Network : iQiyi iQiyi
Xi Que mengantarkan makanan untuk Wu Mei. Dan
dengan perhatian, dia meminta agar Wu Mei memakannya, karena sedari tadi Wu Mei
belum ada memakan apapun, dan itu tidak bagus untuk kesehatan Wu Mei. Dan Wu
Mei pun mengiyakan.
Kemudian Xi Que pun menyuapi Wu Mei. Tapi baru
menelan sesendok makanan saja, Wu Mei sudah terbatuk- batuk dan memuntahkan
makanannya kembali.
Zhang Ji datang, dan mengatakan bahwa dia
membawa kabar baru. Mendengar itu Wu Mei langsung berdiri, dibantu oleh Xi Que.
Dia menanyakan apakah Zhang Ji sudah menemukan Luo Jing. Dan Zhang Ji tidak
mampu untuk menjawab.
Jiang datang bersama dengan Tang Meng. Dan
memberitahu Wu Mei mengenai kabar baru yang ada, yaitu dia berhasil menemukan
obat untuk mengobati penyakit Wu Mei. Obat tersebut didapatkan oleh Ayah Tang
Meng di negara Jepang.
Mendengar berita itu, Xi Que merasa senang.
Namun Wu Mei tidak terlalu bersemangat mendengarnya. Dia kembali duduk
ditempatnya.
“Syukurlah. Dengan begini, Yang Mulia tidak
akan kesakitan setiap harinya,” kata Xi Que dengan bersemangat. Dia lalu mengambil
obat tersebut dari Tang Meng, dan memberikannya kepada Wu Mei untuk dimakan.
“Nona Tang. Oh, tidak. Nyonya Jiang, terima
kasih atas kebaikan Anda,” kata Zhang Ji dengan hormat kepada Tang Meng.
“Terima kasih, Nyonya Jiang,” kata Xi Que juga.
Dan dengan merendah, Tang Meng membalas tidak apa- apa.
Setelah Wu Mei memakan obat tersebut, Jiang
menanyakan bagaimana perasaan Wu Mei. Dan Wu Mei mengucapkan terima kasih
kepada Jiang serta Tang Meng, karena sekarang dia merasa sudah lumayan baikan.
Kemudian sebagai ungkapan terima kasihnya, Wu Mei memberikan beberapa barang
sebagai hadiah untuk Jiang dan Tang Meng.
“Tuan Muda Jiang, Nyonya Jiang. Yang Mulia
sudah mempersiapkan hadiah pernikahan untuk kalian berdua. Silahkan
menerimanya,” kata Zhang Ji, menjelaskan.
Jiang lalu melihat- lihat perhiasan yang
dibawakan oleh bawahan Wu Mei. Dan ketika dia melihat sebuah tusuk rambut putih
diantara semua perhiasan tersebut, dia mengambilnya dan kemudian menghela
nafas.
Dikediaman Jiang. Didalam ruang kerjanya.
Disana Jiang memberitahu pelayannya bahwa dia merasa kepalanya sedikit sakit,
jadi dia tidak akan ikut malam bersama, dan tanpa izin darinya mereka tidak
boleh mengganggu nya. Dan si Pelayan pun mengiyakan, lalu dia pergi keluar dari
dalam ruang kerja Jiang.
Setelah si Pelayan pergi. Jiang membuka sebuah
kotak kecil yang disimpannya, dan didalam kotak tersebut tersimpan tusuk rambut
putih yang telah patah. Tusuk rambut itu merupakan barang yang dulu ingin
diberikannya kepada Luo Jing. Tapi tidak jadi diberikannya.
Tang Meng datang ke ruangan kerja Jiang, dan
mau memanggil Jiang. Tapi saat dia berada didepan pintu dan mendengar Jiang
seperti menangis, dia pun tidak jadi masuk ke dalam dan juga tidak jadi
memanggil Jiang. Dia berdiri didepan pintu dan memperhatikan dari jauh.
“Tusuk rambut itu…” gumam Tang Meng.
“Xiao Jing. Dimana kamu?” kata Jiang sambil
memperhatikan tusuk rambut putih yang telah patah tersebut.
“Aku telah melakukan banyak hal untukmu. Namun
itu masih belum cukup menggantikannya didalam hatimu,” pikir Tang Meng, sedih.
Dia mengepalkan tangannya dengan erat untuk menahan emosinya. Lalu dia pergi
darisana.
Jiang mencium tusuk rambut putih yang telah
patah tersebut.
Zhang Ji menanyakan kepada Wu Mei, apakah
Jiang sudah ada mengirim seseorang untuk menjemput Luo Jing. Dan Wu Mei
menjawab bahwa dia sudah mengenal Jiang sejak muda, jadi dia tahu Jiang sedang
berbohong untuk menenangkannya. Jiang belum menemukan Luo Jing, tapi dia
sengaja berbohong agar tidak membuat dirinya khawatir.
Tepat disaat itu, Fei Yu datang dan memanggil.
“Menantu ku, menantuku,” panggil Fei Yu.
Mendengar itu, Wu Mei pun berdiri, dibantu
oleh Zhang Ji. Dia berjalan mendekati Fei Yu.
Fei Yu menanyakan keadaan Wu Mei sekarang. Dan
Wu Mei berterima kasih atas kepedulian Fei Yu, lalu dia memberitahu bahwa dia
sudah merasa lumayan baikan sekarang. Kemudian Wu Mei menanyakan maksud
kedatangan Fei Yu hari ini.
“Telah beberapa hari berlalu, tapi Xiao Jing
belum ditemukan, dan kamu terluka. Sebagai orang tua, aku merasa cemas,” kata
Fei Yu dengan tampang seperti beneran cemas.
“Jangan khawatir, Ayah mertua. Aku yakin Xiao
Jing baik- baik saja,” balas Wu Mei dengan sikap sopan sambil tersenyum.
Fei Yu kemudian membahas kembali kejadian
penyerangan di kapal. Lalu dia menanyakan apakah Wu Mei mengetahui siapa
pelakunya. Dan Wu Mei menjawab bahwa sejak dia terluka sampai sekarang, dia
terus berada didalam kediamannya ini, dan belum ada pergi keluar, jadi dia
tidak ada mengetahui apapun.
“Aku benar- benar khawatir. Jika pemberontak
itu tidak dimusnahkan, rasanya tidak aman didalam,” kata Fei Yu.
Pada saat Fei Yu sedang asyik berbicara
sendirian, Wu Mei menatap Zhang Ji seperti memberikan kode. Dan mengerti dengan
maksud tatapan Wu Mei, maka Zhang Ji pun mengangguk pelan.
Setelah Fei Yu selesai berbicara. Zhang Ji
menyela, dia memberitahu Wu Mei bahwa ini sudah waktunya untuk meminum obat.
Dan Wu Mei pun mengiyakan, lalu dia pamit pergi sambil terbatuk- batuk pelan
kepada Fei Yu.
Ketika telah keluar dari dalam ruangan. Zhang
Ji berbisik kepada Wu Mei, dia menanyakan bukankah Wu Mei sudah mengetahui
kalau Fei Yu memiliki niat yang buruk, jadi mengapa Wu Mei malah membiarkan Fei
Yu berada didalam ruangan. Dan Wu Mei mengangkat tangannya, memberikan tanda
agar tenang.
“Zhang Ji. Apa semua nya sudah dipersiapkan?”
tanya Wu Mei.
“Itu sudah siap,” jawab Zhang Ji.
Didalam ruangan. Fei Yu mulai melihat- lihat
lemari penyimpanan Wu Mei, mencari sesuatu. Dan karena merasa bahwa mungkin
saja ada tempat rahasia, maka Fei Yu mengetuk satu persatu dinding lemari. Lalu
akhirnya dia berhasil menemukan tempat tersembunyi itu dibalik dinding yang
ternyata bisa di buka.
Dengan senang, Fei Yu mengambil kotak merah
yang berada di dalam tempat rahasia tersebut. Dan dia membuka kotak merah itu.
Lalu dia tersenyum.
Zhang Ji melaporkan kepada Wu Mei bahwa baru
saja Fei Yu pulang dengan alasan ada beberapa urusan dirumah. Dan seperti
dugaan Wu Mei yang sangat luar biasa, Fei Yu benar- benar mencuri sesuatu
didalam ruangan. Yaitu Token Mendiang Kaisar.
“Bagusnya kami telah menukar token itu dengan
yang palsu. Jika tidak, maka itu benar- benar akan terjadi bencana,” jelas
Zhang Ji.
“Dia menggunakan rahasia kematian Ibuku
ditahun itu untuk mendekati ku secara sengaja. Ketika dia fokus meningkatkan
kekuasaan, aku sudah menyadari bahwa ada konspirasi didalamnya. Aku hanya belum
memiliki bukti disaat itu. Tapi sekarang, dia yang mengungkapkan jejak nya.
Kini sudah jelas, orang yang menyelinap ke dalam sini saat malam itu adalah
dia. Mengenai masalah dikapal, dia tidak akan bisa melarikan diri dari tanggung
jawab. Beraninya dia memiliki niat memberontak,” kata Wu Mei dengan kesal.
Wu Mei kemudian menyuruh Zhang Ji untuk
menemaninnya ke Istana. Dan Zhang Ji mau menolak, karena dia mengkhawatirkan
kesehatan Wu Mei saat ini. Tapi Wu Mei mengatakan bahwa dia tidak apa- apa,
karena ini adalah masalah yang penting, jadi dia harus secara pribadi pergi ke
Istana untuk memberitahu. Dan Zhang Ji pun mengiyakan.
Wu Mei menceritakan segala yang diketahuinya
kepada Kaisar. Lalu dia meminta agar Kaisar bisa mempertimbangkan dirinya, dan
mengampunin Luo Jing.
“Apa yang barusan kamu katakan. Aku sudah
tahu. Tidak peduli betapa sempurna nya konspirasi, itu akan selalu meninggalkan
jejak. Dia ingin cepat sukses, jadi sulit untuk nya tidak meninggalkan jejak.
Namun ada satu hal yang belum ku mengerti, tidak peduli betapa kerasnya aku
berpikir. Pembunuh yang menargetkan ku pada hari itu adalah Persia. Apa
hubungan antara Perdana Mentri dan Persia?” kata Kaisar, menjelaskan dan
bertanya.
Selesai mendengarkan Kaisar berbicara, Wu Mei
terbatuk- batuk sambil mengeluarkan darah. Dan melihat itu, Kaisar langsung
berteriak menyuruh seseorang untuk memanggilkan tabib. Lalu dia mendekati Wu
Mei.
“Obat dari jepang itu, sepertinya hanya bisa
menekan gejala mu untuk sementara saja. Wu Mei, jangan khawatir tentang apapun
yang terjadi dari sekarang. Rawat saja luka mu dengan baik. Aku pasti akan
menyembuhkan penyakit mu,” kata Kaisar, tegas.
“Kakak, aku masih punya satu masalah lagi, aku
perlu jawabanmu,” kata Wu Mei dengan lemah.
Kaisar mengetahui apa yang ingin Wu Mei
ketahui, yaitu mengenai kematian Ibu Wu Mei. Dan Kaisar bersedia untuk
menceritakan semuanya.
Tahun itu, setelah paman dijatuhi mati oleh
Ayah, Ibu Wu Mei menyalahkan dirinya sendiri. Ibu Wu Mei merasa depresi setiap
hari, kesedihannya berubah menjadi sakit. Suatu hari Ibu Wu Mei melakukan
sesuatu yang bodoh, saat Mendiang Permasuri melihat itu, dia mencoba untuk
menasehati Ibu Wu Mei. Tapi orang luar malah mengatakan mereka berdua terlibat
konflik. Dan saat Mendiang Permaisuri pergi, Ibu Wu Mei melakukan bunuh diri.
Mendengar itu, Wu Mei merasa benar- benar
syok. Dan Kaisar menjelaskan bahwa karena inilah, dia tidak pernah
menceritakannya kepada Wu Mei, karena dia takut kalau Wu Mei tidak akan bisa
menanganin perasaan syok ini. Tapi dia tidak pernah membayangkan bahwa hal ini
malah menyebabkan kesalah pahaman yang besar.
“Jadi itu yang terjadi. Aku lah yang selalu
salah paham. Aku minta maaf, kak,” kata Wu Mei merasa bersalah pada Kaisar.
“Wu Mei, apa kamu tahu? Sebelum Ayah
meninggal, dia terus menginstruksi kan ku unttuk menjaga mu dengan baik. Dia
bahkan mengambil token yang bisa mengontrol semua pasukan terbaik di Sheng
Jing. Untuk diberikan kepadamu. Dia sangat peduli padamu,” jelas Kaisar.
“Aku mengerti,” balas Wu Mei.
Kaisar mendekati Wu Mei, dan menjelaskan bahwa
yang memiliki hubungan satu darah dengannya hanyalah Wu Mei. Jadi dia tidak akan membiarkan apapun terjadi
kepada Wu Mei.
“Jangan khawatir, kak. Aku akan menjaga diriku
dengan baik. Sekarang aku pamit,” kata Wu Mei dengan hormat, dan perasaan berterimakasih.
“Bantu Yang Mulia kembali. Biarkan dia
beristirahat,” perintah Kaisar pada Zhang Ji dengan tegas. Dan Zhang Ji pun
mengiyakan, lalu dia membantu Wu Mei untuk berjalan.
Tags:
Unique Lady