Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 28


Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 28
Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi
Shangyan ternyata pulang untuk membawa beberapa baju ke club. Tong Nian heran melihat baju Shangyan yang di dominasi dengan warna hitam, padahal Shangyan mungkin terlihat tampan juga dalam pakaian putih. Shangyan menjawab kalau dia bukan wanita yang mempedulikan penampilan. Tong Nian kemudian bertanya kenapa Shangyan mempacking barang-barang? Shangyan menjelaskan kalau Su Cheng akan kembali ke Norway, jadi pertandingan musim ini, harus di ayang mengurusnya. Dan juga dia tidak tidak terlalu sering pulang ke rumah.
Tong Nian bertanya mengenai Kakek. Shangyan memberitahu kalau kakek akan pulang 2 hari lagi. Dan Wu Bai yang akan menemani kakek. Tong Nian menawarkan diri untuk membantu mempacking barang, tapi Shangyan menolak.
--
Selesai berberes, Tong Nian dan Shangyan kembali ke ruang tamu. Kakek sangat senang dan mulai mengajak Tong Nian untuk berbincang. Kakek memberitahu kalau kali ini setelah dia kembali ke Norway, akan sulit baginya untuk datang kembali ke Shanghai. Perjalanan pesawat terlalu jauh dan dia sudah tua. Jadi, jika dia merindukan Tong Nian, bagaimana?
“Kalau kami ada waktu, aku akan membawanya bertemu kamu,” jawab Shangyan, menggantikan Tong Nian menjawab.
Kakek dan Tong Nian sangat senang mendengarnya. Kakek bahkan memperingati Shangyan untuk tidak menarik ucapannya lagi.
--
Setelah itu, Shangyan pun mengantar Tong Nian kembali pulang. Tong Nian kemudian menanyakan kapan Shangyan akan membawanya melihat kucing-nya. Shangyan menjawab dua hari lagi. Setelah dia selesai membereskan semuanya. Shangyan ternyata juga memberi nama kucing-nya : “Squiddy.” Itu nama yang sama dengan nama internet Tong Nian. Tong Nian melarang Shangyan memberikan nama internetnya pada kucing. Shangyan langsung ngejawab kalau nama internet Tong Nian kan “Little Squid” sedangkan kucing itu dia beri nama “Squiddy.” Jadi, berbeda.
Tong Nian tertawa. Apalagi karena alasan Shangyan memberi nama itu karena teringat namanya.
Mereka mulai bisa tertawa. Tidak ada lagi sama sekali rasa canggung. Mereka benar-benar sudah berbaikan.
--
Walau sudah pulang pun, Tong Nian masih terus saja tersenyum-senyum sendiri. Yaya yang melihatnya jelas menggoda Tong Nian. Tong Nian kemudian curhat mengenai ibunya yang sangat tidak menyukai Shangyan. Dia bahkan tidak berani memberitahu pada ibunya yang sebenarnya kalau dia berpacaran dengan Shangyan.
Yaya memuji Shangyan yang sebenarnya tidak terlalu buruk. Tong Nian berkesimpulan kalau mungkin karena ibunya adalah guru, makanya ibunya tidak suka tipe seperti Han Shangyan. Yaya merasa tidak demikian, mungkin karena interaksi antara Shangyan dan ibu Tong Nian yang kurang. Yaya memberikan saran pada Tong Nian untuk menciptakan kesempatan interaksi antara Shanyan dan ibunya. Pria seperti Han Shangyan itu, semua nilai baiknya tersembunyi. Harus berhubungan langsung baru bisa melihat nilai baiknya.
Tong Nian sedikit lega setelah mendengarkan saran Yaya.
--

Tong Nian sudah kembali ke rumah. Sepertinya, setiap akhir pekan, dia pulang ke rumah. Dia melihat ibu dan tantenya yang sedang berbincang dengan Zheng Hui sambil membersihkan sayur. Dari cara bicara ibu dan tante, tampak jelas kalau mereka menyukai Zheng Hui.
Tong Nian langsung masuk dan menyapa mereka. Zheng Hui langsung bersemangat begitu melihat Tong Nian. Zheng Hui juga memberitahu kalau alasan kedatangannya adalah memberikan hadiah ucapan terimakasih pada keluarga Tong Nian. Ibu jelas semakin menyukai Zheng Hui. Dia terus memuji Zheng Hui pada Tong Nian.

Tong Nian mengajak ibu ke dapur untuk berbicara. Dia membahas mengenai kakek yang akan pulang ke Norway. Ibu terkejut, darimana Tong Nian bisa tahu? dia saja tidak tahu. Apa Han Shangyan yang memberitahu? Kenapa Tong Nian masih berhubungan dengannya?
Tong Nian berbohong kalau dia dan Shangyan hanyalah teman. Dan bukan itu yang ingin di bahasnya. Dia ingin membahas mengenai kakek yang sudah tua, kalau pulang sekarang, entah kapan bisa kembali lagi. Bukankah lebih baik kita pergi menjenguknya. Bagaimana kalau sore ini menemuinya. Ibu jelas tidak mau dan curiga kalau Tong Nian hanya membuat alasan ingin menemui Shangyam
Tong Nian membantah dugaan ibu. Dia bahkan berakting sedih membayangkan kakek yang akan kembali tanpa bisa mengunjungi kampung halaman. Bagaimana kalau mereka membawa kakek ke kampung halaman? Di Suzhou (kakek Shangyan adalah teman dari kakek Tong Nian. Satu kampung). Memikirkan ucapan Tong Nian, ada benarnya juga. Ibu pun setuju dengan rencana Tong Nian.
Ibu langsung menelpon kakek untuk mengajaknya mengunjungi kampung halaman. Kakek setuju dan bahkan mengajak Shangyan. Tong Nian yang diam-diam menguping, tampak sangat senang.
--
Karena Shangyan tidak tahu jalan, maka keluarga Tong Nian yang akan memimpin jalan. Sebelum berangkat, kakek menyuruh Shangyan, menyuruh Tong Nian untuk duduk di mobil mereka.

Shangyan pun akhirnya ke mobil keluarga Tong Nian. Dia menyapa dengan ramah. Dan menawarkan beberapa orang di mobil keluarga Tong Nian untuk pindah ke mobilnya. Dia lihat mobil tampak penuh. Tong Nian jelas bersemangat dan hendak turun, tapi ibu langsung menyuruh Dounan yang pindah mobil. Tong Nian tampak sangat jelas kecewa.
Perjalanan untungnya berjalan lancar. Mereka ada mampir di pemberhentian sementara dan beristirahat sejenak. Saat berhenti itu, kakek membicarakan mengenai Shangyan pada ibu. Jika dia tidak ada lagi, maka Shangyan akan tinggal sendiri. Ibu tampaknya memikirkan perkataan kakek tersebut.

Tong Nian juga mengajak Shangyan berbincang. Dia tampak sangat ceria. (aku tidak ceritakan karena hanya pembicaraan biasa. Tidak ada konflik dan tidak begitu penting). Yang romantis adalah saat jalan Shangyan menggunakan tangannya untuk menghalangi sinar matahari mengenai Tong Nian.
--

Mereka akhirnya tiba di Suzhou. Kakek sangat senang bisa bertemu teman-teman kampung lamanya. Semua tampak girang. Kakek memperkenalkan Shangyan pada temannya. Temannya (ya namanya juga ibu-ibu apalagi yang sudah berumur) langsung bertanya mengenai usia Shangyan. Kakek memberitahu kalau Shangyan sudah hampir berusia 30 tahun. Teman kakek semakin bertanya mengenai anak Shangyan. Kakek langsung menjawab kalau Shangyan belum menikah. Teman kakek langsung mulai membandingkan dengan orang-orang di sini yang usia 25 atau 26 tahun sudah nikah. Untung anak perempuan teman kakek langsung menyuruh ibunya itu untuk berhenti bertanya.
Shangyan memilih ke dapur dengan alasan akan membantu. Tong Nian langsung mengikutinya dengan alasan yang sama. Di dapur, cucu teman kakek sedang membuat bakpao hijau. Shangyan dan Tong Nian menawarkan diri membantu, tapi di tolak dan di suruh untuk jalan-jalan saja di sekitar desa.
Jadinya, Shangyan dan Tong Nian keluar rumah lewat pintu belakang dan berkeliling desa. Dan kebetulan sekali mereka melihat para tetua desa yang sedang bermain catur china. Para tetua itu pun langsung mengajak Shangyan untuk bermain bersama. Salah satu tetua bahkan berkata kalau Shangyan menang, dia yang akan membayar apapun yang ingin Shangyan makan dan minum.
Permainan di mulai. Tong Nian semakin menggagumi Shangyan yang ternyata tahu caranya bermain catur china.

Dan dengan mudahnya, di menangkan oleh Shangyan. Tetua itu jelas kesal, tapi dia tetap menepati perkataannya. Dia membelikan minuman yang Shangyan inginkan. Shangyan membeli minuman, tapi menyuruh Tong Nian yang memilih hendak minum apa (kayaknya sih ini iklan sponsor minuman). Karena tetua belum puas, maka dia menantang Shangyan untuk bermain lagi. Dan sambil main, Shangyan minum dari botol yang di pilih oleh Tong Nian, dan Tong Nian memotret-nya.
--

Dan sepertinya Shangyan terus menang karena dia mendapat banyak sekali botol minuman. Dia dan Tong Nian pun duduk santai di pinggir sungai. Shangyan penasaran dengan foto yang Tong Nian ambil tadi dan ingin melihatnya. Dan ternyata, botol yang Tong Nian pilihkan untuk Shangyan ada tulisan : Pacar Sekarang (seperti permen Kiss lho, kan di belakangnya ada kata-kata, nah di botol minumannya juga begitu). Shangyan tersenyum senang melihat foto tersebut, soalnya dia tadi tidak memperhatikan.

Saat itu, ada seorang anak lelaki yang bermain gitar. Tong Nian memuji kalau seorang yang bisa bermain gitar itu terlihat tampan! Mendengar perkataan Tong Nian, Shangyan tampak memikirkan sesuatu.


Dan ternyata, Shangyan meminjam gitar anak tersebut dan menyanyikan sebuah lagu untuk Tong Nian sambil mereka menaiki sampan untuk menyusuri sungai. Tong Nian sangat senang dan juga semakin kagum karena Shangyan bisa bermain gitar juga. Shangyan bercerita kalau dia bermain catur china dan gitar saat berada di team SOLO dulu. Dia mempelajarinya dari pemain pengganti tim mereka. Tong Nian penasaran mengenai pemain pengganti team SOLO, ada berapa orang? Ada 3 orang, tapi di tengah jalan, 1 orang keluar dan hanya tersisa 2 orang. Dan kedua orang itu tidak mendapatkan kesempatan unutk bermain. Awalnya mereka berencana melatih dan mengembangkan kemampuan kedua orang itu terlebih dahulu dan kemudian membentuk team baru untuk mereka, tidak di sangka team SOLO di bubarkan. Dia kini tidak tahu bagaimana kabar kedua orang tersebut.
Tong Nian bisa merasa kalau Shangyan pasti merindukan kedua orang pemain tersebut. Shangyan diam, dan dari ekspresi wajahnya, dia tampak sedih.
--
Karena sudah selesai berjalan-jalan, Tong Nian mengajak Shangyan untuk kembali. Shangyan menyuruh Tong Nian untuk kembali duluan, karena kalau mereka kembali bersama, takutnya ada kesalahpahaman (mereka kan backstreet). Lagipula, dia masih harus mengembalikan gitar yang di pinjam-nya.
--
Tong Nian kembali tepat di saat makan siang. Ibu tentu memarahinya yang tadi menghilang dan baru kembali. Tong Nian berbohong kalau dia tadi pergi mencari kamar mandi dan jalan-jalan sebentar.
--

Shangyan selesai mengembalikan gitar tidak langsung kembali. Dia berjalan-jalan sedikit lagi dan melihat-lihat aksesoris yang di jual di pinggil jalan. Dan ada hiasan kucing yang menarik perhatiannya.
Shangyan akhirnya kembali. Dia langsung meminta maaf karena baru kembali. Tadi ada sedikit kerjaan yang harus di urusnya. Kakek mulai mengomeli Shangyan.
--
Kakek dan Shangyan sudah kembali pulang ke rumah. Shangyan menyuruh kakek untuk berisitrahat karena pasti lelah setelah perjalanan panjang. Jika ada apapun, tekan saja bel yang di berikannya. Kakek meminta Shangyan untuk berbincang sebentar dulu dengannya.
Shangyan berkata pada kakek kalau dia masih harus bekerja dan tidak bisa berlama-lama. Pekerjaan yang di urusnya berhubungan dengan pusat (di Norway) dan makanya ada perbedaan waktu (maksudnya, dia kerja malam, tapi itu karena di Norway lagi pagi/siang jam kerja dan membutuhkannya). Kakek berkata kalau ini yang ingin di bicarakannya. Dia ingin Shangyan lebih menjaga kesehatan. Dan juga, jika Shangyan kekurangan uang, beritahu padanya.
Walau kakek selalu mengomeli Shangyan, tapi Shangyan tahu dengan benar kalau kakek sayang dan peduli padanya.
Wu Bai pulang malam. Dan Shangyan langsung menyuruh Wu Bai untuk menjaga kakek, apalagi besok kakek sudah pulang ke Norway. Dan Wu Bai yang akan mengantar kakek hingga ke Norway. Setelah kembali, Wu Bai harus langsung kembali latihan.
Wu Bai melihat Shangyan yang tidak kembali ke kamarnya tapi malah menuju pintu luar. Shangyan berkata kalau dia masih harus bekerja. Besok, Su Cheng juga sudah akan kembali ke Norway. Jadi, dia yang harus mengurus anak-anak K&K.
--
Sebelum tidur, Shangyan mengelus-ngelus kucingnya. Pas sekali, Tong Nian mengirim pesan padanya, bertanya apakah Shangyan sudah tidur atau belum. Shangyang tersenyum dan membalas kalau barangnya ada tertinggal di tas ransel Tong Nian.

Tong Nian langsung membuka tas ranselnya. Dan ternyata, diam-diam, Shangyan sudah memasukkan aksesoris kucing yang di belinya tadi dalam tas ransel Tong Nian sebelum mereka pulang. Tong Nian jelas senang menerima hadiah tersebut.
--
Esok hari,
Shangyan kembali ke rumah untuk mengantar Wu Bai dan kakek ke bandara. Sebelum turun dari kamar, kakek mengajak Wu Bai untuk berbincang. Kakek meminta Wu Bai agar lebih membantu Shangyan. Kakek juga tampak menyesal karena dulu sangat tidak mendukung apa yang Shangyan lakukan dan tidak mau berusaha memahaminya.
Kakek kemudian bertanya apakah Shangyan mau menikah tahun depan? Shangyan tidak mau menjawab tapi karena kakek mendesak, Shangyan akhirnya berkata kalau dia ingin menikah. Kakek kemudian berkata kalau Tong Nian sangat baik dengan Shangyan.
--
Di jalan, kakek meminta berhenti karena ingin ke toilet. Jadi, Shangyan membawanya ke toilet umum sementara Wu Bai menunggu di dalam mobil. Kakek menyuruh Shangyan untuk menunggu di depan toilet saja dan tidak perlu ikut masuk menemaninya.
Sambil menunggu, Shangyan menelpon Su Cheng, memberitahu kalau dia akan terlambat datang ke kantor karena mengantar Wu Bai dan kakek ke bandara.

Setelah itu, pas sekali dia mendapat pesan dari Tong Nian. Tong Nian sedih karena tidak bisa ikut mengantarkan kakek. Dia ingin pergi tapi sudah ada tugas untuk mengawasi ujian. Tong Nian mengingatkan kalau Shangyan sudah berjanji padanya akan membawanya ke Norway untuk menemui kakek.

Shangyan membalas kalau dia sudah berencana untuk membawa Tong Nian ke Norway saat liburan musim panas nanti. Tong Nian sangat senang membaca pesan balasan dari Shangyan.

Shangyan baru teringat kalau kakek belum keluar juga dari toilet. Shangyan langsung masuk dengan panik dan meneriakkan kakek. Dia bahkan terpaksa mendobrak pintu salah satu bilik begitu mendengar suara kakek di dalam. Kakek ternyata lemas dan kesulitan bangun. Begitu melihat Shangyan, dia langsung menyuruh Shangyan untuk tidak khawatir. Dia baik-baik saja dan hanya lupa minum obat tadi pagi.
Shangyan yang khawatir menyuruh kakek untuk memeriksa kesehatan. Mungkin karena sakit, kakek jadi sedikit emosi. Dia hanya mengkhawatirkan Shangyan dan kakek. Dia juga sudah tua, makanya mungkin jadi sakit. Entah sampai umur berapa dia bisa bertahan. Shangyan langsung berkata kalau kakek pasti akan hidup sampai umur 100tahun.


2 Comments

Previous Post Next Post