Sinopsis
Korean Drama : Beautiful World Episode 10 – 1
Images
by : jTBC
Semua karakter, organisasi, tempat, kasus, dan
insiden dalam drama ini fiktif
“Istriku dan
aku berpikir Sun Ho jatuh karena ada yang mendorong dia dari atap. Tapi kami
tidak punya bukti atau saksi mata. Jadi, sulit rasanya untuk membuktikan apa
pun. Kami pasti bisa tahu apa yang terjadi seandainya CCTV di sana berfungsi. Tapi
hari itu sedang rusak. Dan itulah yang membuatku kesal. Aku tahu ini memang mengada-ada.
Tapi bagaimana jika CCTV-nya tidak rusak? Jika memang ada yang sengaja menghapus
rekaman itu, aku mulai berpikir siapa yang bisa menghapusnya. Saat itulah
terlintas olehku orang yang tidak pernah aku duga. Sepertinya dia baik. Aku
tidak punya anggapan buruk terhadapnya. Tapi aku sadar hanya dialah yang bisa menghapus
rekaman CCTV hari itu. Itu hanya spekulasiku, dan aku tidak punya bukti. Jadi,
tidak mungkin aku bisa membuktikannya. Dan pada saat ini, aku masih merasa dia
bukan orang jahat. Aku yakin dia punya alasannya. Pasti dia punya alasan pelik
hingga terpaksa harus seperti ini. Bisakah kamu memberitahuku alasannya?” tanya
Moo Jin.
Dae Gil
terdiam.
Flashback
Anak Dae Gil, Mr. Ice menemui Dae
Gil dan memohon bantuan ayahnya untuk membayarkan hutangnya. Jika dia tidak
membayar hutangnya kali ini, para rentenir itu akan membunuhnya. Dia
benar-benar takut dan berjanji akan berhenti berjudi dan memakai narkoba, jika
ayahnya membantunya. Dia menangis dan memohon. Sebagai seorang ayah, Dae Gil
tidak tega.
Dan di saat itulah, Eun Joo
memohon padanya dan berjanji akan memberikannya uang sebanyak apapun. Itulah
kenapa Dae Gil membantu Eun Joo untuk tutup mulut.
End
Dae Gil
melihat kalau orang suruhan Jin Pyo yang mengawasinya, juga berada di dalam restoran
itu juga, mengintainya.
“Aku punya
seorang putra. Dia kecanduan judi dan narkoba. Dia sudah rusak sampai ke
akarnya. Aku tidak tahu apapun mengenai putraku, karena aku selalu keluar untuk
menangkap para penjahat selama lebih dari 20 tahun. istriku dan anakku terluka,
tapi aku tidak tahu apapun. Semua sudah terlambat ketika aku menyadari yang
telah terjadi para mereka. Tapi, aku tidak bisa menyerah terhadap putraku
begitu mudahnya. Meskipun aku tahu kalau dia sudah tidak tertolong lagi, aku
terus berharap dan akhirnya kecewa. Lalu kembali berharap lagi.”
“Karena kita
adalah orang tua. Bagaimana bisa orang tua menyerah terhadap anaknya?”
“Kau benar.
Karena aku orang tua. Karena dia adalah anakku. Mengenai kasus Sun Ho, aku
benar-benar minta maaf, tapi aku takut tidak akan bisa membantu apapun.”
“Aku percaya
kalau kau mengirimkan video itu karena kau ingin membantu.”
“Kau punya
bukti kalau aku yang mengirimkan video itu?”
“Aku yakin.”
Dae Gil
tetap berusaha berbohong, mungkin semua demi kebaikan Moo Jin. Tapi, Moo Jin
tetap percaya pada Dae Gil. Dia juga yakin kalau Dae Gil tahu sesuatu, mungkin
In Ha atau Jin Pyo lah yang menyuruh Dae Gil untuk tutup mulut dan menghapus
CCTV. Tapi, dia yakin kalau kebenaran akan terungkap suatu hari nanti.
“Aku sudah
memberitahu semua nya kepada polisi yang ku ketahui,” ujar Dae Gil dan beranjak
pergi. Tidak ingin membahas lebih lanjut.
“Aku akan
menunggu. Aku tidak akan menyerah tapi menunggu hingga kau mendapat kebenaran
untuk melakukan hal yang benar,” ujar Moo Jin.
“Kau sama
seperti kaktus. Kaktus dapat bertahan dari kerasnya padang pasir. Tapi, aku
tidak pecaya kalau aku akan bisa menjadi oasis.”
“Aku akan
menunggu,” ulang Moo Jin.
Dae Gil
tidak mengatakan apapun dan pergi. Saat dia pergi, orang yang mengawasinya, pun
ikut pergi.
--
Sung Jae,
Young Chul dan Joon Seok sudah pulang akademi. Sung Jae merasa kesepian karena
Ki Chan tidak datang ke akademi. Joon Seok langsung sinis dan bertanya emangnya
kenapa? Sung Jae langsung membuat alasan kalau itu karena ibunya tidak bisa
menjemputhnya karena ada janji. Jadi, dia mengajak mereka untuk bermain game.
Young Chul langsung setuju. sementara Joon Seok menolak karena ibunya akan
segera datang menjemputya.
Saat itu, In
Ha datang dan meminta waktu untuk bicara sebentar dengan Joon Seok. Dia membawa
Joon Seok ke café yang ada di dekat sana. Sebelum mulai bicara, In Ha melihat
ke arah sepatu Joon Seok, dan melihat caranya mengikat tali sepatu. Joon Seok
menyadari tatapan In Ha tersebut dan sedikit memundurkan kakinya ke belakang.
Sebelum
bertanya ke intinya, dia berbasa basi terlebih dahulu. Menanyakan keadaan Joon
Seok dan sejenisnya. Joon Seok tampak gugup, tapi berusaha keras
menyembunyikannya.
“Dapatkan
kau menjawab pertanyaanku dengan jujur?”
“Ya.”
Dan In Ha
langsung bertanya, apa yang terjadi di malam itu? Malam di saat Sun Ho
mengalami insiden itu. Mereka berdua bertemu kan?
--
Eun Joo tiba
di akademi dan malah mendengar dari Sung Jae dan Young Chul kalau In Ha membawa
Joon Seok. Mereka tidak tahu In Ha membawa Joon Seok kemana. Dan Young Chul
langsung menyuruh Eun Joo untuk segera menelpon Joon Seok. Eun Joo tampak panik.
--
“Kami tidak
bertemu,” ujar Joon Seok.
“Lalu,
mengapa kau pergi ke sekolah di jam itu?” tanya In Ha lagi. “Kau masuk lewat
gerbang belakang. Bukankah kau pergi menemui Sun Ho?”
Joon Seok
sudah bingung, dan dia teringat ucapan ibunya untuk menekankan di dalam
pikirannya kalau di malam itu, dia menjemput Joon Seok dan membawanya pulang
langsung. Dan karena ingatannya itu, Joon Seok menjawab dengan tegas kalau dia
tidak ke sekolah dan langsung pulang ke rumah hari itu.
“Joon Seok.
Aku rasa itu kecelakaan. Itu bukan kesengajaan, itu adalah kecelakaan. Aku tahu
kau merasa stress dan takut. Tapi, ini terlalu berat untuk kau tanggung.
Beritahu kebenarannya dan lepaskan bebannya. Hanya dengan begitu, kau bisa
terus melangkah maju,” nasihat In Ha.
Dan Joon
Seok teringat ucapan ayahnya untuk mengabaikan segalanya, dan kalau ada yang
menghalangi jalannya, ayahnya yang akan menyingkirkan penghalang tersebut. Dan
karena teringat akan hal itu, Joon Seok dapat dengan tegas berkata kalau dia
sudah mengatakan kebenarannya.
In Ha
frustasi dengan Joon Seok yang terus berbohong dan menyangkal segalanya. Dia
tahu kalau semua orang dewasa berbohong, dan karena dia berharap kalau Joon
Seok akan jujur, makanya dia mencari Joon Seok. Dia percaya kalau hati Joon
Seok lebih baik daripada orang – orang dewasa.
Eun Joo
mencari Joon Seok dengan panik. Dia menelpon tapi Joon Seok tidak mengangkat
teleponnya. Dan saat itulah, dia tanpa sengaja menemukan mereka yang sedang
bicara di dalam sebuah café.
In Ha masih
terus membujuk Joon Seok untuk jujur. Dia bahkan sampai menangis dan memohon.
Joon Seok hanya diam menatap In Ha.
“Apa yang
kau lakukan?!” marah Eun Joo yang sudah masuk ke dalam café. Dia segera
menyuruh Joon Seok untuk keluar dan masuk ke dalam mobilnya yang di parkir di
depan akademi.
“Aku
peringati kau! Jangan mengganggu putraku lagi,” tekan Eun Joo. “Aku sudah
bilang, aku harus melindungi putraku juga.”
“Kau hanya
ingin melindungi dirimu sendiri, bukan Joon Seok. Kau ingin melindungi segala
yang telah kau nikmati selama ini.”
“Jangan
bicara seolah kau tahu segalanya!”
“Apakah kau
akan membiarkan Joon Seok hidup dalam rasa bersalah seumur hidupnya?”
“Berhenti
bicara omong kosong. Kenapa dia harus merasa bersalah ketika dia tidak
melakukan hal apapun yang salah?”
“Kau sungguh
berpikir begitu? Lihatlah ke cermin. Lihat refleksi dirimu dan lihatlah betapa
tidak tahu malunya kau sekarang!” teriak In Ha.
“Jika kau
ingin bicara, bicarakan saja ke polisi.”
“Ini bukan
hal yang benar untuk Joon Seok. Tidakkah kau lihat kalau kau sedang menggalikan
sebuah lubang untuknya? Eun Joo!”
“Temanmu Seo
Eun Joo tidak ada. Aku adalah ibu Joon Seok.”
“Menjadi ibu
tidak membenarkan tindakan kriminal.”
“Itulah yang
ingin ku katakan. Berhenti menekan Joon Seok hanya karena kau adalah ibu
korban. Aku sudah cukup menghadapimu,” ujar Eun Joo dengan tegas dan
meningggalkan In Ha.
--
Di dalam
mobilnya, Eun Joo dan Joon Seok sama-sama diam. Saat dalam perjalanan, Joon
Seok bingung karena Eun Joo membawanya melalui jalan sekolah. Dan Eun Joo terus
saja mengedarai mobilnya menuju arah sekolah.
“Kita
terkadang melalui jalan ini. Di sini tidak ada lampu merah dan juga sepi, jadi
terkadang kita melalui jalan ini untuk pulang ke rumah. Malam itu juga, kita
lewat jalan ini,” ujar Eun Joo. Dan bahkan memutar mobil ke arah gerbang
belakang sekolah.
Joon Seok
benar-benar bingung, apalagi saat Eun Joo hanya memutar di belakang gerbang
sekolah.
“Kita tidak
pernah berhenti di gerbang. Aku menyetir ke gerbang belakang karena salah. Kita
sedang membicarakan mengenai ujianmu, dan aku malah berbelok ke kiri padahal
harusnya ke kanan. Jadi, kita memutar ulang. Malam itu, kau juga mengejek ibu
karena tidak tahu mana kiri dan kanan. Itulah yang harus kau katakan pada
polisi jika mereka bertanya, okay?” dikte Eun Joo saat mereka sudah sampai di
rumah.
“Ibu
menakutiku.”
“Jawab saja.”
“Ya,” ujar
Joon Seok takut. Saat Eun Joo mau keluar dari kamarnya, “Ibu, apa kau marah padaku?
Ibu bertingkah aneh sejak kemarin. Cara ibu melihat dan bicara padaku,
membuatku takut. Ini tidak seperti ibu.”
“Di situasi
seperti ini, akan aneh jika tidak merasakan apapun,” ujar Eun Joo dengan suara
keras.
“Aku tidak
bilang kalau aku tidak merasakan apapun. Ini juga berat bagiku. Dan aku juga
menderita.”
“Tahanlah!”
perintah Eun Joo. “Ibu juga tidak bisa membantumu mengenai hal itu,” tegasnya
dan keluar dari kamar.
Di bawah
tangga kamar, Jin Pyo sudah menunggunya. Dia menyuruh Eun Joo untuk tidak terus
menyalahkan diri dan kuatlah. Jangan buat Joon Seok juga terjatuh.
“Jangan
khawatir. Bahkan jika aku hidup dalam penderitaan, aku akan pastikan tidak merusak
hidupmu,” jawab Eun Joo dan masuk ke dalam kamar.
Di dalam
kamarnya, Eun Joo bertukar baju. Dan tampak jelas, dia sangat tertekan dan
menderita karena semua kejahatan dan kebohongan yang harus di tutupinya. Dia menangis.
Sementara itu,
Jin Pyo masuk ke dalam kamar Joon Seok. Dia memberitahu Joon Seok kalau dia sudah
tahu semuanya dari Eun Joo, dan baginya itu adalah kecelakaan. Dia juga tidak
kecewa dengan Joon Seok karena semua itu kan hanya kecelakaan, bahkan jika Joon
Seok langsung melapor ke polisi hari itu, hasilnya tetap akan sama saja.
“Kau tidak
bisa menghilangkan perasaan mu yang merasa buruk pada Sun Ho, tapi jangan
pernah merasa bersalah. Saat kau melakukannya, kau akan menjadi bersalah,”
tekan Jin Pyo. “Hal buruk dapat terjadi dalam hidup ini. Dan kau mendapatkannya
sekarang, kau hanya sial. Begitu juga dengan Sun Ho.”
“Aku merasa
ibu tidak percaya kalau itu adalah kecelakaan.”
“Itu tidak benar.
Ibu hanya stress karena dia mengkawatirkanmu. Mulai dari sekarang, jangan
menyembunyikan apapun dariku. Ibu dan ayah adalah satu-satunya orang yang bisa
menolongmu. Jangan percaya pada teman atau gurumu. Kau tidak bisa mempercayai
siapapun, mengerti? Jangan khawatir, semua nya akan berlalu. Semua akan
berakhir seolah tidak ada yang pernah
terjadi,” ujar Jin Pyo. Dan Joon Seok tersenyum mendengar ucapan ayahnya
tersebut.
--
In Ha dalam
perjalanan pulang dan dia melewati toko sepatu. Melihat toko itu, In Ha
teringat setiap kali dia mengajak Sun Ho untuk membeli sepatu baru, Sun Ho selalu
menolak. Dia selalu berkata akan membeli nanti saja. Mengingat hal itu, membuat
In Ha semakin sedih, karena pada akhirnya dia tidak juga membelikan Sun Ho
sepatu baru.
--
Dong Hee dan
Soo Ho masih berada di depan rumah Da Hee. Jam sudah lewat jam 9, dan karena
itu Dong Hee menyuruh Soo Ho untuk menyerah dan pulang saja. Tapi Soo Ho
menolak, dan berkata akan menunggu sebentar lagi karena dia yakin Da Hee akan
keluar.
Benar, tidak
lama kemudian, mereka melihat Da Hee yang keluar dari dalam rumah. Soo Ho dan Dong
Hee langsung menghampirinya. Soo Ho menyapa Da Hee, dan dia yakin Da Hee pasti
mengenalnya. Da Hee mengiyakan.
“Kenapa kau
kemari?”
“Kau
mendengar apa yang terjadi pada oppa-ku, kan?”
“Ya.”
“Aku tahu
kalau oppa-ku datang menemuimu di hari kejadian itu.”
“Aku tidak
bertemu dengannya.”
“Kenapa
tidak? kenapa tidak bertemu dengannya?”
“Tidak ada alasan.”
“Dia datang
ke rumahmu dengan membawa buket bunga. Dan kau tidak menemuinya? Okay, kita lupakan
hal itu. Kenapa oppa-ku menelponmu berulang kali? Aku menyadari kalau kau
menjawab teleponnya sekali. Apakah oppa-ku ada mengatakan sesuatu?”
“Aku tidak
ingat,” jawab Da Hee dengan takut.
“Oppa-ku tidak
mungkin bunuh diri. Aku yakin dia bertemu seseorang malam itu. Dan aku pribadi,
merasa kalau orang itu adalah Oh Joon Seok. Eonni tahu sesuatu kan? Itulah
kenapa Eonni menghinadri kami.”
Tangan Da
Hee bergetar, seolah ketakutan. Dan Dong Hee menyadari hal tersebut. Da Hee
terus berkata kalau dia tidak tahu apapun dan tidak ingat. Soo Ho berusaha terus
meminta Da Hee mengingatnya dan bahkan bertanya kenapa Da Hee terus menghindar?
Apa dia menyembunyikan sesuatu?
Da Hee mundur
dengan ketakutan. Dong Hee menanyakan keadaannya. Soo Ho juga jadi cemas. Dan itu
membuat Da Hee jadi teringat saat Sun Ho datang menemuinya dengan sebuket
bunga. Saat itu, Sun Ho memanggilnya dan tersenyum padanya. Mengingat hal itu,
Da Hee menjerit keras.
Suara jeritannya
terdengar ibunya yang baru pulang. Melihat putrinya ketakutan dan menangis, dia
langsung menatap pada Soo Ho. Soo Ho juga panik dan meminta maaf sambil
menjelaskan kalau dia hanya ingin mencoba bicara pada Da Hee.
Dan …
Plak!!! Ibu Da Hee menampar Soo Ho dengan keras.
-Rahasia dan
Kebohongan-
Dong Soo
sedang bekerja part time di minimarket, dan dia melihat Dong Hee yang berdiri
di depan mini market. Dengan panik, Dong Soo keluar dan menghampirinya. Dia bertanya,
kenapa kau kemari? Ada apa? Apa mereka membully mu?
“Tidak.”
“Lalu,
kenapa? Beritahu aku jika ada sesuatu.”
“Soo Ho…”
“Ada apa
padanya?” tanya Dong Soo, panik.
“Orang-orang
berubah menjadi monster.”
“Apa yang
kau bicarakan?”
“Orang-orang
sangat mengerikan,” ujar Dong Hee lagi.
--
Di rumah, In
Ha dan Moo Jin cemas karena Soo Ho belum pulang dan saat di telepon, tidak di
angkat. In Ha memutuskan untuk keluar mencari Soo Ho. Moo Jin melarang, dia
yang akan keluar dan In Ha biar terus mencoba menghubungi Soo Ho. Dia menenangkan
In Ha untuk tetap tenang.
Saat mau
keluar, Joon Ha kebetulan datang. Dan dia ikutan panik saat tahu kalau Soo Ho belum
pulang. Moo Jin pamit keluar. Joon Ha jadi cemas terjadi sesuatu pada Soo Ho.
Moo Jin
berkeliling dengan cemas mencari Soo Ho.
“Apa wanita
itu gila? Bagaimana bisa dia menampar Soo Ho?” marah Joon Ha setelah mendengar
cerita In Ha. “Setidaknya dia bisa menenangkan Soo Ho yang berusaha sangat
keras untuk oppa-nya. kenapa dia menamparnya? Emang dia kira dia siapa?!”
“Jangan
membuat semuanya semakin buruk, dan dia saja,” ujar In Ha dan kembali mencoba
menelpon Soo Ho.
Joon Ha
tidak bisa tenang dan terus mengomel. Dia benar-benar tidak terima, dan
mengajak In Ha untuk pergi ke rumah Da Hee. In Ha sudah pusing dan berteriak,
untuk apa dia ke sana? Untuk menampar Da Hee? Haruskah dia melakukan hal yang
sama seperti yang ibu Da Hee lakukan pada putrinya?
“Ya, itu
setidaknya yang eonni harus lakukan!” teriak Joon Ha dan mulai menangis. “Kenapa
kita selalu di perlakukan seperti ini?”
“Putri-nya
sakit. Da Hee bahkan berteriak.”
“Jadi
kenapa? Apa itu memberinya hak untuk menampar Soo Ho?!”
In Ha menghela
nafas, “Kau tetap di sini. Dan hubungi aku jika Soo Ho sudah pulang,” perintah
In Ha dan pergi keluar.
--
In Ha
menaiki mobil sambil menelpon suaminya. Dia memberitahu Moo Jin, kalau dia
sepertinya tahu Soo Ho berada dimana.
--
Soo Ho ada
di rumah sakit, di kamar rawat Sun Ho. Dia menatap Sun Ho dan mulai curhat. Selama
ini, dia hanya melihat orang di tampar dalam drama, tapi sekarang dia
merasakannya sendiri. Dan dia merasa sangat bodoh! Dia bahkan menyuruh Sun Ho untuk
membuka mata dan melihat bekas tamparan di pipinya yang masih memerah dan
terasa sangat sakit.
Tapi, tentu
saja Sun Ho masih belum juga sadar.
“Itu juga
pasti terasa sangat sakit pada oppa juga, kan?” Soo Ho mulai menangis. “Oppa
seharusnya memberitahuku. Aku satu-satunya adik oppa. Oppa seharusnya berbicara
padaku. Oppa seharusnya mengirimkan sinyal padaku yang menunjukkan kalau oppa
melalui waktu yang sulit. Semua yang oppa lakukan hanyalah tersenyum seperti
orang bodoh.”
Flashback
Sun Ho berdiri di depan kamar Soo
Ho dan menyuruhnya untuk berhenti memakai make-up. Baginya, Soo Ho terlihat
lebih cantik tanpa make up. Ibu juga tidak suka Soo Ho memakai make up.
“Berhenti bersikap sangat membosankan
dan keluar,” usir Soo Ho.
“Apa aku membosankan?”
“Tidak tahu? Oppa sangat membosankan
dan katrok.”
Sun Ho tidak marah dan terus
mengajak Soo Ho bicara. Soo Ho semakin kesal dan menyuruh oppa-nya berhenti
mengganggu. Sun Ho jadi bertanya kenapa Soo Ho terus marah padanya?
“Karena oppa sangat mengganggu. Aku
sudah kesal karena ujianku gagal.”
“Apa itu salahku?”
“Oppa selalu membawa Joon Seok
oppa ke rumah. Dan itu menggangguku yang sedang belajar.”
“Kau tidak suka pada Joon Seok?”
“Ah, entahlan. Keluar saja!” usir
Soo Ho lagi.
Sun Ho menyuruh Soo Ho untuk
tidak usah sedih karena ujian yang gagal, karena Soo Ho bisa melakukan yang
lebih baik di ujian selanjutnya. Soo Ho jadi semakin kesal dan mendorong Sun Ho
keluar dari dalam kamarnya.
“Baiklah, maafkan aku.”
“Jangan terus bilang maaf, aku
bosan mendengarnya,” gerutu Soo Ho.
End
“Aku minta
maaf oppa. Aku benar-benar minta maaf karena bersikap jahat pada oppa,” tangis
Soo Ho. “Aku minta maaf karena menyebut oppa membosankan. Aku minta maaf karena
bersikap menjengkelkan. Aku minta maaf karena tidak tahu apapun. itu tidak akan
terjadi lagi. Aku akan bersikap baik pada oppa. Jadi, tolong sadarlah. Bangunlah
sekarang. Tolong!” tangis Soo Ho semakin histeris.
In Ha yang
baru tiba, melihat hal itu. Dia menghampiri Soo Ho dan melihat pipi Soo Ho yang
membengkak.
“Darimana
ibu tahu?”
“Dong Soo
menelpon ayahmu. Itu pasti sangat sakit kan?”
“Tidak apa-apa.”
“Ibu akan ke
sana besok dan meneriaki mereka.”
“Jangan
berteriak pada Bibi. Da Hee eonni kelihatan benar-benar sakit. Karena putrinya
sakit, bibi pasti merasa sangat marah. Biarkan saja hal ini.”
In Ha
terkejut dengan jawaban Soo Ho yang sangat bijak. Dia merasa tidak terima
karena Soo Ho disakiti, dan tidak sepantasnya Soo Ho di tampar. Soo Ho berkata
kalau dia merasa marah dan frustasi juga, tapi dia tahu kalau ibunya pasti akan
sedih jika dia sakit. Ibunya sedih dan marah karena oppa-nya sakit.
“Meskipun
aku tidak berniat melakukannya, tapi aku merasa seperti aku mengganggu Da Hee
eonni. Itulah kenapa bibi merasa marah.”
“Apa kamu tidak
merasa ini tidak adil?”
“Aku merasa,
tapi aku memutuskan untuk membiarkannya. Jadi, ibu juga bisa membiarkannya kali
ini. Aku merasa kasihan pada bibi dan Da Hee eonii. Aku merasa dia benar-benar
sakit.”
In Ha semakin
sedih mendengar ucapan Soo Ho. Dia memeluk Soo Ho dan meminta Soo Ho jangan
terlalu cepat dewasa, karena itu membuatnya merasa bersalah. Orang-orang bilang
kalau anak cepat dewasa, itu karena orang tuanya tidak cukup baik. Dia meminta
Soo Ho agar bertumbuh dengan sedikit pelan.
Dari luar,
Moo Jin mendengar pembicaraan mereka. Dia juga ikut merasa sedih. Tidak lama,
dia mendapat pesan dari reporter Choi yang mengatakan kalau dia sudah mengedit
part yang Moo Jin berikan. Dan artikel nya akan terbit besok.
--
Esok hari,
Berita
mengenai apa yang terjadi pada Sun Ho telah menyebar. Berita itu tidak menyebut
nama SMP Seah, melainkan SMP Swasta terkenal. Dan juga seorang siswa yang jatuh
dari atap gedung, yang sepertinya ada hubungannya dengan kekerasan yang di alami
di sekolah. Dan terduga kekerasan ada hubungannya dengan putra Direktur Yayasan
Sekolah Oh. tn. Oh bahkan tidak mendapatkan hukuman apapun.
Semua masyarakat
mulai tahu mengenai kejadian tersebut. Berita itu menyebar melalui media online
dan juga offline. Dong Soo menunjukkan berita itu pada Dong Hee
Di rumahnya,
Jin Pyo benar-benar kesal membaca berita tersebut. Eun Joo juga sama terkejutnya.
Soo Ho
melihat petisi yang di tulisnya, dan sudah ada 15.121 tanda tangan. Hal ini
membuat Soo Ho sangat senang.
In Ha protes
karena Moo Jin tidak memberitahunya kalau menerbitkan artikel tersebut. Dia juga
memberitahu kalau rep. choi juga sudah pernah menemuinya, dan dari info yang di
dapatnya, Rep. choi pernah terlibat kasus pelecehan. Moo Jin dengan tenang
berkata kalau dalam kasus itu, Rep. Choi dinyatakan tidak bersalah. Dia merasa
kalau Rep. Choi tampak tulus dan juga artikel yang di tulisnya juga benar.
“Tapi, aku
merasa tidak benar,” cemas In Ha.
Soo Ho keluar
dari kamarnya dengan senang, dan memberitahu kalau petisi yang di tulisnya
sudah di tanda tangani lebih dari 15.000 orang. Mereka jelas senang
mendengarnya. Mereka kemudian sarapan bersama.
“Aku akan
mulai memasak besok,” ujar In Ha.
“Jangan
khawatir,” ujar Moo Jin.
Mereka
sarapan sambil bercanda, tapi tentu saja itu hanya untuk menutupi kesedihan mereka.
Tags:
Beautiful World