit sebelumnya,
dan hasilnya menunjukan terlalu banyak kerusakan di otak. Sun Ho mungkin bergerak
sedikit, tapi itu tidak seperti dia akan sembuh sepenuhnya.
“Aku dengar
beberapa orang yang dalam kondisi koma dapat sembuh,” harap In Ha.
“Tolong lakukan
MRI lagi,” pinta Moo Jin. “Hasilnya mungkin akan berbeda kali ini.”
Dan dokter
setuju. Dia akan melakukan CT Scan dan MRI sekali lagi.
--
Eun Joo pergi ke warnet mencari Joon Seok, tetapi tidak ada. Eun Joo benar-benar takut apalagi saat mengingat kemarahan Joon Seok padanya. Dia terus berjalan dan berjalan berharap menemukan Joon Seok, tapi tidak ada.
Dan semakin
mengingat perkataan Joon Seok, yang berkata kalau Sun Ho sampai mati, maka Eun
Joo lah yang telah membunuhnya. Hal itu sangat menyayat hati Eun Joo dan membuatnya
ketakutan. Dia sampai jatuh terduduk di trotoar dan menangis. Setiap orang yang
lewat di sekitarnya, menatap aneh padanya.
--
Joon Seok
masih berjalan dalam keadaan linglung. Dia mengingat perbincangannya dengan Sun
Ho di atap waktu itu.
“Dia (sepertinya Da Hee) mencoba
bunuh diri karena kau!” teriak Sun Ho.
“Tidak bisa di percaya.”
“Apa? Hanya itu reaksimu,”
ujar Sun Ho penuh amarah.
Joon Seok malah tetap tenang. Dia
berkata kalau hanya mempermainkannya. Karena gadis itu adalah gadis yang Sun Ho
sukai tapi malah menyukainya. Jadi, dia ingin mengganggu. Itulah kenapa dia
bersenang-senang dengannya dan kemudian mencampakkannya. Tapi, gadis itu malah
merengek padanya di telepon dan berkata itu salah Joon Seok dan dia akan mati. Tapi
pada akhirnya apa? Gadis itu kan tidak mati. Dia masih hidup dan baik-baik
saja.
Sun Ho sangat marah mendengar
ucapan Joon Seok yang tanpa rasa bersalah dan memukul pipi-nya. Joon Seok jadi
emosi juga.
“Kau bukan manusia. Kau gila!” umpat
Sun Ho.
“Jangan kelewatan batas!”
Dan kembali
ke adegan Joon Seok yang berjalan dalam keadaan linglung.
“Aku bilang yang sebenarnya! Tidak
kah kau percaya padaku?! Tidakkah kau percaya pada temanmu?!” teriak Joon Seok.
“Teman? Aku bukan temanmu. Kau menganggapku
remeh. Kau mengira aku penurut karena aku tahan padamu.”
“Kau tahan padaku?”
“Ya, aku bertahan padamu. Kau tahu
kenapa aku melakukan itu padamu? Karena aku mengira kita adalah teman. Yang lain
mungkin tidak mengerti kau, tapi aku bisa. Aku ingin percaya kalau kau bukanlah
yang terburuk.”
Joon Seok
menangis.
“Kau pengecut. Pengecut yang
terburuk. Kau… sampah!” ujar Sun Ho.
End
--
Det. Kim memberitahu det. Park kalau dia sudah memeriksa CCTV sebisanya, tapi tidak ada hal baru apapun. Dan dia merasa sudah cukup. Det. Park masih memeriksa CCTV itu lebih detail, karena di sudut CCTV yang tidak terekam, ada terlihat kalau Sun Ho bicara dengan seseorang.
--
Moo Jin dengan In Ha masih di ruang rawat Sun Ho. Moo Jin bertanya, apa In Ha ingin bicara dengan anak-anak itu. In Ha mengiyakan karena hanya itu satu-satunya jalan. Polisi dan sekolah tidak mau mendengarkan mereka.
Moo Jin
tidak setuju. Dan In Ha makin emosi, bukankah mereka sudah melihat tali sepatu
itu. Mereka mulai berdebat lagi.
“Jadi apa intinya?
Kau menyuruhku untuk tetap diam saja? Dan aku harus tetap diam dan menunggu
hingga Sun Ho sadar?!”
“Apa yang
kau lakukan hanya menghabiskan energi kita. Itu hanya akan membuatmu dan Soo Ho
kesulitan!”
“Kau salah paham,
sayang. Kau kira aku melakukan ini untuk balas dendam pada anak-anak itu kan?”
“Bukan itu
maksudku. Aku hanya berkata pengajuan ulang akan tidak berarti…”
“Kenapa
tidak berarti?! Kita harus mengajarkan mereka kalau apa yang mereka lakukan itu
salah. Mereka harus tahu apa yang mereka lakukan sangat kejam. Jika kita hanya membiarkan
ini saja, mereka akan melakukannya lagi. ‘ah, aku rasa aku boleh melakukan ini.
Ini bukanlah perkara besar.’ Mereka kita mereka akan bisa menyelesaikan hal ini
hanya dengan kerja sukarela di sekolah selama 3 hari. Apa aku salah di sini?! Kau
bilang ini menghabiskan energi, dan semua ini tidak berarti. Tapi, kau hanya
membuat alasan. Kau hanya ingin menghindari ini. Kau hanya ingin berbalik. Kau selalu
seperti itu. Kau tidak pernah menyukai konflik. Jadi, kau selalu berkata kau
baik-baik saja dengan segalanya. Tapi, dengarkan aku, kau tidak bisa seperti
ini untuk hal ini. Kita harus berjuang demi Sun Ho. Kita harus berjuang deminya
sebagai orang tuanya. Itu hal yang benar,” ujar In Ha.
Dan Joon Ha
mendengar semuanya dari luar. Dia hendak pergi, memberikan waktu bagi In Ha dan
Moo Jin, tapi ternyata Moo Jin sudah keluar. Di luar, Joon Ha menyemangati Moo
Jin dan berkata kalau Moo Jin sangat melengkapi kakaknya. Walau sudah
bertengkar dengan In Ha pun, Moo Jin masih meminta Joon Ha untuk memastikan
agar In Ha makan.
Joon Ha masuk ke dalam. Seperti biasa, dia berusaha tampak bahagia. Dia memuji wajah tampan Sun Ho dan senang karena Sun Ho sudah mulai menunjukkan perkembangan. Kemudian, dia mulai bicara dengan In Ha.
Joon Ha
memeluk In Ha dan berusaha membuat In Ha tidak stress. Dia berkata kalau Sun Ho
sudah memberi tanda dengan jarinya seolah bilang kalau dia akan sadar, jadi mereka
tidak boleh khawatir.
“Kakak ipar
juga berjuang. Hanya saja caranya berbeda dari eonni. Tapi, kau tahu lebih baik
dari siapapun… kalau dia berjuang dengan segenap kekuatannya. Itu bukan seperti
dia tidak punya pendapat sendiri. Dia hanya khawatir kalau kau dan Soo Ho akan
terluka dan itu mungkin akan melukai anak-anak yang mencelakai Sun Ho.”
“Kenapa dia
harus mengkhawatirkan mereka? Dia harus memikirkan apa yang sudah mereka
lakukan pada Sun Ho.”
“Itulah bagaimana
kakak ipar. Dia hanya sangat terlalu baik. Eonni yang bilang sendiri kan, kalau
menikahinya karena dia terlalu baik.”
--
Sun Ho meminta izin agar ayahnya
membiarkannya belajar tinju. Moo Jin jelas heran dengan permintaan Sun Ho yang
tiba-tiba. Dan Sun Ho beralasan kalau dia hanya ingin menjadi lebih kuat. Seorang
lelaki kan harus tahu caranya bertengkar. Tapi, Moo Jin malah berkata kalau Sun
Ho sudah kuat, karena Sun Ho memiliki kebaikannya. Kekuatan sejati adalah
datang dari menjadi orang baik seperti Sun Ho.
“Kekuatan sejati datang dari…
hati. Dan sini. Menjadi baik dan berpikir baik.”
“Tapi bukankah Issac Newton juga
menghajar orang yang membully-nya?” tanya Sun Ho.
“Tidak. Aku hanya merasa kalau belajar
tinju akan berguna suatu hari nanti.”
Tapi, Moo Jin masih belum
mengerti tujuan Sun Ho sebenarnya waktu itu, dan malah menyarankan agar Sun Ho lari
pagi saja bersamanya besok pagi. Saat itu, Sun Ho tampak kecewa.
End
Moo Jin
menghela nafas mengingat hal itu. Saat di lampu merah, dia melihat Joon Seok
yang berjalan sendirian. Dan dia pun menghampirinya. Joon Seok tampak takut
melihat Moo Jin. Tapi, Moo Jin tidak menyadari hal itu dan bertanya kenapa Joon
Seok sendirian di luar padahal sudah hampir jam 10. Dia menawarkan diri untuk
mengantar Joon Seok pulang. Joon Seok menolak karena dia bisa pulang sendiri.
Tapi… entah
bagaimana, dia akhirnya di antarkan oleh Moo Jin. Sepanjang perjalanan, mereka
hanya diam.
“Kau harus
menjenguk Sun Ho. Kau berhutang maaf padanya,” ujar Moo Jin.
Suasana kembali
hening.
Moo Jin
akhirnya tiba di depan rumah Joon Seok. Joon Seok berterimakasih atas tumpangan
Moo Jin padanya. Joon Seok sudah mau keluar, ketika Moo Jin memanggil namanya
lagi.
“Joon
Seok-ah. Tidak ada satupun yang sempurna. Setiap orang pernah membuat kesalahan
di hidup mereka. Yang paling penting adalah apa yang mereka lakukan setelah
itu. Bagaimana kau memilih untuk hidup setelahnya. Ada beberapa yang
benar-benar menyesali kesalahan mereka… dan mencoba keras mejadi orang yang
lebih baik. Dan ada juga yang tidak melakukannya. Ahjussi harap kau adalah
orang yang akan mencoba menjadi orang yang lebih baik,” nasihat Moo Jin. “Jari
Sun Ho bergerak hari ini. Itu pertanda bagus. Dia mungkin bisa sembuh. Sun Ho
berusaha yang terbaik untuk sembuh. Aku harap kau berusaha juga.”
Joon Seok
tidak tahu harus berkata apa karena terlalu terkejut mendengar perkataan Moo Jin.
Dia keluar dari mobil Moo Jin dengan perasaan kacau. Dan setelah mobil Moo Jin
pergi, pas sekali dengan Eun Joo yang tiba.
Dia segera
berlari mengampiri Joon Seok dengan khawatir. Dia mencari Joon Seok dari tadi. Dia
meminta maaf karena itu salahnya.
“Sun Ho… jari
Sun Ho bergerak hari ini,” beritahu Joon Seok dengan ketakutan. “Bagaimana jika
Sun Ho bangun, ibu? Bagaimana jika dia memberitahu semuanya?”
“Itu tidak
mungkin. Itu perlu keajaiban.”
“Bagaimana
jika keajaiban terjadi? Lalu apa? Aku harus mengaku pada ayah Sun Ho. Mungkin dia
akan mengerti. Dia bilang padaku kalau setiap orang membuat kesalahan. Apa yang
penting adalah setelahnya. Jika aku minta maaf dengan tulus, dia mungkin akan
memaafkanku.”
“Jangan! Jangan
Joon Seok! Kau tidak bisa memberitahu siapapun. Janji. Janji tidak akan pernah
memberitahu siapapun.”
“Aku takut.”
“Dengarkan
ibu. Apa yang terjadi hari itu, itu tidak pernah terjadi. Kau datang ke rumah
bersama ibu setelah akademi. Ingat itu di dirimu, dan percayai hal itu. Tidak
ada apapun yang terjadi. Itu yang benar.”
“Bagaimana
jika polisi tahu?”
“Tidak
mungkin. Karena kau pulang ke rumah dengan ibu. Benar? Tidak ada satupun yang
mencurigaimu.”
“Siapa yang
mengirimkan video itu? Jika orang itu punya ponsel Sun Ho, maka orang itu tahu
segalanya.”
“Jika seseorang
tahu hal itu, dia pasti sudah melakukan sesuatu. Sun Ho pasti menghilangkannya
di suatu tempat.”
“Tidak. Sun
Ho memiliki ponselnya. Aku mendengar ponselnya berbunyi. Aku jelas mendengarnya!”
Dan Eun Joo jadi
takut.
--
Moo Jin sudah pulang dan masuk ke dalam kamar Soo Ho. Dia melihat Soo Ho yang tertidur dengan laptop yang menyala di pangkuannya. Jadi, Moo Jin memindahkan laptop itu ke atas meja. Saat itulah dia melhat petisi yang di tulis oleh Soo Ho.
--
Jin Pyo
menelpon seseorang dan bertanya apa sudah di periksa? Orang yang di telepon
menjawab kalau tidak ada apapun di rumah orang itu.
Dan tidak
lama, Joon Seok dan Eun Joo masuk ke dalam rumah.
“Ikuti dia. Siapa
yang dia temui, dan apa yang di lakukannya dan keluarganya. Selidiki setiap
detail-nya,” perintah Jin Pyo. “Dia punya mata yang tajam. Jangan membuat
kesalahan apapun.”
Setelah mematikan
telepon, Jin Pyo menatap tajam ke Eun Joo.
--
Hallo. Aku adalah murid kelas 8
SMP. Oppa-ku yang adalah murid kelas 9 SMP suka bermain sepak bola. Dia menyukai
teman-temannya, mencintai keluarga dan suka tteokbokki pedas. Oppa-ku adalah
orang yang baik dan murid biasa. Dia juga kutu buku. Suatu hari, di malam
gerhana bulan, aku mendapat telepon yang mengatakan oppa-ku jatuh dari atap
sekolah. Hingga hari ini, oppa terbaring koma di rumah sakit. Sekolah dan
polisi memutuskan dia bunuh diri karena nilai yang buruk. Itu bukan hal benar.
Oppa adalah korban kekerasan
sekolah. Si pelaku tidak lain adalah orang yang dia anggap sebagai sahabatnya. Ada
4 pelaku. Satu dari mereka tidak memukuli oppa-ku, tapi dia ada di sana sebagai
penonton.
Jika bukan karena seseorang yang
mengirimkan video kekerasa itu pada kami, sekolah dan polisi akan tetap
mengatakan dia berusaha bunuh diri karena nilai yang buruk. Pelaku masih
menyatakan kalau mereka hanya bermain dan itu hanyalah permainan. Mereka tidak
menyesal dan tidak pernah meminta maaf. Sebaliknya, mereka mengejek oppa-ku dan
tidak menunjukkan penyesalan apapun. Tapi, Komite Kekerasan Sekolah menghukum
mereka dengan hukuman ringan yaitu 3 hari kerja suka rela. Dan untuk si
penonton, tidak pernah menerima hukuman apapun. Dan mereka berkata kalau mereka
sudah mendapat ganjaran, sebaliknya kami tidak percaya kalau oppa bunuh diri. Sekolah
dan polisi berkata kalau semua sudah berakhir.
Tapi keluargaku baru akan mulai. Tolong
bantu kami menyelesaikan dendam oppa-ku. Tolong tanda tangani petisi ini dan sebarkan
pada semuanya jadi semakin banyak orang yang melihat dan memberikan kami
kekuatan.
Berikan kami kekuatan jadi kami
tidak akan menyerah dan dapat melaluinya.
Joon Seok
menelpon Da Hee, tapi tidak di angkat. Dan karena marah, Joon Seok membanting
ponselnya.
Ahjussi toko
bunga melihat petisi yang Soo Ho buat, dan dia menandatangani petisi tersebut. Sudah
ada 5 orang yang tanda tangan.
Moo Jin
pergi ke kamar Sun Ho dan melihat setiap sudutnya. Soo Ho terbangun dan mengampiri
Moo Jin.
“Hah? Tentu saja, ayah baik-baik saja.”
“Bagaimana
bisa ayah selalu baik-baik saja? Ayah selalu berkata baik-baik saja.”
“Itu karena
ayah baik-baik saja. Kau sangat pandai menulis.”
“Kau
membacanya? Maafkan aku karena tidak memberitahu. Tapi, itu terlalu tidak adil.
Aku merasa seperti aku harus melakukan sesuatu.”
“Kau berani
kau seperti ibumu. Mungkin di sekolah besok hal akan jadi heboh. Kau akan
baik-baik saja?”
“Apakah itu
akan baik-baik saja jika aku tidak? Ayah tidak perlu berpura-pura baik-baik
saja. Menjadi tidak baik-baik saja bukan berarti ayah tidak punya keberanian,”
ujar Soo Ho dan memeluk Moo Jin. “Kuatlah. Oppa juga tetap kuat. Jadi, ayah
juga harus tetap kuat.”
“Kau sudah
dewasa,” puji Moo Jin.
Soo Ho tersenyum
dan berkata dia sudah dewasa dari dulu. Dia kemudian pamit untuk tidur.
Tags:
Beautiful World