Sinopsis C-Drama : Unique Lady Episode 14 - part 2



Network : iQiyi iQiyi

Kaisar memarahi Fei Yu, dan mempertanyakan bagaimana cara kerja Fei Yu dalam mengatur penjagaan selama berlayar hingga para pembunuh bisa masuk ke dalam kapal tanpa suara, dan melakukan kekacauan.

Fei Yu berlutut dengan kepala menyentuh lantai, dia mengatakan bahwa masalah ini pantas membuatnya di hukum mati. Tapi putrinya, yaitu Luo Jing, masih menghilang dan belum di temukan. Jadi bagaimana bisa dia yang merencanakan para pembunuh itu untuk menyerang. Intinya dia tidak tahu darimana para pembunuh itu berasal.



“Kejahatan mu tidak akan terselesaikan, bahkan jika aku membunuh mu 9 kali!” kata Kaisar marah. Dia bangkit dari duduknya dan menunjuk Fei Yu.

“Yang Mulia, Perdana Mentri selalu setia kepada mu, bagaimana bisa dia merencanakan kejahatan yang membahayakan mu? Pasti ada seseorang yang lain yang merencanakan ini,” kata Wan Er, menenangkan Kaisar dan membela Fei Yu.



Wan Er kemudian menanyakan kepada Su Wen (penasihat kekaisaran) tentang pendapatnya mengenai masalah ini. Dan Su Wen pun menjelaskan kepada Kaisar bahwa semua pembunuh telah di tangkap, dan mereka membunuh diri mereka sendiri dengan menelan racun. Lalu Su Wen memberitahu mengenai dugaannya, yaitu menurut tanda yang terdapat di lengan para pembunuh, kelihatannya mereka berasal dari Persia.


“Berharap Yang Mulia akan menyelidikinya. Yang Mulia, bagaimana bisa saya berani bertindak di kapal disaat saya yang bertugas mengurusnya? Masalah ini benar- benat tidak masuk akal. Bahkan Putri saya, masih belum di ketahui keberadaannya. Bagaimana bisa saya mengambil tindakan yang membahayakan Putri saya sendiri?” kata Fei Yu, memohon kepada Kaisar sambil berpura- pura menangis. Dia membela dirinya sendiri menggunakan alasan Luo Jing yang menghilang.

Melihat itu, Wan Er merasa tidak tega. Tapi dia tidak bisa mengatakan pembelaan apapun lagi untuk Fei Yu, jadi dia hanya berharap Kaisar mau melepaskan Fei Yu.



Dikarenakan perkataan Su Wen yang menduga bahwa Persia lah yang berada dibelakang semua ini, maka Kaisar pun bersikap lebih tenang kepada Fei Yu.

Mempertimbangkan sudah berapa lama Fei Yu bekerja untuknya, maka Kaisar tidak akan mengurung Fei Yu di penjara bawah tanah. Tapi karena kelalaian yang telah Fei Yu perbuat hingga menyebabkan satu orang terluka (Wu Mei), dan satu orang lagi menghilang (Luo Jing), maka Kaisar tidak bisa mengampunin Fei Yu begitu saja.


Kaisar memerintahkan Fei Yu untuk menyelidiki tentang kasus ini. Dan Gelar penjabat Fei Yu akan di cabut untuk sementara. Ketika Fei Yu telah selesai menyelidiki kasus ini, barulah dia akan mengembalikan Gelar penjabat milik Fei Yu tersebut.

Mendengar keputusan itu, Fei Yu merasa terkejut dan kesal. Tapi karena tidak bisa melawan, maka Fei Yu pun terpaksa menerimanya.



Pria bertopeng mencambuk punggung Yi Yi berkali- kali. “Bicaralah! Mengapa kamu tiba- tiba membunuh Zhong Wu Mei?”

“Tidak ada yang bisa Yi Yi katakan,” jawab Yi Yi sambil menahan sakit.


“Tidak ada? Aku pikir kamu cemburu. Kalian berdua sama, satu terjebak oleh cinta, dan satunya lagi terlalu mencintai. Apa gunanya kamu untukku?” kata Pria bertopeng marah, lalu dia mencambuk Yi Yi lagi. “Dimana dia? Apa kamu menemukan mereka?” tanya nya.

“Belum,” jawab Yi Yi menggelengkan kepalanya.



Pria bertopeng memegang wajah Yi Yi dan menatapnya, dia mengatakan bahwa Yi Yi pasti sengaja membiarkan Xiu Wen pergi. Dan Yi Yi menjawab tidak. Dengan keras, si Pria bertopeng membalas bahwa jika itu benar, maka Yi Yi harus cepat menemukan Xiu Wen. Jika masih hidup, bawa Xiu Wen padanya. Jika sudah mati, bawa mayat Xiu Wen padanya.

“Apa kamu tahu, jika dia telat meminum obat penawarnya, konsekuensi apa yang akan terjadi?” ancam si Pria bertopeng. Dan Yi Yi mengiyakan.



Setelah si Pria bertopeng pergi meninggalkannya. Yi Yi menangis.



Luo Jing kebingungan dalam menjaga Xiu Wen, karena tubuh Xiu Wen serasa seperti mulai demam. Dan Xiu Wen tidak terbangun juga. “Kamu tidak boleh meninggalkan ku, Liu Xiu Wen. Bangunlah, Xiu Wen. Bangunlah,” kata Luo Jing memanggil terus. Dan ketika akhirnya Xiu Wen membuka mata, dia langsung menanyakan keadaan Xiu Wen.



“Aku berjanji untuk hidup dan mati bersama- sama. Jika aku benar- benar akan mati, aku pasti akan membawa mu denganku,” kata Xiu Wen dengan nafas berat. Dan Luo Jing kaget mendengar nya. Melihat itu, Xiu Wen tertawa dan mengatakan bahwa dia hanya bercanda.



Luo Jing protes bagaimana bisa Xiu Wen bercanda disaat seperti ini. Kemudian dia mulai menangis, karena barusan dia berpikir Xiu Wen tidak akan bangun lagi. Melihat itu, Xiu Wen meminta agar Luo Jing jangan menangis lagi, karena jika Luo Jing menangis maka Luo Jing tidak akan tampak cantik lagi.

“Kemudian berjanjilah padaku. Sebelum kita kembali ke Sheng Jing, kamu tidak boleh mati,” kata Luo Jing, serius.


“Baiklah. Setelah aku kembali ke Sheng Jing. Barulah aku… aku akan mati,” balas Xiu Wen, bercanda. Kemudian dia mengangkat tangannya, dan Luo Jing pun melingkarkan jari kelingkingnya. Sebagai tanda itu adalah janji.



“Ini adalah tradisi di duniaku. Janji jari kelingking, tidak boleh di ingkarin dalam seratus tahun, siapapun yang mengikarinnya akan menjadi anjing kecil,” jelas Luo Jing. Kemudian dia menyentuhkan jari jempolnya ke jari jempol Xiu Wen. “Sekali sudah tersegel, kamu tidak bisa menariknya lagi.”

“Baiklah,” kata Xiu Wen sambil tersenyum.


Xiu Wen tiba- tiba saja menurunkan tangannya dan menutup mata. Melihat itu, Luo Jing langsung merasa cemas dan bertanya ada apa. Dan dengan suara pelan, Xiu Wen menjawab bahwa dia hanya ingin tidur sebentar lagi saja.

“Baiklah. Tidurlah. Aku akan menjaga mu disini,” kata Luo Jing menenangkan Xiu Wen. “Bertahanlah, Aku pasti akan menjagamu,” pikir Luo Jing penuh tekad.



Luo Jing melihat ke sekelilingnya, dan mulai bertanya- tanya, kapankah sebenarnya mereka bisa keluar dari tempat ini. Dan bagaimana dengan keadaan Wu Mei sekarang ini. tepat disaat itu, seekor burung merpati putih masuk ke dalam gua. Melihat itu, Luo Jing pun segera menghampiri burung merpati tersebut.


“Aku harap kamu bisa membawa pesan kepada Zhong Wu Mei,” kata Luo Jing pada si burung merpati. Lalu dia melepaskan burung merpati itu terbang.



Saat Luo Jing berniat masuk kembali ke dalam gua, tiba- tiba saja gelang dari Hua Hua yang berada ditangannya bercahaya. Dan tepat ketika itu, Hua Hua muncul dihadapannya. Melihat itu, Luo Jing merasa senang dan sangat lega.

“Hua Hua. Kamu datang. Seandainya kamu datang lebih cepat maka itu lebih baik. Liu Xiu Wen dan aku terjebak disini. Dan sekarang…” jelas Luo Jing.

“Aku minta maaf,” sela Hua Hua, tulus.



Luo Jing menyadari ketidak sopanannya, dia meminta maaf kepada Hua Hua, karena dia selalu merepotkan Hua Hua. Kemudian dia mengeluh mengapa dirinya begitu sial. Dan dia menceritakan bahwa sebenarnya dia bukanlah seseorang yang pemberani. Lalu dia menanyakan apakah yang selama ini dilakukannya adalah salah.



“Setiap orang berjalan di jalan yang hidup yang berbeda. Lakukan lah yang kamu bisa. Segala yang terjadi pasti ada alasannya. Ada saatnya, kamu akan menjumpai situasi yang kelihatan seperti kamu telah kehilangan segalanya. Tapi apapun yang terjadi pasti akan selalu ada hal baik juga,” jelas Hua Hua, menenangkan Luo Jing.



Luo Jing kurang mengerti dengan maksud Hua Hua, tapi dia bertekad akan berubah menjadi lebih baik. Walaupun sistem game kemasukan air, dan tidak akan bekerja lagi, tapi dia pasti akan bisa melakukannya. Dia akan berusaha sampai akhir. Mendengar tekad Luo Jing yang sudah mau berubah menjadi kuat, Hua Hua tersenyum.



“Tapi aku tidak bisa melewatinya sampai aku telah menemukan cinta sejatiku. Sebenarnya siapa sih cinta sejatiku yang sebenarnya? Kapankah aku akan menemukannya?” pikir Luo Jing, bertanya- tanya pada dirinya sendiri.

“Apa itu cinta. Apa itu perasaan. Suatu hari kamu akan mengerti,” kata Hua Hua, seperti mendengar pikiran Luo Jing.


Jiang menghela nafas memperhatikan temannya, Wu Mei, yang masih terbaring tidak sadarkan diri. Dan ketika akhirnya Wu Mei terbangun, serta ingin berdiri. Jiang langsung menahannya dan menjelaskan bahwa kata tabib, Wu Mei perlu memulihkan diri untuk sekarang.


“Dimana Xiao Jing?” tanya Wu Mei.

“Khawatirkan dirimu sendiri dulu. Tabib baru saja mengobatimu. Kamu terlalu lama berada didalam air kemarin, sehingga dinginnya telah meresap ke dalam tubuhmu,” jelas Jiang.



Wu Mei mengatakan bahwa dia baik- baik saja, dan yang terpenting sekarang adalah mereka harus menemukan Luo Jing. Lalu dia ingin berdiri. Namun Jiang langsung menahanan nya, dan memintanya agar jangan terburu- buru. Kemudian Jiang memberitahu bahwa dia telah membayar orang- orang untuk mencari Luo Jing, tapi sampai sekarang belum ada kabar.

“Air malam begitu dingin, ketika dia terjatuh ke dalamnya, aku khawatir ... “ kata Wu Mei dengan nafas berat. Dan Jiang menepuk bahunya pelan untuk menenangkan.


Xiao Jue datang mengantarkan makanan. Dan melihat itu, Wu Mei pun meminta Jiang untuk membantunya berdiri.



“Xi Que. Jangan khawatir. Aku pasti akan membawa kembali Nona mu kepada kita,” kata Wu Mei menghibur Xi Que yang tampak sekali cemas pada Luo Jing.

“Yang Mulia,” balas Xi Que sambil menyeka air matanya. Dan melihat semua itu, Jiang serta Zhang Ji juga turut merasa sedih.





Wu Mei berdiri dan memandangin lukisan potret Xiao Jing. Namun tiba- tiba Wu Mei muntah dan pingsan. Untung saja, Jiang serta Zhang Ji segera menahannya hingga dia tidak terjatuh ke lantai. Dan Xi Que langsung pergi untuk memanggilkan tabib.

2 Comments

Previous Post Next Post