Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 8 – part 3
Network : Channel 3
Didalam kamar. Unthiga menangis sambil
mempersiapkan dirinya sendiri.
Arm berterima kasih banyak kepada
kedua Paman Anik yang sudah mau datang ke rumah mereka. Dan dengan ramah, paman
Anik mengiyakan. Lalu Arm pun menyuruh Ting untuk segera memanggil Unthiga turun,
karena ini sudah terlalu lama. Dan Ting pun mengiyakan.
Kemudian Arm meminta maaf kepada kedua
Paman Anik. Dia meminta pengertian mereka untuk menunggu sedikit lama, dengan
alasan Unthiga mungkin masih sedang bersiap- siap. Dan mereka mengerti.
Ting mendekati Unthiga yang tampak
sangat sedih. Dia memberitahu kan tentang keluarga Anik yang sudah menunggu
lama. Dan Unthiga mengerti, dia menyuruh Ting untuk turun duluan dan dia akan
menyusul nanti.
“Baiklah,” jawab Ting sambil dengan
lembut memegang tangan Unthiga. Dia menepuk pelan tangan Unthiga untuk
memberinya ketabahan. Lalu dia pun keluar dari dalam kamar.
Unthiga menatap cermin dirinya di
depan cermin. Dan bersiap- siap.
Unthiga akhirnya turun, tapi dia
mengenakan pakaian pendek yang cukup ketat. Dan itu sangat tidak sopan.
Sehingga Nopamat pun menegurnya. Tapi Unthiga tidak peduli dan duduk di tempat
nya sambil menatap kedua paman Anik.
“Cepatlah berbicara. Aku punya janji
malam ini. Aku akan keluar bersama teman ku,” kata Unthiga dengan sikap tidak
sopan.
“Tidak apa. Khun Oun memang suka
bercanda,” kata Anik, berusahan untuk menenangkan Paman nya supaya tidak
khawatir. Dan mereka pun memakluminnya.
Dengan tidak senang, Arm dan Nopamat
menatap ke arah Unthiga yang tidak sopan. Dan kepada Anik yang sudah begitu
berbesar hati memaklumin Unthiga.
Paman Anik kemudian mulai membahas
tentang masalah pernikahan. Tapi Unthiga malah tertawa. Dan Non pun
mempertanyakan, kenapa Unthiga tertawa, dia ingin tahu.
“Ketika kalian bilang ‘kami sudah lama saling mengenal’,”
jelas Unthiga sambil tertawa. “Hey mereka mungkin belum tahu bahwa kita jauh
dari saling menyukai satu sama lain, benar kan?” tanya nya kepada Anik. “Oh.
Tapi jangan khawatir. Lagian pernikahan akan tetap terjadi,” jelas Unthiga
kepada kedua Paman Anik. Lalu dia kembali menatap ke arah Anik. “Kamu harus nya
tahu kenapa kan,” katanya dengan nada sinis.
Unthiga kemudian meminta mas kawin
kepada keluarga Anik. Dengan terkejut, Arm bertanya pelan, apa maksud Unthiga.
Dan Unthiga berpura- pura kaget, dia bertanya apakah dia tidak akan mendapatkan
mas kawin. Kepadahal seharusnya keluarga Anik memberikan mas kawin kepada
mereka. Dan Non pun menjelaskan kepada Arm untuk jangan khawatir, karena ini
memang adalah tradisi, jadi dia akan memberikan mas kawin kepada mereka.
“Kalau begitu, aku minta 50 juta.
Bagaimana?” tanya Unthiga. Dan suasana pun langsung menjadi hening, karena mereka tidak menyangka. “Oh, kalian semua
terlihat pucat. Aku hanya bercanda, siapa yang akan meminta mas kawin sebanyak
itu? Apalagi dari keluarga petani biasa,” sindir Unthiga dengan sikap tidak
sopan kepada keluarga Anik.
Mendengar itu, Non merasa tidak
senang. Arm serta Nopamat pun jadi merasa tidak enak kepada kedua paman Anik.
Tapi tanpa memperdulikan itu, Unthiga pamit kepada mereka dan langsung pergi
darisana.
“Aku minta maaf, ya,” pinta Arm kepada
kedua paman Anik. “Candaan Oun sedikit keterlaluan hari ini,” jelas nya.
“Tapi kelihatannya, putrimu tidak
sedang bercanda,” balas Non. “Atau orang kaya memang begini? Mungkin ada banyak
hal yang belum aku tahu. Jadi aku akan bertanya kepada Anik nanti,” jelas Non.
Mendengar itu, Anik merasa tidak enak
kepada paman nya, karena telah mempermalukan dan mengecewakan mereka berdua.
Arm juga merasa demikian, jadi dia memberitahu kalau masalah mas kawin, dia
tidak terlalu memikirkannya, jadi dia akan ikut terserah bagaiman keluarga
Anik. Dan Non pun mengiyakan.
Lalu kedua paman Anik pamit kepada Arm
serta Nopamat, karena mereka sudah akan mau pulang. Dan Anik meminta mereka
untuk duluan saja.
“Cepat dan pulanglah nanti. Karena aku
punya masalah yang harus dibicarakan denganmu,” jelas Non dengan tegas. Lalu
dia pun pergi duluan.
Ketika Anik melihat kalau Unthiga
sedang minum sendirian diruang tamu, dia pun menghampiri nya. “Bukankah kamu
bilang mau pergi bersama dengan teman mu?”
“Aku berubah pikiran. Hari ini aku
sudah cukup berlakorn nya.”
“Mempermalukan paman ku dan aku,
apakah itu menyenangkan bagimu?”
“Sangat menyenangkan. Tapi jika kamu
masih pantang mundur tentang pernikahan ini, maka bersiaplah untuk merasakan lakorn
yang baru,” ancam Unthiga.
Sayangnya, Anik tidak pantang mundur.
Baginya masalah sekecil ini tidak bisa membuat nya mundur. Bahkan walaupun
Unthiga banyak menghina dirinya. Karena nanti nya, dia akan membuat hidup
Unthiga serasa dineraka. Dan ini belum mencapai gerbang neraka.
Anik kemudian bertanya, apakah Unthiga
bebas siang ini, karena dia akan membawa Unthiga untuk menemui WO (Wedding
Organizer). Dan Unthiga menolak untuk pergi, karena dia tidak ingin menikah
dengan Anik. Bahkan dia bisa datang telanjang ke acara pernikahan, karena
baginya, tidak ada yang lebih buruk daripada menikah dengan Anik.
Mendengar itu, Anik hanya diam saja
dan tersenyum. Lalu Unthiga pun pergi.
Kong* membantu Urawee dan Ampu dalam
hal mengatur pernikahan. Dan kemudian Unthiga datang, dengan ramah dia menyapa
Kong, lalu bertanya kenapa Kong datang ke kantor. Dan Pam langsung menjawab
untuk Unthiga.
“P’Kong akan mendesign kan gaun
pernikahan untuk Wee,” jelas Pam. Dan Unthiga merasa tidak senang mendengar
itu,.
“Wee bilang kamu juga akan segera
menikah. Selamat ya,” kata Kong, tulus. Dan Unthiga pun berterima kasih. Lalu
dia menjelaskan bahwa sebenarnya dia juga ingin Kong mendesign kan gaun
pengantinnya, tapi karena Kong sedang sibuk, maka dia pun tidak jadi. Dan Kong
membalas bahwa lain kali dia akan mendesign kan pakaian untuk Unthiga.
“Apakah itu berarti aku perlu menikah
untuk kedua kalinya nanti?” tanya Unthiga sambil menatap ke arah Ampu. Dan
menyadari itu, dengan canggung Kong menjawab bahwa itu terserah kepada Unthiga,
lalu dia meminta maaf.
Unthiga kemudian dengan sengaja
menyindiri Urawee. Dia mengatakan bahwa untuk gaun pernikahannya, dia akan
menggunakan brand dari luar negri. Karena dia punya banyak pilihan, tidak
seperti Urawee yang terbatas pilihan nya. Mendengar itu, Kong merasa tidak
senang. Dan Unthiga lanngsung tertawa.
“Aku tidak bermaksud meengatai mu,”
jelas Unthiga kepada Kong. “Aku membicarakan tentang Urawee yang tidak memiliki
pilihan,” jelas nya. Lalu dia pun berjalan pergi.
Dengan pengertian, Ampu langsung memeluk
bahu Urawee untuk menenangkan nya supaya tidak mudah tersulut emosi. Sementara
Kong, dia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri supaya bersabar pada orang
seperti Unthiga.
“Wee, apa kamu sudah punya WO untuk pernikahan
mu? Apa kamu ingin rekomendasi?” tanya Kong, perhatian. Dan Unthiga mendengar
itu, lalu dia pun berhenti.
“Tidak apa. Kamu tidak perlu
mempekerjakan siapapun. Aku hanya ingin pernikahan yang sederhana saja,” jawab
Urawee. Dan mendengar itu, Unthiga tampak tidak senang.
Unthiga masuk ke dalam ruangan dengan
kesal. Lalu Sunisa datang menemuinya. Sunisa memberikan daftar list tamu
undangan Arm yang akan diundang ke pernikahan Unthiga. Tapi ketika memberikan,
Sunisa malah salah memberikan kertas kepada Unthiga. Yang diberikannya adalah
list acara dan tamu undangan milik Urawee Dan menyadari itu, Sunisa pun segera
mengeluarkan kertas list yang benarnya.
“Kamu membantu pernikahan Wee juga?”
tanya Unthiga, tidak senang. Dia melihat kertas baru yang berisikan list tamu
undangan.
“Khun Wee tidak mempekerjakan WO untuk
acara nya, jadi aku hanya menawarkan sedikit bantuan saja,” jelas Sunisa.
“Dia akan menikah, tapi tidak
menggunakan Wo. Dia bersikap seperti dia tidak ingin menikah,” komentar
Unthiga. Dan Sunisa dengan cepat pamit kepadanya, lalu dia pun pergi.
Ketika Sunisa telah keluar dari
ruangannya, Unthiga baru melihat kalau Sunisa meninggalkan sesuatu di meja nya.
Jadi dia pun memanggil Sunisa, tapi Sunisa sudah ke buru pergi. Lalu karena
penasaran apa itu, Unthiga pun membaca dokumen yang tertinggal di atas meja nya
tersebut. Dan itulah adalah list acara milik Urawee. Setelah membaca dokumen
itu, dia tersenyum memikirkan sebuah ide.
Anik merasa heran, ketika Unthiga
mengirimkan pesan kepadanya. Unthiga mengatakan bahwa dia yang akan mengurus WO
untuk pernikahan mereka. Dan membaca pesan itu, Anik memang merasa heran, tapi
dia malas untuk banyak berpikir. Jadi dia pun membiarkan nya saja, dan tidak
membalas pesannya.
Ampu membawa Urawee melihat- lihat
rumahnya. Dan Urawee merasa cukup senang melihat rumah Ampu yang tampak nyaman.
“Sekarang ini rumahku, tapi segera,
ini akan menjadi rumah pengantin kita,” jelas Ampu. Dan Urawee tersenyum senang
mendengar itu. “Sebenarnya, aku membawamu kesini hari ini adalah karena mana
tahu ada yang ingin kamu ubah.”
“Aku orang yang sederhana. Aku tidak
pemilih.”
“Tidak. Segera ini akan menjadi rumah
mu juga. Aku ingin kamu menjadi bagian didalam nya,” jelas Ampu, tegas.
Mendengar itu, Urawee tertawa pelan.
Sebab Ampu tampak sangat serius dengan pernikahan ini. Dan Ampu menjawab bahwa
tentu saja dia serius, lalu dia bertanya, apakah Urawee tidak serius dengan
pernikahan mereka ini. Dan Urawee langsung menjawab bahwa dia serius, tapi dia
hanya belum terbiasa dengan yang namanya pernikahan. Dan Ampu mengerti.
“Kamu ingin minum apa? Bagaimana
dengan kopi? Aku akan membuat nya untukmu.”
“Apa kamu punya orange juice? Aku mau
orange juice,” jawab Urawee.
“Eh, barusan ada yang bilang, kalau
dia tidak pemilih?” canda Ampu. Lalu dia pun menyuruh Urawee untuk menunggu
sebentar. Dan Urawee tersenyum mengiyakan.
Ampu kemudian menyiapkan orange juice
untuk Urawee. Dan di belakangnya, Urawee menatap nya dengan pandangan seolah dia
merasa bersalah kepada Ampu.
Unthiga membahas tentang acara
pernikahan nya dengan seorang Wo terbaik. Anik kemudian datang, dan mendengar
semua pembicaraan Wo tentang acara pernikahan yang akan diadakan. Anik
berkomentar bahwa itu semua tampak terlalu mewah.
“P’Note. Ini Khun Anik. Calon
suamiku,” kata Unthiga memperkenalkan Anik.
“Sangat tampan,” puji Note. “Sangat
cocok sebagai calon suami dari Ratu salju.”
“Ratu salju?” tanya Anik.
“Ya. Ratu salju. P’Note menggunakan
legenda Ratu salju sebagai tema pernikahan kita.”
“Benar. Dan aku bisa menjamin hasil
koleksi ku. Aku bisa mencarikan mu sebuah gaun pernikahan senilai 10 jutaan
dolar,” jelas Note dengan riang.
Mendengar harga yang disebutkan oleh
Note itu, Anik langsung menarik tangan Unthiga untuk berbicara. Dia mengeluhkan
cara Unthiga mengatur acara pernikahan, karena Wo yang Unthiga pekerjakan
tampak sangat mudah menghabiskan uang.
“Harga ini bukan apa-apa untuk
seseorang dengan status seperti ku. Beda dengan mu yang tidak punya banyak
uang,” jelas Unthiga, menghina Anik.
“Kamu menghina ku.”
“Yah. Dan aku tidak merasa bersalah
sama sekali. Kamu sendiri yang bilang, kamu akan membawa ku ke neraka. Dan
harga tour ke neraka, itu tidak murah. Jika kamu tidak bisa menanggung nya,
maka mundur lah,” balas Unthiga, kasar.
Anik merasa tidak senang. Tapi Unthiga
tidak peduli. Menurutnya, dia tidak sekejam itu, karena dia bahkan telah
merendahkan dirinya sendiri kepada Anik di hotel itu. Kualitas hotel seperti
itu, biasanya dia gunakan sebagai perberhentian nya saat ingin menggunakan
toilet saja.
Mendengar itu, Anik cuma bisa diam
saja. Dan tanpa memperdulikan hal itu, Unthiga kembali kepada Note dan
melanjutkan pembicaraan nya dengan Note.
Tepat disaat itu, Arm pulang. Dan
melihat Anik disana, dia pun memanggil Anik.
Ampu dan Urawee membagikan undangan
mereka kepada para kenalan. Dan seorang kenalan mereka, ketika dia menerima
undangan itu, dia merasa heran, karena waktu, hari, tanggal, dan tempat
pernikahan Ampu serta Urawee, itu sama persis dengan undangan yang sebelumnya
dia terima dari orang lain. Dan dia pun mengecek undangan tersebut.
Saat si kenalan mengeluarkan undangan
yang lain itu, Ampu merasa terkejut melihat sampul pada undangan itu, jadi dia
pun meminta izin untuk melihatnya. Lalu setelah melihat undangan itu, dia
memberikan nya kepada Urawee untuk dilihat juga. Dan dengan heran, Urawee pun
melihat nya, dan dia tampak merasa kesal setelah melihat nya.
Dikantor. Para karyawan sibuk membahas
tentang pernikahan Urawee dan Unthiga yang di adakan secara bersamaan dan di
tempat yang sama juga. Mereka menebak kalau para tamu pasti nantik bakal
kebingungan harus hadir di acara pernikahan yang mana. Dan pastinya tidak ada
cukup uang untuk diberikan kepada keduanya.
“Tidak sulit untuk memilih. Pilih saja
pernikahan paling megah. Dengan hadiah yang mewah. Itu lah yang harus di
hadiri,” komentar Suam. Mendengar itu, mereka setuju.
“Kemudian itu tidak akan sulit untuk
memutuskan. Karena hadiah di pernikahan ku adalah dari Marc Jacobs,” kata
Unthiga, ikut masuk ke dalam obrolan mereka semua. Dan mendengar itu, mereka semua
langsung menjawab kalau mereka pasti akan menghadiri pernikahan Unthiga.
Lalu ketika mereka melihat majalah
terkenal ICONIC yang sedang dipegang oleh Unthiga, mereka semua pun langsung
merasa tertarik. Dan Unthiga dengan bangga menunjuk kan foto nya bersama Anik
yang berhasil masuk ke dalam majalah tersebut.
Saat Unthiga menyadari kalau Fai
sedang membantu Urawee dan Ampu untuk mengeditkan foto pernikahan . Dia
langsung menyindir Ampu dengan suara keras. Sehingga Ampu yang berada di dalam
ruangan bisa mendengar.
“Yah ampun. Untuk mengambil foto
pernikahan, mereka seharusnya memperkerjakan seorang profesional. Lihat ini.
Cahaya nya tidak terlalu bagus. Apa mereka benar- benar ingin menikah?” sindir
Unthiga dengan sengaja. Dan mendengar itu, Ampu tidak mau peduli.
Tepat disaat itu Urawee datang. Dan
ketika dia melihat foto Anik serta Unthiga yang berada di sampul majalah, dia
pun langsung meminjam nya dan melihat nya. “Bahkan jika kamu memperkerjakan
seorang fotografer profesional dan penata rias terbaik di kota. Tapi jika tidak
ada perasaan dan emosi. Maka wajah mu hanya akan terlihat seperti mayat saja,”
kata Urawee, balas menyindir Unthiga.
“Kamu mengatakan ini karena kamu
memang benar berpikir seperti itu atau itu hanya karena kamu merasa iri?” balas Unthiga. Dan
sambil tersenyum, Urawee mengabaikan nya dan berjalan pergi begitu saja.
Dengan tidak senang, Unthiga pun
langsung mengikuti nya. Melihat itu, Ampu merasa cemas akan terjadi
bertengkaran antara mereka berdua seperti biasanya.
Unthiga duduk di dalam ruangan Urawee.
Dan dia kembali menyindir Urawee, kali ini tentang tamu undangan yang sama-
sama mereka undang ke acara pernikahan.
“Aku dengar kamu mengundang Khun
Charerm, ketua perusahaan iklan sebagai ketua di acara pernikahan mu? Tapi aku
minta maaf ya, aku sudah mengundang nya duluan. Saudara memang memiliki
pemikiran yang sama,” jelas Unthiga, tanpa rasa bersalah sama sekali.
“Benar. Kita berpikiran sama untuk
segalanya. Hari, waktu, dan lokasi. Segalanya sama. Sebenarnya, mengapa kamu
melakukan ini? Apa kamu sakit?” balas Urawee.
“Tidak. Aku hanya ingin mengingatkan
mu, kalau kamu tidak akan pernah bisa menjadi di atas ku. Bahkan pernikahanmu
akan terkubur oleh pernikahan ku. Tidak akan ada seorang pun yang
memperhatikanmu,” jelas Unthiga penuh kebencian.
Tapi mendengar itu, Urawee sama sekali
tidak merasa kesal, malahan dia merasa lucu, jadi dia pun tertawa. “Jika kamu
ingin membuktikan nya dengan pernikahan ini. Maka aku pikir, kamu lah yang
telah kalah. Kamu memperkerjakan WO nomor 1 untuk mengatur pernikahanmu. Dan
mengenakan gaun mahal. Tapi itu tidak berharga di mataku. Kamu tahu mengapa?”
tanya Urawee. “Karena aku mendapatkan Khun Ampu. Dia lebih berharga,” tegas
Urawee sambil tersenyum.
Mendengar itu, Unthiga merasa marah
dan langsung berdiri. Dengan senang, Urawee tertawa dan menyuruh Unthiga untuk
melanjutkan saja pesta pernikahan yang Unthiga banggakan itu. Karena itu tidak
bisa dibandingkan dengan apa yang telah di dapatnya.
Dengan kesal, tanpa bisa membalas
apapun, Unthiga pun berbalik untuk pergi saja. Tapi Urawee langsung berbicara
lagi. “Dan seragam pesawat itu. Aku sudah mengirimkan nya sesaat yang lalu. Apa kamu sudah selesai?
Fokus lah pada pekerjaan mu juga Oun. Jangan hanya beromong kosong dan tergila-
gila pada pria saja setiap hari nya.”
Dengan sangat kesal, karena memang
tidak tahu harus menjawab apa. Maka Unthiga pun berjalan pergi darisana. Dan
Urawee tersenyum puas melihat itu.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen