Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode
11
Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi
Mereka bertiga bernyanyi penuh dengan semangat. Dan
hal itu, membuat mereka terkenang masa lalu, di saat mereka masih berlima dan
menyanyikan lagu yang sama. Lagu yang dulu di nyanyikan dengan penuh sukacita.
Sudah berapa
lama sejak aku merasa sangat bahagia seperti ini? Tertawa sepuasnya, berteriak
sekerasnya dan menggila bersama. Sudah sangat-sangat lama. Banyak kenangan yang
terasa seperti baru terjadi kemarin. Bagaimana bisa terasa sudah sangat lama? Aku
benar-benar ingin kembali ke hari itu lagi. Ketika kita bersama, membantu satu
sama lain dan menyemangati satu sama lain. Hari-hari ketika kita berjuang
bersama menghadapi waktu yang berat. Hari-hari dimana ketika kita bekerja
dengan keras, mimpi-mimpi akan berada di tangan kita. Temanku terkasih, sudah bertahun-tahun
lamanya, apakah mimpi kalian semua telah terwujud?
Semua itu adalah yang Shangyan pikirkan.
--
Shangyan ternyata membawa Xiaomi dan Ou Qiang ke
sebuah gedung tinggi yang memperlihatkan pemandangan malam kota Norway. Ou Qiang
dan Xiaomi ternyata sangat menyukai tempat itu dan bahkan berteriak penuh kegembiraan.
Ou Qiang kemudian bertanya, bagaimana Shangyan bisa menemukan tempat ini?
“Ketika aku meninggalkan team SOLO, aku datang ke
Norway untuk belajar. Tapi, aku belajar dengan tidak bahagia. Suatu hari, Nan Wei
membawaku kemari. Dia ingin aku melihat seberapa besar-nya dunia ini dan tidak
menyerah akan mimpi dengan begitu mudahnya,” cerita Shangyan. “Jadi, aku
berpikir, kenapa aku harus tidak menyentuh CTF ataupun bertanding di kompetisi
hanya karena Solo? Lalu, aku kembali ke Norway dan membangun cabang untuk KK. Meskipun,
Solo setuju untuk tidak menjadi leader untuk team manapun lagi, tapi dia memulai SP. Jadi,
apa artinya semua ini?”
Ou Qiang membela Solo yang membentuk SP hanya agar
bisa memberikan lingkungan yang lebih baik pagi CTF China. Dia jadi kesal karena
Shangyan masih juga belum bisa memaafkan Solo. Shangyan berteriak marah kalau
Solo telah mengkhianati mereka semua.
“Apa itu artinya dia harus meninggalkan CTF?”
marah Ou Qiang. “Xiao Ai juga sudah besar. Dia ingin kembali dan berkontribusi
kemampuannya. Apa yang salah dengan itu?”
“Dia tidak layak!” teriak Shangyan.
Xiaomi meminta mereka berdua untuk berhenti
bertengkar. Mereka diam dengan memendam amarah-amarah masing-masing.
“Kalian tahu kenapa… hidup ataupun mati, aku tidak
ingin kembali ke rumah dan menjadi petani? Aku ingin tinggal di sini dan
berkompetisi dengan segala kemampuanku. Itu karena aku yakin, bahwa aku, Ou
Qiang, tidaklah harus menjadi orang yang biasa-biasa saja. Di dunia ini banyak petani
yang sangat bagus. Tapi, di area ini, aku tidak merasa inferior pada siapapun! Hanya
CTF… yang dapat membuat hidupku bersinar! Itu membuatku merasa hidup! Jadi,
bahkan jika kalian orang yang ku sukai dan ku sayangi, semua-nya pergi, aku
tetap bertahan di sini!” ujar Ou Qiang, penuh amarah. “Old Han (Shangyan), aku
tahu kau membenci Solo dan frustasi pada Ai Qing, tapi kami juga marah padamu! Pernahkah
kau memikirkan perasaan kami?!”
Xiaomi berusaha menahan Ou Qiang yang telah emosi.
Ou Qiang tidak bisa di tenangkan. Dia mengingatkan kalau dulu Shangyan adalah
Gun God dan di kagumi oleh semua orang, tapi Shangyan malah berkata pensiun!
Shangyan terdiam. Dia teringat saat pertemuan
pertama mereka, Ou Qiang berkata kalau dia berasal dari desa pertanian di
Sichuan. Dia ingat bagaimana mereka bersama. Dan benar, dia pensiun tanpa
memikirkan semua itu hanya karena kemarahannya pada Solo dan Ai Qing.
Ou Qiang menangis. Xiaomi berada di sebelahnya
berusaha menenangkan. Shangyan mendekat dan memeluknya, penuh rasa bersalah.
--
ININ berbincang dengan Ai Qing, manager mereka. Dia
membahas mengenai Shangyan yang terlihat sangat sengit dan ganas. Ketika dulu
Ai Qing satu grup dengan Shangyan, pasti sering bertengkar kan? Ai Qing tersenyum
dan menjawab kalau Han Shangyan adalah tipe orang yang jika sangat peduli akan
seseorang, malah akan bersikap semakin kejam. ININ langsung berkata kalau dia
pasti tidak tahan dengan orang seperti itu.
“Mungkin setiap orang tumbuh di lingkungan yang
berbeda. Ketika ibu Han Shangyan melahirkan, ibunya mengalami pendarahan berat
dan meninggal dunia. Tidak lama kemudian, ayahnya juga sakit dan juga meninggal
dunia. Ketika Shangyan masih muda, dia tinggal dengan ibu tirinya. Mungkin hal
ini yang membuatnya tidak tahu cara mengekspresikan perasaannya,” jelas Ai
Qing.
--
Shangyan, Ou Qiang dan Xiaomi sudah agak tenang. Dan
Shangyan tiba-tiba, mengeluarkan permen-nya dan memakannya. Ou Qiang jadi
penasaran, kenapa Shangyan sering sekali makan permen?
“Semua orang mengira aku makan permen karena aku
marah. Tapi, tidak seperti itu,” jawab Shangyan.
“Lalu, kenapa?” tanya Xiaomi, penasaran.
“Ketika kau makan permen, maka akan sulit bagimu
untuk bicara. Jadi, jika kau ingin memarahi seseorang, kau tidak bisa
melakukannya. Juga, permen itu manis. Jadi, kau akan berpikir, ‘kenapa
kata-kata ku harus begitu sangat asam?’,” jelas Shangyan.
Dan karena Ou Qiang serta Xiaomi tidak percaya,
dia menyuruh mereka memakan permen dan mencoba untuk memakinya. Mereka mencobanya
dan tertawa sendiri, karena dengan permen di mulut mereka, ucapan mereka jadi
tidak begitu jelas. Mereka semua tertawa dan bersenang-senang.
--
Di rumahnya, Tong Nian pagi-pagi sudah sibuk. Dia membuat
kartu banner untuk menyambut kedatangan Shangyan yang pulang hari ini. Tapi,
sepertinya langit tidak berpihak padanya. Saat dia menuju bandara, hujan malah turun
dengan lebat dan dia juga terjebak macet. Supir taksi yang melihat Tong Nian tampak
terburu-buru tapi tidak membawa koper, dapat menduga kalau Tong Nian pasti ke
bandara untuk menjemput pacar kan? Supir taksi itu jadi teringat masa mudanya,
saat dulu dia diam-diam menjemput istrinya, begitu melihatnya, istrinya sangat
senang hingga memeluknya dengan erat. Bahagianya masa muda.
“Pacarku mungkin tidak akan seperti itu. Dia orang
yang selalu menyimpan segalanya di dalam hati-nya. Dia tidak romantis ataupun
manis. Tapi, cinta-nya padaku, adalah dengan seluruh hatinya. Aku dapat
melihatnya dari matanya,” ujar Tong Nian sambil tersenyum, mengingat Shangyan.
Begitu Tong Nian sampai di bandara, langit malah
sudah bersinar dengan sangat terang.
Di bandara, Shangyan di kerumuni oleh banyak fans
dan reporter yang menyambut kepulangannya. Dan karena itu, dia jadi tidak
melihat Tong Nian dan Tong Nian juga tidak melihatnya. Untungnya, Tong Nian
berpas-pasan dengan Wu Bai yang keluar bandara terakhir. Dan dengan baiknya, Wu
Bai mengajak Tong Nian untuk ikut dengannya, karena Tong Nian bilang ingin bertemu
dengan Shangyan.
Shangyan sedang beristirahat di dalam bus usai
melakukan wawancara. Wu Bai datang tidak lama kemudian dan memberitahu kalau
pacar Shangyan datang. 97 dan Grunt yang mendengar jadi kepo. Tong Nian berdiri
di depan pintu masuk bus dengan memegang banner yang di bawanya. Dia tidak berani
masuk.
“Ada perlu apa mencariku?” tanya Shangyan, dari
dalam bus.
“Aku datang untuk menyambutmu,” jawab Tong Nian.
Wu Bai dengan baik menyuruh Tong Nian untuk masuk
saja. Shangyan setuju dan menyuruh Tong Nian untuk masuk. Tong Nian masuk, tapi
bingung mau duduk di mana. Akhirnya, dia duduk di belakang Wu Bai, dimana Wu Bai
duduk di sebelah Shangyan. Melihat pakaian Tong Nian, Shangyan dengan sok cuek (padahal
sebenarnya khawatir) bertanya, apa Tong Nian tidak merasa kedinginan? Tong Nian
menjawab dengan cepat, dia tidak dingin. Dia menggunakan jaket panjang dan juga
scarf-nya melindunginya dari angin.
“Lain kali, jangan berpakaian seperti itu lagi.
Kau bisa masuk angin nantinya,” ujar Shangyan.
“Kau tidak suka aku berpakaian seperti ini?” tanya
Tong Nian, dengan kecewa. 97 dan Grunt tertawa mendengar pertanyaan-nya dan Shangyan
jadi gugup.
“Tidak. Berpakaian lah sesukamu.”
“Kalau gitu, lain kali kau kasih tahu aku, kau
suka aku berpakaian seperti apa dan aku akan berpakaian seperti itu padamu,”
ujar Tong Nian dengan polos. Grunt jadi tertawa keras. 97 ikutan tertawa karena
jadi mikir aneh.
Shangyan langsung berbisik memberitahu Tong Nian,
kalau apa yang Tong Nian katakan tadi bisa membuat orang salah paham. Dan Tong
Nian malah tidak mengerti. Salah paham apa? Shangyan menghela nafas dan menegur
Tong Nian agar lain kali tidak menanyakan pertanyaan seperti itu pada orang
lain, terutama lelaki. Tong Nian mengiyakan, walau sebenarnya dia masih bingung.
Wu Bai yang duduk di depan, tiba-tiba, memilih pindah
duduk ke belakang. Jadilah, Tong Nian dan Shangyan yang duduk berdua di depan.
--
Su Cheng menemui Solo. Dan Solo membawa seorang gadis
kecil, Xiao Ai. Su Cheng menyapa Xiao Ai dengan ramah dan penuh kasih. Tapi,
Xiao Ai bermuka masam padanya. Solo membuka pembicaraan dengan mengucapkan
selamat karena K&K menjadi juara pertama. Setelah itu, suasana menjadi
canggung lagi.
Su Cheng mencoba bicara dengan Xiao Ai dengan
memberitahu kalau setiap tahun, Solo mengirimkan foto Xiao Ai padanya. Xiao Ai
yang mendengarnya langsung marah dan melarang agar Solo tidak mengirimkan foto-nya
lagi. Dia punya hak untuk menentukan akan menunjukkan pada siapa fotonya dan pada
siapa yang tidak.
“Tapi, kau tidak punya hak untuk tidak
menunjukkannya pada ibumu,” tegur Solo.
Xiao Ai adalah anak dari Solo dan Su Cheng.
Xiao Ai tiba-tiba saja bangkit dan pergi melihat
kue. Dia menunjuk setiap kue yang di inginkannya pada pelayan.
Su Cheng berkata pada Solo kalau dia ingin membawa
Xiao Ai ikut dengannya keluar negeri untuk mencari cara untuk meningkatkan pendengaran
Xiao Ai. Solo mengangguk setuju.
Xiao Ai kembali ke meja dengan membawa 4 slice
kue. Solo menegur Xiao Ai karena mengambil banyak kue, apa bisa di habiksan? Xiao
Ai menjawab kalau dia menyukai kue-kue itu. Su Cheng dengan ramah berkata, dia
yang akan membayar.
“Ayahku adalah boss SP. Kau masih berpikir dia
hanyalah pria miskin tanpa latar belakang, pendidikan atapun uang, hah? Ayahku bisa
membayar-nya!” marah Xiao Ai.
“Aku tahu. Karena aku melihat kerja keras-nya,”
jawab Su Cheng, dan tampak sedih.
Solo kemudian meminta Xiao Ai untuk tinggal bersama
Su Cheng beberapa hari karena dia harus melakukan training untuk SP selama
beberapa hari. Mendengar hal itu, Xiao Ai langsung melepas alat bantu
pendengarannya karena tidak ingin mendengar apapun. Solo langsung marah dan
menyuruh Xiao Ai untuk memasang kembali alat bantu pendengaran tersebut. Xiao
Ai menolak dan bahkan membuang alat bantu pendengarannya ke dalam gelas yang
berisi air. Dia bahkan pindah tempat duduk.
Solo sudah marah sekali. Tapi, Su Cheng menghalangi
Solo untuk tidak menghampiri Xiao Ai yang sedang emosi. Tidak hanya itu, Su
Cheng mengambil alat bantu pendengaran yang Xiao Ai buang ke dalam gelas berisi
air itu dan mengeringkannya dengan tissue.
--
Di dalam bus, Shangyan merasa canggung duduk di depan
dengan Tong Nian saja. Jadi, dia berjalan ke belakang dan menghampiri Wu Bai. Dia
mengajak Wu Bai untuk membahas mengenai CTF dan juga berencana merekrut orang
baru. Setelah itu, Shangyan kembali ke tempat duduknya. Saat itu, tanpa sengaja
dia melihat Tong Nian yang sedang mengupdate
status di WeChat. Dan kelihatan jugalah nama akun WeChat Tong Nian adalah Predestined Tonight Café. Shangyan
langsung tersadar kalau selama ini, Tong Nian lah yang mengirimi pesan padanya.
--
Shangyan dan para anggota tiba di gedung K&K. Tapi,
saat masuk, Tong Nian tidak berani ikut masuk karena Shangyan tidak ada mengatakan
dia boleh masuk atau tidak.
Shangyan bingung melihat Tong Nian yang malah
hanya berdiri di depan pintu dan tidak masuk.
Shangyan menghela nafas panjang melihat Tong Nian. Dia membukakan pintu dan menyuruh-nya untuk mengikutinya dengan dekat.
Masuk ke dalam K&K, membuat Tong Nian terkesima.
Ini pertama kalinya dia masuk ke dalam. Shangyan mengambilkan minuman untuk
Tong Nian. Kemudian, menyuruh Tong Nian untuk menunggunya karena dia harus
membuat panggilan telepon dulu.
Shangyan pun masih ke dalam ruang rapat. Sementara
Tong Nian berkeliling, melihat K&K. Dia sangat kagum melihat ruang latihan
yang sangat besar. Dia juga melihat ada perosotan, jadi Tong Nian naik ke
lantai atas dan mencoba perosotannya. Pas turun, perosotan, dia malah berteriak
seperti anak kecil yang girang. Hahahaha. Yang membuat malu adalah semua
anggota K&K keluar karena mendengar suaranya.
Shangyan masih sibuk menelpon. Tong Nian bisa
melihatnya dari kaca luar jendela. Melihat Shangyan yang sibuk teleponan, Tong
Nian jadi ingin diam-diam memotret Shangyan sebagai memory untuknya. Sialnya,
dia malah ketahuan oleh Shangyan.
Shangyan masih sambil teleponan, mengirim pesan WeChat
pada Tong Nian untuk menghapus fotonya. Di banding kaget karena ketahuan memotret,
Tong Nian lebih kaget karena Shangyan tahu kalau akun WeChat internet café ternyata
adalah akun WeChat-nya. Dia merasa sangat malu.
Shangyan yang melihat Tong Nian mondar-mandir,
mengetuk kaca jendela dan menyuruh Tong Nian untuk masuk ke dalam ruang rapat. Begitu
Tong Nian masuk, Shangyan langsung menginstruksikan dengan jarinya agar Tong
Nian duduk.
“Ponsel,” ujar Shangyan.
Tong Nian menatapnya dengan bingung, “Bukannya tidak
pantas begitu?”
Tapi, karena Shangyan menatapnya terus. Tong Nian
bangkit dan hendak mengambil ponsel Shangyan. Shangyan jelas menghindar. Tong Nian
jadi bingung.
“Ponsel-mu,” jelas Shangyan.
“Oh, ponsel-ku,” tersadar Tong Nian. “Aku sudah
menghapus semua fotomu. Lihat. Sudah kan,” tunjukan Tong Nian.
Pas lagi lihat ponsel Tong Nian, ada pesan suara
yang masuk di WeChat. Jadi, Shangyan mengembalikannya lagi pada Tong Nian. Tong
Nian dengan polos, membuka pesan suara itu dan mendekatkannya di telinga-nya. Tidak
di sangka, volume suara di ponselnya begitu keras hingga terdengar. Yang mengirim
pesan suara itu adalah Lan Mei yang membahas mengenai Gun God dan usaha Tong
Nian untuk menarik perhatian Shangyan. Tong Nian panik dan langsung
mematikannya. Shangyan menatapnya dengan tatapan penuh arti. Tong Nian hanya
bisa tersenyum malu.
Shangyan melanjutkan telepon dengan video call. Sambil
menyetel alat video call, Shangyan berujar kalau Tong Nian pasti sering
membahas mengenai dirinya pada temannya. Tong Nian langsung dengan panik
berkata tidak. Semua hanya salah paham. Dia hanya bercerita sangat-sangat
sedikit. Shangyan bertanya, benarkah? Tong Nian mengiyakan.
Rapat video call Shangyan di mulai, jadi Tong Nian
sedikit menjauh. Dia malah mondar-mandir dan menarik perhatian Shangyan.
Di luar, Grunt sedang bersantai dengan bermain
tenis meja dengan 97, sambil berbincang dengan One dan Demo. Mereka membicarakan
mengenai gedung klub mereka yang baru pertama kalinya di masuki oleh gadis single.
Shangyan selesai melakukan rapat vidcall,
sementara Tong Nian sudah tertidur karena kelelahan. Shangyan yang melihatnya,
memanggil orang di luar dengan telepon agar semuanya masuk ke dalam ruang meeting
dan juga bawakan dua box makan siang ke dalam ruang meeting. Tong Nian yag
mendengar suara Shangyan berteleponan, jadi terbangun. Kebetulan yang
mengangkat teleponnya tadi adalah Demo, jadi Demo langsung menyampaikan pada semuanya
kalau boss memanggil mereka agar makan di ruang meeting.
Mereka semua masuk dengan membawa box makanan
mereka, termasuk box makanan untuk boss dan Tong Nian. Shangyan masih sibuk
dengan laptop-nya bekerja. Sepertinya, tujuannya menyuruh semua makan di ruang
meeting agar Tong Nian tidak merasa sepi.
Saat makan, Shangyan membahas mengenai Demo yang berada
di peringkat 3 terakhir saat test kecepatan tangan tempo hari. Demo langsung
berkata kalau dia sudah bekerja keras bulan ini. Dan juga, bukankah masih ada
peringkat dua terakhir dan peringkat terakhir, kenapa hanya dia yang di
targetkan? Demo langsung berkata juga kalau dia sudah terbiasa dengan aplikasinya
dan bahkan mendapat angka 201 saat latihan terakhir. Shangyan langsung berkata,
nilai tertinggi DT adalah 106. Demo langsung murung karena merasa kalah.
Tong Nian yang dari tadi mendengar, jadi
penasaran, dan bertanya test kecepatan tangan apa yang mereka bicarakan? Shangyan
langsung menyuruh 97 untuk menjelaskan. 97 langsung menjelaskan kalau mereka
ada menggunakan sebuah software untuk mengetes kecepatan waktu reaksi mereka. Aplikasinya
benar-benar sederhana. Ketika membuka software-nya dan ketika mendengar suara ‘ding’
di headset, mereka harus mengklik mouse, saat itu juga. Ini untuk mengukur seberapa
cepat waktu reaksi kita.
“Jadi, 106 dalam milisecond?” tanya Tong Nian.
“Ya, benar, dalam milisecond.”
“Satu detik setara dengan 1000 milisecond. 201
tidaklah rendah sama sekali,” puji Tong Nian. Demo langsung senang
mendengarnya. “Lalu, mengapa kalian harus mendengarkan suara? Latihan reaksi
kalian tidak berdasarkan latihan suara.”
97 langsung menjelaskan kalau awalnya mereka juga
hanya bermain. Tapi, entah siapa yang memasukkan software itu ke dalam website
dan akhirnya membuat mereka tersiksa. Eh, tidak di sangka, Tong Nian malah berkata
punya ide untuk melatih tangan dan mata mereka. Jadi, layar awal adalah hijau,
dan jika berganti waran maka mereka harus mengklik mouse.
“Software itu sudah ada di luar negeri, sebuah
software yang sangat kecil,” ujar Wu Bai.
Shangyan malah ingin menggunakan software itu
juga. Semua langsung mengeluh. Untung Wu Bai berkata kalau kesulitan level
software itu sangat rendah. Semua langsung lega.
Tong Nian tiba-tiba mengangkat tangan dan berkata kalau
dia bisa membuat versi yang sudah di kembangkan. Dia mulai menjelaskan ide-nya.
Shangyan jadi tertarik. Tong Nian nggak sadar kalau semua anggota K&K tidak
suka dengan ide tersebut, karena bagi mereka itu hanya menambah siksaan.
“Jika semuanya tertarik, aku bisa membuatnya malam
ini juga!” ujar Tong Nian, bersemangat.
“Tidak. Tidak. Tidak usah. Terlalu merepotkan. Tidak
perlu,” ujar semuanya serempak.
“Jangan sungkan! Tidak masalah!” ujar Tong Nian. Semua
makin ribut.
Dan begitu Shangyan mengeluarkan permen, semua
langsung diam. Tong Nian malah menatap Shangyan yang sibuk mengeluarkan permen.
Jadi, Shangyan memberikan sebuah permen hijau untuk Tong Nian. Semua langsung
menggoda mereka. Tong Nian memakan permen-nya dengan penuh senyuman bahagia.
Semua sudah selesai makan. Hanya sisa Tong Nian
dan Shangyan yang belum selesai. Bibi Zhao sudah masuk untuk membereskan sisa
sampah. Shangyan jadi khawatir dan bertanya apakah makanannya tidak enak? Tong Nian
langsung berkata kalau dia tidak lapar dan sudah kenyang. Tapi sebelum datang,
dia sudah memakan sepotong kue.
Dan Shangyan menyuruh Tong Nian agar ikut
dengannya. Shangyan membawa Tong Nian ke mobil perusahaan dan meminta supir
untuk mengantarkan Tong Nian ke kampus Jiaodong.
“Setelah aku menyelesaikan software-nya, aku akan
menelponmu,” ujar Tong Nian.
“Hm,” jawab Shangyan. “Nama akun WeChat-mu… kapan
kau akan mengubahnya balik? Apa kau tidak merasa itu terlalu panjang?”
“Kau bagaimana bisa tahu kalau itu adalah WeChat
ku?”
“Intuisi,” jawab Shangyan, tidak memberitahu yang
sebenarnya.
Dan saat mobil membawa Tong Nian pergi, Shangyan
tersenyum kecil.
--
Tong Nian sampai lembur membuat software yang di
janjikannya untuk Shangyan. Yaya yang teman satu kost sampai menyuruh Tong Nian
tidur. Tong Nian balas menyuruh Yaya untuk lanjut tidur karena dia sedang sibuk
membuat sesuatu yang menyenangkan.
Dan akhirnya software Tong Nian baru jadi saat
pagi hari! Yaya sampai kagum melihat Tong Nian yang sudah seperti prajurit saja,
lembur membuat software.
--
Xiao Ai ada di K&K dan membuat Su Cheng
kesulitan karena Xiao Ai terus saja melawan. Saat dia meminta Xiao Ai untuk
sarapan, Xiao Ai malah menolak. Shangyan tidak bisa tinggal diam, dan
menggendong Xiao Ai ke meja makan. Dia memerintahkan Xiao Ai untuk makan, tapi
Xiao Ai tetap tidak mau.
“Kau pasti Gun God,” ujar Xiao Ai dengan sinis.
“Kau putri Solo. Siapa namamu? Xiao Ai?”
“Bukankah kau tidak berbicara dengan ayahku? Bagaimana
kau bisa tahu namaku?”
“Ketika kau berusia sekitar 2 atau 3 tahun, dan
hanya setinggi ini, aku melihatmu. Saat itu, kau masih memanggilku ‘Paman’.”
Xiao Ai dan Shangyan malah saling bertengkar. Su
Cheng sampai harus melerai Shangyan untuk tidak seperti anak kecil. Su Cheng
mengajak Xiao Ai untuk pergi ke taman bermain hari ini, tapi Xiao Ai menolak
dengan alasan sudah bosan. Su Cheng
berusaha membujuk Xiao Ai agar mau pergi bersamanya. Dan Xiao Ai semakin keras
menolak.
Shangyan sampai kesal dan berkata kalau Solo pasti
tidak pandai mengajari anak. Harusnya, Su Cheng yang membawa Xiao Ai dan
mengajarinya.
“Tidak ada masalah!” teriak Xiao Ai, marah.
“Kau dan ibumu mungkin punya hubungan yang buruk. Tapi
terhadap orang yang lebih tua, kau setidaknya harus menunjukkan sopan santun. Apa
ayahmu tidak mengajarimu hal ini? Itu membuktikan kalau ayahmu bukanlah ayah
yang kompeten!”
Terpancing, Xiao Ai berkata dia akan pergi kemanapun.
Shangyan senang karena Xiao Ai akhirnya mau pergi dengan Su Chen. Tapi, Xiao Ai
cukup cerdik dengan berkata kalau Shangyan juga harus ikut pergi. Saat dulu,
kan ayahnya yang menjaga Shangyan, jadi bukankah Shangyan harus membayar hutang
lama itu?
“Baik. Aku akan mengembalikan semuanya untukmu!” ujar
Shangyan, setuju untuk ke taman bermain.
Dan saat itulah, Xiao Ai baru tersadar kalau dia
sudah terjebak.
Shangyan mendapat pesan dari Tong Nian yang memberitahu
kalau dia sudah selesai membuat software.
Tags:
Go Go Squid
Lanjutt kakakkk...semangattt teruss yaaa..
ReplyDeleteSemangaaaaaattt.....
ReplyDeleteLanjut kak.. smngtt
ReplyDeleteLanjut kak. Seru penulisanya.
ReplyDeletelanjut.....
ReplyDeleteLanjut donk kaka
ReplyDeleteTerus ya ka sinopnya penasaran nih
ReplyDeleteDitunggu kak lnjutannya...
ReplyDeleteHalloo semuanya
ReplyDeleteUntuk episode selanjutnya update senin malam ya. Soalnya hari ini dan dan besok untuk nulis doctor John. Aku kalau nulis malam, krn pagi jam s.d sore kerja.
Iyha kak tetep setia����
ReplyDeleteKak lagu yang mrka bertiga nyanyi apa ya judul dan penyanyi nya ?
ReplyDelete