“Dimana? Sial!” keluh L.
Dia berkeliling mencari disekitar bangku taman yang didudukinya
saat siang. Tapi sayangnya, dia sama sekali
tidak bisa menemukan sapu tangannya. Sehingga dia merasa sangat frustasi dan
stress.
Flash back
Didalam gereja. L diangkat sebagai malaikat yang ditugaskan untuk
bertanggung jawab atas binatang di bumi. Dan sebagai bukti pengangkatannya, dia
diberikan sapu tangan putih. Sapu tangan itu adalah identitas L sebagai
malaikat, dan itu menghubungkan bumi dengan langit, jadi L diperingatkan untuk
tidak menghilangkannya.
“Pastikan kamu selalu menyimpanya dengan mu,” kata Hoo.
“Tidak. Tidak mungkin,” kata L dengan panik, saat mengingat itu.
“Keluarlah, kamu pengecut. Kamu brengsek!” teriak Yeon Seo dalam
tidurnya sambil menendang. Lalu tiba- tiba saja kakinya terasa kram, sehingga
dia pun terbangun. Yeo Seo kemudian menekan bel disamping meja.
Tn. Jo datang ke kamar Yeon Seo untuk mengompres kaki Yeon Seo
yang kram. Dia mengomentari betapa seringnya Yeon Seo bermimpi buruk. Dan Yeon
Seo membenarkan, semua mimpi buruk nya begitu bercahaya.
“Besok…”
“Aku tidak akan pergi ke Fantasia.”
Tn. Jo mengubah pembicaraan, dia mengeluhkan kenapa orang- orang
tersebut mengadakan acara pada hari itu. Lalu dia memberitahu Yeon Seo bahwa
dia akan selalu berada disisi Yeon Seo, tidak peduli apa.
Mendengar itu, Yeon Seo mempertanyakan, bagaimana bisa Tn. Jo
terus berada disisinya tidak peduli apa. Bagaimana bisa Tn. Jo menyesuaikan
segalanya dengan dirinya. Dan mengapa Tn. Jo berada disisinya, tidak peduli apa
yang dirinya lakukan. Kepadahal dia sering melakukan hal yang tidak normal.
“Yeon Seo- ah.”
“Jangan panggil aku itu. Pergilah. Aku capek,” kata Yeon Seo. Lalu
dia berbaring.
“Aku tahu siapa kamu yang sebenarnya.”
“Aku sudah bilang padamu untuk berhenti berpura- pura seperti kamu
tahu.”
Tn. Jo memperhatikan foto keluarga Yeon Seo yang berada diatas
meja. Dia fokus melihat ke arah foto Yeon Seo saat masih kecil.
Flash back
1999. Pertunjukan balet sekolah Elena.
Ketika pertunjukan balet selesai, semua orang langsung bertepuk
tangan. Dan Tn. Jo yang merekam kan semua itu. Dia adalah supir baru keluarga
Yeon Seo. Dan ketika dia pertama kali bertemu dengan Yeon Seo, dia berjanji
akan melayanin Yeon Seo dengan baik.
Awal bertemu, Yeon Seo adalah anak yang pemalu. Dia tidak berani
untuk menyapa Tn. Jo balik, ketika Tn. Jo menyapa nya dengan ramah dan
memperkenalkan dirinya.
Namun setelah agak lama, Yeon Seo jadi terbiasa dengan Tn. Jo.
Setiap ada pertunjukan balet, Tn.Jo akan datang untuk melihat dan mendukungnya.
Dan saat acara pentas telah berakhir, Yeon Seo akan berlari kepada Tn. Jo,
menanyakan pendapat Tn. Jo mengenai penampilannya. Dan Tn. Jo memujinya.
“Aku berhasil setelah kamu memberitahuku bahwa aku melakukan nya
dengan baik,” kata Yeon Seo dengan senang sambil memeluk Tn. Jo. Lalu dia
memperlihatkan piala yang didapatkannya kepada Tn. Jo.
Flash back end
“Itu karena matahari terbenam didalam hatimu. Kamu adalah anak
yang bercahaya. Tidak peduli apapun yang dikatakan orang, bahkan jika kamu
menolaknya, kamu adalah seorang malaikat. Aku ingin melihatmu bersinar terang,
seperti yang kamu lakukan pada waktu itu sekali lagi,” kata Tn. Jo.
Mendengar itu, Yeon Seo langsung menarik selimut dan menutupi
dirinya. Tapi dengan perhatian, Tn. Yo merapikan selimut Yeon Seo, menyalakan
lilin wewangian disamping meja, dan meminta agar Yeon Seo tidur dengan nyenyak.
Lalu dia pergi keluar dari dalam kamar.
L yang memperhatikan semua itu dari luar, mengomentari bahwa Yeon
Seo adalah anak yang kasar. Lalu ketika Tn. Jo keluar dari dalam kamar. Dia
masuk ke dalam kamar melalui jendela, dan memulai pencariannya. Yaitu mencari
sapu tangan putihnya.
“Aku sangat kesal. Kesal dan kesal!” teriak Yeon Seo tiba- tiba.
Melihat itu, L merasa terkejut dan melihat ke arah Yeon Seo. Dan pada saat itu,
dia melihat sapu tangan putih yang dicarinya berada di atas tempat tidur Yeon
Seo.
Secara perlahan L pun ingin mengambil kembali sapu tangan
putihnya. Tapi sapu tangan itu ada dibawah pantat Yeon Seo, sehingga L menjadi
bingung dan frustasi harus bagaimana.
L menguatkan dirinya, dan menarik sapu tangan itu secara pelan-
pelan. Tapi Yeon Seo malah menarik dan menahan sapu tangannya. “Apa yang salah
dengan ini? Apa ini tersangkut?” gumam Yeon Seo, tanpa mau melepaskan sapu
tangan itu.
Yeon Seo kemudian menarik sapu tangan itu dengan kuat, dan L pun
terjatuh ke atas tempat tidur karena itu. Tapi untungnya, dia tidak mengenai
Yeon Seo. Kemudian secara perlahan, dia kembali mencoba untuk mengambil sapu
tangan nya dari Yeon Seo. Tapi tiba- tiba saja Yeon Seo berdiri dan mendekat ke
arahnya.
L merasa takut, dan langsung melindungin dirinya. Tapi ternyata,
Yeon Seo bukan mendekatinya, melainkan karena dia ingin mematikan lilin di atas
meja. Lalu setelah itu, Yeon Seo tidur dengan memakai selimut.
Diatas atap. L menghela nafas frustasi. Dan menghentak- hentakan
kakinya dengan kesal.
Pagi hari. Ny. Jung memberitahu kepada para pelayan bahwa hari ini
Tn. Jo akan pergi ke sebuah acara. Jadi karena itu, mereka membutuhkan
sekretaris sementara untuk menemanin Yeon Seo. Dan Ny. Jung bertanya, adakah
yang bersedia. Jika ada, maka orang itu akan diberikan bonus 100% dan 1 minggu
liburan.
Mendengar itu, setiap pelayan merasa tertarik.
Namun Yeon Seo langsung menyela. Dia berjalan turun dengan
perlahan menurunin tangga. Dia berdandan, dan memakai dress hitam panjang yang membuatnya
terlihat sangat cantik.
Melihat itu, Ny. Jung merasa terpukau dan bertanya, apakah ini
artinya Yeon Seo bersedia menghadiri pesta. “Kamu akan terlihat lebih cantik
daripada Ni Na,” puji Ny. Jung.
“Aku memang selalu lebih cantik daripada dia. Tidakkah kamu tahu
itu?” balas Yeon Seo.
Dengan sedikit cemas, Tn. Jo menanyakan apakah Yeon Seo baik- baik
saja. Dan Yeon Seo mengulurkan tangannya,” Ayo,” katanya. Dan Tn. Jo memegang
tangan Yeon Seo, menggandengnya.
Didalam mobil. Tn. Jo memberitahu bahwa pertunjukan yang akan
dipentaskan selama pesta adalah Swan Lake. Dan Yeon Seo membalas bahwa jangan
berbicara konyol, karena dia tidak akan bisa melihat nya. Tn. Jo lalu membalas
bahwa setidaknya Yeon Seo bisa merasakannya, karena Yeon Seo sudah mengetahui
ceritanya.
“Itu tepatnya mengapa…” bentak Yeon Seo. “Itu akan lebih menyiksa.
Apa aku perlu mengejakannya supaya kamu mengerti?”
“Kamu yang bodoh. Kamu selalu bersikap keji,” kata L mengomentari
Yeon Seo. Lalu dia menanyakan dimana sapu tangan nya. Ntah darimana, L tiba-
tiba saja sudah berada didalam mobil, padahal sebelumnya tidak ada.
Tn. Jo menjelaskan bahwa sejak Yeon Seo sudah memutuskan untuk menghadiri pesta, maka Yeon
Seo harus menunjukan kepada mereka siapa pemilik Fantasia yang sebenarnya. Tapi
Yeon Seo tidak tertarik, dia rela memberikan semua itu kepada Tn. Jo, dan dia
akan mencap semua dokumen nya.
“Oh. Apakah dia di anugrahi sertifikat untuk ini? Dia yang paling
sinis,” komentar L sambil melihat ke sekeliling mobil, mencari sapu tangannya.
Tn. Jo menanyakan kemana Yeon Seo akan pergi sebenarnya. Dan Yeon
Seo menjawab bahwa jangan berbicara kepadanya, karena itu terlalu berisik, lalu
dia memakai alat penyumbat di kedua telinganya. Melihat itu, L menggeleng kan
kepalanya dengan pelan.
“Diberkatilah mereka yang memiliki kesabaran. Si Bodoh ini mungkin
tidak sadar sampai sekarang, tapi dia akan menghargai mu suatu hari nanti,”
kata L, menghibur Tn. Jo. Walaupun Tn. Jo tidak bisa mendengar.
“Dia akan menangis dan menyesali tindakan masa lalu nya,” kata L
pada Yeon Seo. Kemudian dia menanyakan lagi dimana sapu tangannya. Tapi Yeon
Seo tidak menjawab.
Dengan frustasi, L memengang kepala nya dan menarik nafas berkali-
kali. Ntah Yeon Seo bisa merasakan nya atau tidak, karena saat L melakukan itu,
dia memejamkan matanya.
Sesampainya ditempat tujuan. Dengan perhatian, Tn. Jo menuntun dan
mengandeng tangan Yeon Seo keluar dari dalam mobil.
Ny. Choi dan suaminya, mereka berdua berpura- pura baik ketika
melihat kedatangan Yeon Seo. Mereka berlari dan memeluk Yeon Seo, seolah mereka
merindukan keponakan tercinta mereka, yaitu Yeon Seo.
“Kalian berdua dalam masalah besar. Si Bodoh ini tidak memiliki
kesabaran untuk kalian. Perhatikan tongkat nya,” kata L berkomentar sambil
tertawa kecil.
Yeon Seo mendorong paman dan bibinya menjauh dengan halus. Lalu
dia menanyakan, apakah mereka berdua baik- baik saja sambil memegang erat
tongkat ditangannya. Mendengar itu, L menatap terkejut kepada Yeon Seo yang
tumben sekali tidak emosian dan bersikap kasar seperti biasa.
“Tentu saja. Kami menangis banyak, menunggu untuk melihatmu,” kata
Ny. Choi.
“Kamu tidak pernah menemui kami selama tiga tahun. Tapi hari ini,
kamu disini, orang tua mu pasti bangga padamu,” tambah suami Ny. Choi.
Ny. Choi menjelaskan bahwa semua tamunya adalah orang kalangan
atas yang berpikiran terbuka, dan mereka ingin bertemu dengan Yeon Seo. Namun
Yeon Seo tidak perlu melakukan apapun, dengan Yeon Seo tampil cantik saja, itu
akan membuat Yeon Seon tampak lebih tragis. Karena orang kaya cenderung
menghabiskan uang, ketika mereka merasa superioritas (Unggul).
Mendengar perkataan itu, Yeon Seo merasa kesal. Karena perkataan
Ny. Choi terkesan seperti menghina nya. Tapi Tn. Jo memegang tangan Yeon Seo
dan menenangkannya.
“Ma. Itu cukup,” kata Ru Na, menyela. “Tolong mengertilah. Sebagai
General Direktur di perusahaan ballet, dia selalu memikirkan tentang sponsor,”
jelas Ru Na supaya Yeon Seo tidak merasa emosi kepada Ibunya.
“Ru Na.”
“Kamu ingat suara ku. Aku senang kamu disini.”
Suami Ny. Choi mengajak
Yeon Seo untuk masuk. Dia menceritakan bahwa Ni Na pasti akan senang,
karena Ni Na begitu merindukan Yeon Seo. Dan dengan sikap sok perhatian, Ny.
Choi mendekati Yeon Seo dan ingin menuntunnya. Tapi Tn. Jo langsung
menghalanginnya.
Tn. Jo memegang tangan Yeon Seo, dan meletakannya di lengannya.
Lalu dia menuntun Yeon Seo secara perlahan.
Didalam ruangan rias. Ni Na mengengam erat tangannya yang
gemetaran. Dan sambil menatap ke cermin, dia berbicara menyemangati dirinya
sendiri. “Kamu adalah yang terbaik. Balerina utama di Fantasia hanya kamu, Ni
Na. Kamu adalah bintang.”
Ketika Yeon Seo masuk ke dalam gedung, semua orang menatap padanya
dan berbisik-bisik. Mereka membicarakan tentang Yeon Seo yang benar- benar buta
seperti rumor yang beredar, dan mereka menyebut dengan kasihan betapa
menyedihkannya Yeon Seo. Dan beberapa wartawan memotret nya.
Mendengar semua pembicaraan itu. Yeon Seo berhenti berjalan. Dan
dengan penuh pengertian, Tn. Jo menanyakan apakah Yeon Seo mau menunggu di
dalam mobil saja.
“Aku perlu pergi ke kamar mandi,” kata Yeon Seo berusaha kuat. Dia
mengeluarkan tongkatnya, dan memberitahu bahwa dia bisa pergi sendiri, jadi Tn.
Jo bisa masuk duluan ke dalam ruang pertunjukan.
“Ah. Sapu tanganku,” keluh L yang sedari tadi mengikuti dari
belakang.
Tags:
Angels Last Mission Love