Network : iQiyi iQiyi
Kaisar
memarahi Fei Yu, dan mempertanyakan bagaimana cara kerja Fei Yu dalam mengatur
penjagaan selama berlayar hingga para pembunuh bisa masuk ke dalam kapal tanpa
suara, dan melakukan kekacauan.
Fei
Yu berlutut dengan kepala menyentuh lantai, dia mengatakan bahwa masalah ini pantas
membuatnya di hukum mati. Tapi putrinya, yaitu Luo Jing, masih menghilang dan
belum di temukan. Jadi bagaimana bisa dia yang merencanakan para pembunuh itu
untuk menyerang. Intinya dia tidak tahu darimana para pembunuh itu berasal.
“Kejahatan
mu tidak akan terselesaikan, bahkan jika aku membunuh mu 9 kali!” kata Kaisar
marah. Dia bangkit dari duduknya dan menunjuk Fei Yu.
“Yang
Mulia, Perdana Mentri selalu setia kepada mu, bagaimana bisa dia merencanakan
kejahatan yang membahayakan mu? Pasti ada seseorang yang lain yang merencanakan
ini,” kata Wan Er, menenangkan Kaisar dan membela Fei Yu.
Wan
Er kemudian menanyakan kepada Su Wen (penasihat kekaisaran) tentang pendapatnya
mengenai masalah ini. Dan Su Wen pun menjelaskan kepada Kaisar bahwa semua pembunuh
telah di tangkap, dan mereka membunuh diri mereka sendiri dengan menelan racun.
Lalu Su Wen memberitahu mengenai dugaannya, yaitu menurut tanda yang terdapat
di lengan para pembunuh, kelihatannya mereka berasal dari Persia.
“Berharap
Yang Mulia akan menyelidikinya. Yang Mulia, bagaimana bisa saya berani
bertindak di kapal disaat saya yang bertugas mengurusnya? Masalah ini benar-
benat tidak masuk akal. Bahkan Putri saya, masih belum di ketahui
keberadaannya. Bagaimana bisa saya mengambil tindakan yang membahayakan Putri
saya sendiri?” kata Fei Yu, memohon kepada Kaisar sambil berpura- pura menangis.
Dia membela dirinya sendiri menggunakan alasan Luo Jing yang menghilang.
Melihat
itu, Wan Er merasa tidak tega. Tapi dia tidak bisa mengatakan pembelaan apapun
lagi untuk Fei Yu, jadi dia hanya berharap Kaisar mau melepaskan Fei Yu.
Dikarenakan
perkataan Su Wen yang menduga bahwa Persia lah yang berada dibelakang semua
ini, maka Kaisar pun bersikap lebih tenang kepada Fei Yu.
Mempertimbangkan
sudah berapa lama Fei Yu bekerja untuknya, maka Kaisar tidak akan mengurung Fei
Yu di penjara bawah tanah. Tapi karena kelalaian yang telah Fei Yu perbuat
hingga menyebabkan satu orang terluka (Wu Mei), dan satu orang lagi menghilang
(Luo Jing), maka Kaisar tidak bisa mengampunin Fei Yu begitu saja.
Kaisar
memerintahkan Fei Yu untuk menyelidiki tentang kasus ini. Dan Gelar penjabat
Fei Yu akan di cabut untuk sementara. Ketika Fei Yu telah selesai menyelidiki
kasus ini, barulah dia akan mengembalikan Gelar penjabat milik Fei Yu tersebut.
Mendengar
keputusan itu, Fei Yu merasa terkejut dan kesal. Tapi karena tidak bisa
melawan, maka Fei Yu pun terpaksa menerimanya.
Pria
bertopeng mencambuk punggung Yi Yi berkali- kali. “Bicaralah! Mengapa kamu
tiba- tiba membunuh Zhong Wu Mei?”
“Tidak
ada yang bisa Yi Yi katakan,” jawab Yi Yi sambil menahan sakit.
“Tidak
ada? Aku pikir kamu cemburu. Kalian berdua sama, satu terjebak oleh cinta, dan
satunya lagi terlalu mencintai. Apa gunanya kamu untukku?” kata Pria bertopeng
marah, lalu dia mencambuk Yi Yi lagi. “Dimana dia? Apa kamu menemukan mereka?”
tanya nya.
“Belum,”
jawab Yi Yi menggelengkan kepalanya.
Pria
bertopeng memegang wajah Yi Yi dan menatapnya, dia mengatakan bahwa Yi Yi pasti
sengaja membiarkan Xiu Wen pergi. Dan Yi Yi menjawab tidak. Dengan keras, si
Pria bertopeng membalas bahwa jika itu benar, maka Yi Yi harus cepat menemukan
Xiu Wen. Jika masih hidup, bawa Xiu Wen padanya. Jika sudah mati, bawa mayat
Xiu Wen padanya.
“Apa
kamu tahu, jika dia telat meminum obat penawarnya, konsekuensi apa yang akan
terjadi?” ancam si Pria bertopeng. Dan Yi Yi mengiyakan.
Setelah
si Pria bertopeng pergi meninggalkannya. Yi Yi menangis.
Luo
Jing kebingungan dalam menjaga Xiu Wen, karena tubuh Xiu Wen serasa seperti
mulai demam. Dan Xiu Wen tidak terbangun juga. “Kamu tidak boleh meninggalkan
ku, Liu Xiu Wen. Bangunlah, Xiu Wen. Bangunlah,” kata Luo Jing memanggil terus.
Dan ketika akhirnya Xiu Wen membuka mata, dia langsung menanyakan keadaan Xiu
Wen.
“Aku
berjanji untuk hidup dan mati bersama- sama. Jika aku benar- benar akan mati,
aku pasti akan membawa mu denganku,” kata Xiu Wen dengan nafas berat. Dan Luo
Jing kaget mendengar nya. Melihat itu, Xiu Wen tertawa dan mengatakan bahwa dia
hanya bercanda.
Luo
Jing protes bagaimana bisa Xiu Wen bercanda disaat seperti ini. Kemudian dia
mulai menangis, karena barusan dia berpikir Xiu Wen tidak akan bangun lagi.
Melihat itu, Xiu Wen meminta agar Luo Jing jangan menangis lagi, karena jika
Luo Jing menangis maka Luo Jing tidak akan tampak cantik lagi.
“Kemudian
berjanjilah padaku. Sebelum kita kembali ke Sheng Jing, kamu tidak boleh mati,”
kata Luo Jing, serius.
“Baiklah.
Setelah aku kembali ke Sheng Jing. Barulah aku… aku akan mati,” balas Xiu Wen,
bercanda. Kemudian dia mengangkat tangannya, dan Luo Jing pun melingkarkan jari
kelingkingnya. Sebagai tanda itu adalah janji.
“Ini
adalah tradisi di duniaku. Janji jari kelingking, tidak boleh di ingkarin dalam
seratus tahun, siapapun yang mengikarinnya akan menjadi anjing kecil,” jelas
Luo Jing. Kemudian dia menyentuhkan jari jempolnya ke jari jempol Xiu Wen.
“Sekali sudah tersegel, kamu tidak bisa menariknya lagi.”
“Baiklah,”
kata Xiu Wen sambil tersenyum.
Xiu
Wen tiba- tiba saja menurunkan tangannya dan menutup mata. Melihat itu, Luo
Jing langsung merasa cemas dan bertanya ada apa. Dan dengan suara pelan, Xiu
Wen menjawab bahwa dia hanya ingin tidur sebentar lagi saja.
“Baiklah.
Tidurlah. Aku akan menjaga mu disini,” kata Luo Jing menenangkan Xiu Wen. “Bertahanlah, Aku pasti akan menjagamu,”
pikir Luo Jing penuh tekad.
Luo
Jing melihat ke sekelilingnya, dan mulai bertanya- tanya, kapankah sebenarnya
mereka bisa keluar dari tempat ini. Dan bagaimana dengan keadaan Wu Mei
sekarang ini. tepat disaat itu, seekor burung merpati putih masuk ke dalam gua.
Melihat itu, Luo Jing pun segera menghampiri burung merpati tersebut.
“Aku
harap kamu bisa membawa pesan kepada Zhong Wu Mei,” kata Luo Jing pada si
burung merpati. Lalu dia melepaskan burung merpati itu terbang.
Saat
Luo Jing berniat masuk kembali ke dalam gua, tiba- tiba saja gelang dari Hua
Hua yang berada ditangannya bercahaya. Dan tepat ketika itu, Hua Hua muncul
dihadapannya. Melihat itu, Luo Jing merasa senang dan sangat lega.
“Hua
Hua. Kamu datang. Seandainya kamu datang lebih cepat maka itu lebih baik. Liu
Xiu Wen dan aku terjebak disini. Dan sekarang…” jelas Luo Jing.
“Aku
minta maaf,” sela Hua Hua, tulus.
Luo
Jing menyadari ketidak sopanannya, dia meminta maaf kepada Hua Hua, karena dia
selalu merepotkan Hua Hua. Kemudian dia mengeluh mengapa dirinya begitu sial.
Dan dia menceritakan bahwa sebenarnya dia bukanlah seseorang yang pemberani.
Lalu dia menanyakan apakah yang selama ini dilakukannya adalah salah.
“Setiap
orang berjalan di jalan yang hidup yang berbeda. Lakukan lah yang kamu bisa.
Segala yang terjadi pasti ada alasannya. Ada saatnya, kamu akan menjumpai
situasi yang kelihatan seperti kamu telah kehilangan segalanya. Tapi apapun
yang terjadi pasti akan selalu ada hal baik juga,” jelas Hua Hua, menenangkan
Luo Jing.
Luo
Jing kurang mengerti dengan maksud Hua Hua, tapi dia bertekad akan berubah
menjadi lebih baik. Walaupun sistem game kemasukan air, dan tidak akan bekerja
lagi, tapi dia pasti akan bisa melakukannya. Dia akan berusaha sampai akhir.
Mendengar tekad Luo Jing yang sudah mau berubah menjadi kuat, Hua Hua
tersenyum.
“Tapi aku tidak bisa melewatinya
sampai aku telah menemukan cinta sejatiku. Sebenarnya siapa sih cinta sejatiku
yang sebenarnya? Kapankah aku akan menemukannya?”
pikir Luo Jing, bertanya- tanya pada dirinya sendiri.
“Apa
itu cinta. Apa itu perasaan. Suatu hari kamu akan mengerti,” kata Hua Hua,
seperti mendengar pikiran Luo Jing.
Jiang
menghela nafas memperhatikan temannya, Wu Mei, yang masih terbaring tidak
sadarkan diri. Dan ketika akhirnya Wu Mei terbangun, serta ingin berdiri. Jiang
langsung menahannya dan menjelaskan bahwa kata tabib, Wu Mei perlu memulihkan
diri untuk sekarang.
“Dimana
Xiao Jing?” tanya Wu Mei.
“Khawatirkan
dirimu sendiri dulu. Tabib baru saja mengobatimu. Kamu terlalu lama berada
didalam air kemarin, sehingga dinginnya telah meresap ke dalam tubuhmu,” jelas
Jiang.
Wu
Mei mengatakan bahwa dia baik- baik saja, dan yang terpenting sekarang adalah mereka
harus menemukan Luo Jing. Lalu dia ingin berdiri. Namun Jiang langsung
menahanan nya, dan memintanya agar jangan terburu- buru. Kemudian Jiang
memberitahu bahwa dia telah membayar orang- orang untuk mencari Luo Jing, tapi
sampai sekarang belum ada kabar.
“Air
malam begitu dingin, ketika dia terjatuh ke dalamnya, aku khawatir ... “ kata
Wu Mei dengan nafas berat. Dan Jiang menepuk bahunya pelan untuk menenangkan.
Xiao
Jue datang mengantarkan makanan. Dan melihat itu, Wu Mei pun meminta Jiang
untuk membantunya berdiri.
“Xi
Que. Jangan khawatir. Aku pasti akan membawa kembali Nona mu kepada kita,” kata
Wu Mei menghibur Xi Que yang tampak sekali cemas pada Luo Jing.
“Yang
Mulia,” balas Xi Que sambil menyeka air matanya. Dan melihat semua itu, Jiang serta
Zhang Ji juga turut merasa sedih.
Wu
Mei berdiri dan memandangin lukisan potret Xiao Jing. Namun tiba- tiba Wu Mei
muntah dan pingsan. Untung saja, Jiang serta Zhang Ji segera menahannya hingga
dia tidak terjatuh ke lantai. Dan Xi Que langsung pergi untuk memanggilkan tabib.
Tags:
Unique Lady
Sukaaa...
ReplyDeleteSemangat
Ngelanjutin ny yaa kak
ReplyDelete