Krong Karm Episode 4 – part 8
Network : Channel 3
Philai berjalan- jalan. Dan ketika melewati sebuah
toko emas, pemilik memanggilnya. Dia menanyakan apakah Philai ada mau menjual
emas, jika iya dia akan memberikan harga yang tinggi. Dan Philai pun menjawab
bahwa dia tidak pernah menjual apapun, tapi membeli emas iya. Mendengar itu,
dengan ramah si Pemilik mengundang Philai masuk ke toko nya untuk melihat-
lihat. Jadi Philai pun masuk ke dalam.
Philai melihat- lihat emas yang ada di toko. Sambil
mengobrol dengan si Pemilik (Je Ah). Dan setelah agak lama mengobrol, Je Ah
yang mengenal Philai sebagai menantu Yoi, dia mengatakan bahwa pasti Yoi
membuat Philai banyak bekerja. Dan Philai menjawab tidak, karena dia sebenarnya
mau bekerja menjaga meja kasir, tapi Yoi tidak membiarkannya.
“Oh. Dia tidak pernah mempercayai siapapun, kecuali
anaknya dan suaminya. Jangan berharap kamu akan mendapatkan sepeser pun dari
nya,” kata Je Ah.
“Lagian toko itu akan menjadi milikku,” balas
Philai.
“Sekali dia memberikan itu padamu, dia akan membuka
toko baru dan menjadi saingan mu. Karena dia mempunyai banyak harta, tapi
pelit.”
Philai menjelaskan bahwa bukankah Yoi hanya
mempunyai penggilingan padi dan kandang babi. Namun Je Ah langsung menjawab
tidak, setaunya Yoi memiliki banyak real estates dimana-mana. Dan mendengar
itu, Philai merasa penasaran.
Seorang wanita mendatangin Yoi di toko. Dia datang
untuk menjual barang berharganya, karena dia sedang membutuhkan uang, dan dia
meminta agar Yoi bisa memberikan harga yang bagus untuk barangnya. Namun Yoi
tidak mau membeli dengan harga besar, karena menurutnya barang itu sudah kurang
baik.
“Tolong berikan sedikit lagi. Aku mohon padamu.
Dengan uang ini, tidak cukup untuk membayar biaya medis sama sekali,” pinta si
Wanita, memohon.
“Kamu tidak beralasan sama sekali ya. Bawa semua
ini kembali, jika kamu tidak mau menjualnya. Aku tidak mau,” kata Yoi dengan
serius. Dan mau tidak mau, si Wanita pun menerima Yoi untuk membeli barangnya
dengan harga murah.
Yoi lalu menyuruh Atong untuk memberikan uang
kepada si Wanita. Dan setelah itu, si Wanita pun pamit dan pergi. Melihat itu,
Philai merasa tertarik.
Yoi memperhatikan barang berharga si Wanita dan
memuji bahwa semuanya masih tampak bagus. Dan Philai mendekatinya, serta ikut
menyentuh barang itu juga. Tapi Yoi langsung memanggil Boonplook untuk
menyimpan semua barang itu ke lantai dua. Dan Atong memberikan kunci kamar
kepada Yoi. Lalu Yoi pergi bersama dengan Boonplook ke lantai dua.
Melihat itu, Philai merasa tidak senang. Dan
sekaligus penasaran ingin mengetahui seberapa banyak harta yang Yoi miliki.
Di penggilingan. Renu membawa kan makanan untuk Asa,
Ayah, dan semua pekerja. Dan mereka pun makan bersama.
“Renu. Tentang Yoi, jangan pikirkan dia. Jangan
membayar untuk apapun. Aku akan mengurusnya ya,” kata Ayah. Karena Renu telah
begitu baik.
“Apa itu tidak apa?” tanya Renu, ragu.
“Kamu tinggal disini. Kamu tidak menganggur sama
sekali. Kamu banyak membantu dalam bekerja juga,” jelas Ayah.
“Ayah dan aku bisa makan makanan enak setiap hari,
karena kamu,” tambah Asa.
“Aku berterima kasih padamu. Aku ingin membayar mu.
Bukan kamu yang harus membayar padaku,” jelas Ayah. Tapi Renu masih merasa
tidak enak.
Ayah meminta Renu untuk memberikan waktu kepada
Yoi. Karena dia percaya bahwa suatu hari nanti, Yoi akan bisa mengerti dan
menerima Renu. Sebab Yoi bersikap seperti itu, karena dulu Yoi telah melalui
banyak kesulitan dalam hidupnya. Jadi Yoi ingin mengajari anaknya dan
menantunya dengan caranya sendiri.
“Iya, yah,” kata Renu sambil tersenyum berterima
kasih pada Ayah.
Ketika sedang makan, Ayah tiba- tiba saja batuk.
Dan Renu mengira bahwa Ayah tersedak, jadi dia merasa cemas dan ingin
mengambilkan air. Tapi Asa menahannya, dia menjelaskan bahwa Ayah akhir-akhir
ini memang sering batuk. Lalu Asa mengambilkan teh untuk Ayah.
Asa datang ke apotik untuk membeli obat batuk
kering. Dan pemilik apotik pun meracikan nya untuk Asa. Lalu setelah selesai,
Asa membayar dan berniat pergi.
Seorang gadis cantik berpakaian kuning garis biru
berjalan sambil membawa banyak belanjaan. Lalu tiba- tiba saja semua jeruk yang
di belinya jatuh, karena kantong belanjaannya bolong. Dan tepat disaat dia mau
memungutnya, Asa yang baru keluar dari toko apotik, tanpa sengaja menginjak
salah satu jeruk nya.
“Maaf ya. Maaf ya,” kata Asa. Lalu ketika dia
mengetahui kantong belanjaan si Gadis itu bolong, maka dia pun berteriak
meminta kantong dari Pemilik apotik.
“Tidak perlu!” teriak si Gadis. Dan secara reflesk
Asa langsung berteriak juga kepada si Pemilik Apotik. “Tidak perlu!”
Si Gadis dengan wajah cemberut, mengatai bagaimana
si Asa berjalan. Lalu dia membawa jeruk- jeruknya dan pergi. Dan Asa tersenyum
melihat itu.
Sesampainya di toko. Yoi memperkenalkan Asa kepada
Sri, langganan di toko mereka dari tempat jauh. Dan dengan sopan, Asa pun
menyapa Sri. Lalu Yoi menanyakan darimana Asa tadi, dan Asa menjelaskan bahwa
dia barusan dari Apotik membelikan obat untuk Ayah, dan sekarang dia kesini
untuk mengambil teh.
“Kamu begitu pekerja keras ya. Ingin menjadi
menantu sepupuku?” kata Sri. Dan Asa tertawa malu, karena di kiranya itu hanya
bercanda.
“Siapa yang akan aku nikahi, bi Sri?” tanya Asa.
“Keponakan ku. Apa kamu ingat gadis di foto?” jelas
Sri.
“Itu yang kamu bilang terlihat seperti bintang
film,” tambah Yoi. Dan Asa pun ingat.
Si Gadis berbaju kuning barusan, Piangphen. Dia
datang ke toko bersama dengan Ibunya, Somporn. Dan ternyata Piangphen adalah
keponakan Sri, orang yang ingin dijodohkannya kepada Asa. Melihat itu, Yoi
tersenyum, karena menurutnya Piangphen lumayan bagus.
“Halo,” sapa Asa dengan ramah. “Kami barusan
bertemu didepan Apotik,” kata Asa.
“Oh, benarkah. Itu pasti takdir,” kata Sri. Sambil
tertawa senang.
Asa tersenyum manis kepada Piangphen. Tapi
Piangphen sama sekali tidak tersenyum.
Tags:
Krong Karm