Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 11-1


Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 11-1
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI

Park Sae Ro Yi mendapat telepon dari PD acara ‘Kedai Terhebat’ yang menawarkan kedai DanBam untuk ikut serta dalam program acara tersebut. Mendengar Sae Ro Yi di telepon oleh PD, Yi Seo jadi bersemangat dan ingin mengambil alih bicara dengan PD di telepon. Akan tetapi, Sae Ro Yi tidak memberikannya dan memberi tanda dengan tangannya. Sae Ro Yi sok jual mahal tidak ingin ikut acara itu karena kedai mereka sekarang sudah berjalan cukup baik tanpa harus mengikuti acara tersebut. PD akhirnya berkata kalau DanBam sekarang tidak perlu membayar lagi untuk ikut dalam acara itu. Sae Ro Yi tidak memberikan jawaban pasti dan hanya menjawab kalau dia akan berdiskusi dulu dengan staff-nya baru memberi kabar kembali.

Selesai telepon itu, semua staff langsung membicarakan mengenai acara tersebut. Seung Kwon tampak kesal karena dulu Kedai Terhebat sudah menolak mereka. Yi Seo berujar kalau DanBam telah menjadi isu besar karena Jangga. Korban perusahaan besar yang berhasil melawan balik dan membuat sebuah kedai.
Mendengar ucapan Yi Seo, semua jadi merasa tidak enak. Apa yang Yi Seo katakan tidak salah, tapi mereka tidak enak pada Geun Soo yang bagaimanapun adalah putra dari Presdir Jang. Yi Seo merasa tidak salah dengan ucapannya yang terlalu blak-blakan. Dan juga, mereka mendapat banyak permintaan untuk menggunakan nama DanBam kan?
“Kapan cuti Hyun-yi selesai?” tanya Sae Ro Yi.
“Satu pekan lagi,” jawab Seung Kwon.
“Kalau begitu, waktunya cukup untuk ikut,” timpal Yi Seo.
Sae Ro Yi akhirnya meminta pendapat semuanya, apa mereka setuju mengikuti acara ini? Seung Kwon, Tony dan Geun Soo setuju. Dan karena semuanya setuju, Sae Ro Yi jadi mempertimbangkan untuk ikut dalam acara itu. Tiba-tiba, Geun Soo berdiri dari kursinya dan ingin mengatakan sesuatu.
“Aku akan keluar… dari DanBam,” ujar Geun Soo.

Semua terkejut, kecuali Yi Seo. Sae Ro Yi tidak memberikan jawaba dan menyuruh Geun Soo untuk bicara berdua dengannya di atap. Sae Ro Yi pergi duluan. Geun Soo menyusul, tapi sebelum Geun Soo menyusul, Yi Seo bertanya alasan Geun Soo keluar. Sebelumnya, Geun Soo bertahan di DanBam walau sebenarnya Geun Soo tahu dia tidak pantas, tapi kenapa mau berhenti sekarang?
“Karena kau,” jawab Geun Soo, tersenyum tipis dan kemudian naik ke atap.
--

Di atap, Sae Ro Yi menyuruh Geun Soo untuk tidak usah merasa enak padanya karena masalah keluarga Geun Soo dengannya. Geun Soo langsung membantah kalau bukan itu alasannya ingin berhenti.
“Entah kau tahu atau tidak, aku ini anak haram. Hidup sebagai anak haram di Jangga membuatku selalu dengar satu hal. "Kau tak usah berambisi. Hiduplah sesuai asalmu. Jadilah lintah." Karena kata-kata itu, aku tak pernah menginginkan sesuatu dalam hidup. Aku hidup seperti itu,  tapi kau... Mungkin ini tentang "cara hidupmu"? Sangat bersemangat. Aku pasti belajar sesuatu di sini. Kurasa diriku sedikit berubah,” jelas Geun Soo, mengenai alasannya berhenti. Tapi, alasan sebenarnya, adalah karna ucapan Yi Seo hari itu, yang menyuruh-nya menjadi pewaris Jangga jika begitu menginginkannya. “Aku akan berubah,” tekad Geun Soo.

“Aku tak mengerti alasanmu, tapi tak bisa kuhentikan,” jawab Sae Ro Yi, memberikannya izin untuk berhenti dari Jangga. “Semangat!”
--

Soo Ah mengunjungi Geun Won di penjara. Melihat kedatangan Soo Ah, Geun Won langsung sumringah. Dia mengira Soo Ah datang karena cemas padanya dan dengan pede-nya, dia menyuruh Soo Ah untuk tidak usah cemas karena dia akan segera keluar.

Soo Ah memberitahu tujuannya datang adalah karena di suruh oleh Presdir Jang. Wajah Geun Son berubah sedih tapi berusaha agar terdengar tetap optimis. Dia yakin kalau ayahnya tidak akan membiarkannya karena bagaimanapun, dia adalah pewaris Jangga. Jadi, dia menyuruh Soo Ah menyampaikan pada Presdir Jang untuk tidak khawatir. Dia baik-baik saja di sini.
Ekspresi wajah Soo Ah tampak berbeda. Dia akhirnya mengeluarkan dokumen yang dari tadi di bawanya.
“Ini adalah kontrak untuk mentransfer semua sahammu,” beritahu Soo Ah. “Atas perintah Pak Jang, semua sahammu harus dikembalikan.”
Geun Won jelas terkejut mendengarnya. Dia di khianati lagi oleh ayahnya. Saking terkejutnya, Geun Won tidak tahu harus bereaksi bagaimana dan hanya tertawa berusaha menahan amarahnya. Wajah Geun Won sampai berubah menjadi merah saking marahnya.
--
Sekr. Kim melapor pada Presdir Jang kalau proses pengembalian saham telah selesai di lakukan. Presdir Jang jelas lega mendengarnya. Baru selesai satu masalah, sudah timbul masalah lain. Geun Soo datang ke perusahaan untuk menemuinya.
Dengan blak-blakan, Geun Soo berujar kalau dia ingin mulai belajar mengenai manajemen Jangga. Bukankah nanti, dia yang akan memimpin Jangga?
Presdir Jang menatap-nya dengan ekspresi tidak percaya atas ucapan yang Geun Soo katakan.
“Jangga, tempatmu mendedikasikan hidup, apa bisa Ayah biarkan diurus oleh orang asing? Ayah tidak punya… alternatif, 'kan?” tanya Geun Won, mengintimidasi.
Presdir Jang tampak memikirkan ucapan Geun Won.
--


Seung Kwon merasa sedih dengan keluarnya Geun Soo. Dia menyarankan untuk melakukan pesta perpisahan. Sae Ro Yi setuju dengan hal itu, tapi Geun Soo sudah pergi. Tony berkomentar kalau kedai terasa sepi tanpa Geun Soo. Dia juga penasaran dengan alasan Geun Soo berhenti. Seung Kwon langsung berujar kalau itu karena seseorang (menyindir Yi Seo).
Tidak lama, kedai kedatangan seseorang. Siapa?
Hyun Yi yang kembali masuk setelah cuti. Penampilannya berubah menjadi feminim dan lebih cantik. Dengan malu-malu, Hyun Yi memberitahu kalau operasinya berjalan lancar. Dia akan kembali bekerja besok. Dia datang hari ini untuk mengabari kalau dia sudah kembali. Seung Kwon terus menatapnya, tampak terpesona.
Sae Ro Yi memuji Hyun Yi yang cantik. Yi Seo setuju dan berujar kalau Hyun Yi lebih cantik darinya. Tony pun memujinya. Seung Kwon membenarkan dengan canggung.
“Kau tahu kondisi kita, 'kan?” tanya Sae Ro Yi.
“Aku dengar tentang Geun-soo dan Kedai Terhebat. Banyak hal terjadi selama aku tak di sini.”
“Mari kita luangkan waktu dengan Geun-soo di lain waktu. Bagaimana menurutmu dengan acara itu?”
“Kenapa kau masih tanya? Itu kesempatan baik. Tentu harus diambil,” jawab Hyun Yi.
Dan tentu semua senang dengan jawabannya tersebut.
--
Soo Ah memberikan laporan mengenai perkembangan kedai Itaewon pada presdir Jang. Presdir Jang tampak menyukainya. Dia memberikan perintah baru agar Soo Ah berhenti mengurusi cabang kedai dan kembalilah ke team Perencanaan. Dan juga, proyek yang di urus Geun Won, program Kedai Terhebat, Soo Ah yang akan mengambil alih. Dan juga, bantu satu hal lagi.
“Bantu apa?”
Presdir Jang menyalakan interkom telepon dan menyuruh orang itu untuk masuk. Maka, masuklah Geun Soo dengan mengenakan jas.
“Dia adalah putra keduaku. Ajari dia dengan baik selama dia berada di bawahmu,” perintah Presdir Jang.
Soo Ah jelas terkejut.
--
Soo Ah membawa Geun Soo ke kantor team Perencanaan. Dia menunjukkan yang mana meja kerja Geun Soo dan juga memberikan buku manual Departemen Perencanaan. Buku itu sangat tebal. Soo Ah menjelaskan kalau dept. Perencanaan harus bisa banyak hal dan hal – hal dasar yang di perlukan tertulis di buku itu.

“Kenapa kau berhenti dari DanBam?” tanya Soo Ah, pada akhirnya.
“Aku ingin memiliki sesuatu. Aku berambisi akan sesuatu. Aku bisa dapat itu bila di Jangga. Karena itu... Aku akan belajar keras, Manajer Oh.”
--


Nenek rentenir menagih hutang ke rumah-rumah. Salah seorang yang rumah-nya di datangi memohon pada nenek untuk tidak mengambil uangnya dan memberikannya waktu sedikit lagi karna anaknya harus makan. Nenek tampak kasihan, tapi saat dia melihat ke dalam rumah pria itu dari pintu yang terbuka, tampak tumpukan botol soju kosong. Rasa kasihan itu berubah menjadi rasa marah. Dia memarahi pria itu yang kenapa harus punya anak jika tidak bisa memberi makan?! 
Semua hal itu terlihat oleh Tony. Tony tampak kasihan pada pria itu, karenanya dia mengikuti nenek. Dia berujar kalau dia menyukai nenek, tapi nenek ternyata jahat.
“Apa yang kau katakan? Astaga, apa aku jahat karena meminta kembali uang yang dipinjam?”
“Bagaimana dengan anak itu? Bagaimana dia makan?”
“Dia punya uang untuk minum, tapi tak punya untuk beri makan anak. Itu konyol,” gumam nenek.
“Tetap saja.”
“Diamlah,” perintah nenek.
--
Kedai DanBam mendapat banyak tamu, karenanya di dapur Hyun Yi menjadi sangat sibuk. Sambil menyiapkan makanan yang lain, Hyun Yi meminta bantuan Tony untuk menambahkan MSG kepada honghaptang  yang sedang di masaknya. Tony mengiyakan.

Akan tetapi, Tony tidak fokus karena masih memikirkan sikap nenek tadi. Karena tidak fokus, Tony bukannya memasukkan MSG malah menambahkan bubuk kari ke honghaptang. Seung Kwon yang kebetulan masuk ke dapur untuk menanyakan pesanan, mencium bau kari. Dia jelas heran karena mereka kan tidak punya menu kari.

Hyun Yi langsung melihat kuah honghaptang-nya yang bewarna kuning karena bubuk kari. Dia langsung memarahi Tony karena sudah salah memasukkan bumbu.
Seung Kwon merasa penasaran dan mencoba kuah honghaptang. Tanpa di duga, rasanya enak.
--

Acara Kedai Terhebat,
Pada kompetisi babak pertama kali ini, Hyun Yi memasak honghaptang kari.
Acara tersebut di tonton oleh semua staff DanBam dengan hati deg-degan melalui laptop. Saat di bacakan pemenangnya, adalah Ma Hyun Yi dari Kedai DanBam. Semua langsung bersorak girang. Mereka juga langsung memeluk Hyun Yi.
Hyun Yi sampai kesal. Kenapa? Karena yang di tonton adalah siaran ulang dan mereka sudah menonton-nya berulang kali. Tapi, setiap kali di tonton, mereka selalu saja bertingkah heboh seolah tidak tahu siapa yang menang.
Sae Ro Yi memuji Hyun Yi yang menang posisi pertama artinya Hyun Yi nomor satu di negara ini. Yi Seo juga memujinya sebagai kepala dapur DanBam yang tentu saja hebat. Seung Kwon langsung menyindir Yi Seo yang dulu bahkan ingin memecat Hyun Yi. Yi Seo langsung sok amnesia tidak ingat hal itu.
Di saat itu, kedai DanBam kedatangan seorang tamu pria dengan penampilan necis. Dia datang bukan sebagai tamu, tapi ingin bertemu dengan pemilik kedai DanBam.
--

Sae Ro Yi dan Yi Seo membawa pria itu ke atap untuk berbincang. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Presdir JM Holdings, Do Jung Myeong. Dan tujuannya datang karena tertarik untuk mewaralabakan DanBam.
“Kau pemilik JM Holdings dan tertarik mewaralabakan bisnis kami? Apa kau datang untuk berinvestasi?” tanya Yi Seo, bersemangat.
“Kau langsung paham,” benarkan tn. Do.
“Bagaimana kau tahu tentang kami?” tanya Sae Ro Yi.
“Walau perusahaan investasi, kami punya banyak anak perusahaan lain. Seperti perusahaan desain interior. Kami sedang mencari kedai untuk dijadikan waralaba dan aku menonton Kedai Terhebat beberapa saat yang lalu.”
Yi Seo terus tersenyum senang, sementara Sae Ro Yi tetap memasang wajah datar-nya. Sae Ro Yi tampak memikirkan sesuatu.
--

Presdir Jang melihat berita mengenai kedai DanBam yang menang posisi pertama dari babak pertama. Dia tampak marah. Soo Ah dan Geun Soo ada di ruangannya juga. Soo Ah tahu alasan kemarahan Presdir, jadi dia meminta maaf. Geun Soo tidak mengerti dan malah menjelaskan pada Presdir kalau Kedai Terhebat adalah program kompetisi dan di lakukan dengan format turnamen. Kedai DanBam memang menang babak pertama dan lolos ke babak berikutnya, tapi untuk babak terakhir, hal itu tidak berguna.
“Cukup,” perintah Soo Ah.
Geun Soo tidak mendengarkannya dan malah terus bicara. Dia bahkan dengan bangga memberitahu kalau Jangga berada di posisi kedua.
“Sepertinya kau senang karena berhasil jadi yang kedua,” sinis Presdir Jang.
“Maafkan kami, Pak. Aku akan ajari dia lagi,” ujar Soo Ah, cepat.
“Aku yang harus ajari anakku. Keluarlah kau, Manajer Oh.”
Soo Ah tidak membantah. Dia menundukkan kepala, pamit dan berjalan keluar ruangan.
“Wajahmu terlihat bodoh. Sepertinya kau masih tak bisa membaca situasi,” marah Presdir Jang.
“Benar. Kita adalah kedai terenak kedua di seluruh penjuru negeri. Kenapa Ayah seperti ini? Apa karena juara pertamanya adalah kedai Saeroyi?” tantang Geun Soo, balik.
“Kau tahu apa itu Jangga? Kita nomor satu di bisnis makanan. Lalu apa? Ini turnamen, dan itu baru babak pertama? Jadi, posisi kedua sudah sangat baik? Kita selalu nomor satu, karena itu kita yang terbaik di bisnis ini. Dan kau merusaknya. Ayah berharap banyak karena tekadmu yang besar. Namun, kau masih saja polos. Kau ingin memimpin Jangga? Ayah tak punya alternatif? Omong kosong. Berada di puncak. Untuk hal itu ayah bahkan membuang anak sulung ayah. Karena itu, bagi ayah, takkan sulit membuangmu. Keluar.”
Mendengar ucapan Presdir, Geun Soo seperti tahu kesalahannya. Dia menundukkan kepala dan meminta maaf, sebelum keluar dari ruangan.
Begitu keluar, di depan sudah ada Soo Ah yang menunggnya. Soo Ah menyindir Geun Soo yang di kiranya pintar tapi ternyata tidak. Karyawan biasa seperti Geun Soo berani bicara sembarangan dengan Presdir di depan atasan (dirinya)? Kepercayaan diri darimana itu? Hubungan darah? Yang Geun Soo harus ingat adalah Jangga berbeda dari DanBam. Jangga adalah perusahaan yang punya struktur jelas. Entah Geun Soo putra Presdir atau bukan, dia tak perlu orang berotak kosong dalam team-nya.
“Aku terima semua, tapi... "Hubungan darah" dan "putra Presdir"... Aku harap tak kau ucapkan di depanku. Kau tak tahu bagaimana aku lahir dan hidup sampai sekarang, 'kan?” marah Geun Soo.
“Begitukah? Tapi begini. Kau anak tanpa kualifikasi, jadi, bagaimana kau bisa masuk ke sini tanpa wawancara sama sekali? Bukankah karena kau anak Presdir? Aku tak tertarik dengan kisahmu. Kalau kau tak suka dengar hal itu, bekerjalah dengan baik,” balas Soo Ah, sinis.
Geun Soo tidak bisa membantah karena memang dia masuk ke perusahaan dengan mudah dengan koneksi, yaitu melalui Presdir Jang.
--

Seung Kwon sibuk melihat berita Hyun Yi yang menjadi viral karena kemenangannya di acara Kedai Terhebat. Tidak hanya itu, kedai DanBam juga mengalami peningkatan pelanggan. Dan juga banyak tawaran untuk membuka waralaba dan investasi. Sae Ro Yi merasa ini seperti waktu yang tepat untuk membuat merk DanBam. Yi Seo setuju akan hal itu.

Yi Seo bahkan mengeluarkan dokumen yang berisi mengenai interior, resep juga manual karyawan yang sudah di buatnya selama ini. Sangat lengkap. Sae Ro Yi memujinya yang sangat hebat.
“Sepertinya kita bisa buat cabang hanya dengan ini,” ujar Sae Ro Yi. “Banyak orang yang ingin merek DanBam. Berarti satu demi satu cabang akan dibuka. Kita buat contoh kesuksesan kita dan maju ke pameran...”
“Tunggu sebentar,” potong Yi Seo. “Kenapa kau berputar jauh? Bukankah kita dapat tawaran investasi dari perusahaan?”
“Terlalu cepat untuk mencari investasi untuk memulai sesuatu.”
“Maksudmu?”
“Kita sekarang hanya punya satu kedai. Kita belum pernah buka cabang.”
“Bos, kita beroperasi dengan baik bahkan di gang terpencil ini. Butuh apa lagi?”
“Bagi para pemilik cabang, hidup mereka bergantung pada ini. Apa kau yakin kita tak akan gagal?”
“Bagaimana bisa ada toko... yang tak berisiko gagal?”
“Menurutku, lebih aman membuka cabang satu per satu dibandingkan membuka banyak cabang sekaligus,” ngotot Sae Ro Yi.
“Karena itu, kita sudah dapat perusahaan yang ingin berinvestasi. Kita ambil uang itu dan membuat sistem yang bisa mengurus beberapa cabang. Bila kita buka satu demi satu, kapan kita menyamai Jangga?” marah Yi Seo.
--

Malam hari,
Sae Ro Yi mengunjungi Ho Jin dan memberitahu perdebatan-nya dengan Yi Seo. Ho Jin menilai apa yang Yi Seo katakan ada benarnya. Sae Ro Yi setuju kalau semua perkataan Yi Seo selalu ada benarnya. Hanya saja, dia ingin mencari solusi terbaik.
Dan karena itu juga, Sae Ro Yi meminta Ho Jin untuk mencari informasi mengenai tn. Do Jung Myeong. Ho Jin pernah mendengar namanya dan perusahaannya cukup terkenal dalam investasi. Untuk berjaga-jaga, dia akan mencari tahu lebih banyak.
Sae Ro Yi kemudian menanyakan bantuannya tempo hari. Ho Jin langsung mengeluarkan dokumen yang waktu itu Sae Ro Yi minta. Ho Jin sudah mengurus perpanjangan visa Tony selama tiga tahun. Dan juga, dia kan sudah bilang untuk tidak menerima pekerja asing. Dia tidak masalah mengurus visa, tapi tidak tega melihat Sae Ro Yi yang repot harus menyebar brosur pencarian ayah Tony. Sae Ro Yi merasa hal itu tidak merepotkan karna dia juga banyak waktu.
“Kalau begitu, bantu aku memeriksa JM Holdings. Aku pamit,” ujar Sae Ro Yi, beranjak pergi.
--

Yi Seo ada di DanBam, menjaga kasir. Saat itu, dia mendapat telepon dari tn. Do yang menanyakan keputusan mereka. Itu karena dia sudah mencoba menelpon Sae Ro Yi, tapi tidak di angkat. Dia takut kalau mereka merasa terganggu karenanya. Yi Seo berbohong kalau bosnya orang yang sangat teliti dan dia juga mendengar bagian internal sedang berdiskusi positif. Jadi, tolong tunggu sebentar lagi. tn. Do mengerti tapi tidak bisa menunggu terlalu lama. Yi Seo mengerti akan hal itu.
--
Sae Ro Yi sedang sibuk menempelkan brosur mencari ayah Tony. Di brosur ada foto Tony masih kecil dengan ayahnya.
--

Nenek rentenir datang ke DanBam dan meminta seporsi beondaegitang dan semangkuk nasi. Yi Seo yang melayaninya, tampak kesal dan menegaskan kalau nenek tidak bisa memesan menu tambahan mereka saja. Nenek tidak peduli karena Sae Ro Yi (nenek memanggilnya : Kepala kastanye) mengizinkan.
Kebetulan sekali, Sae Ro Yi tiba. Nenek langsung memanggilnya dan memesan padanya dan Sae Ro Yi mengiyakan.
Sae Ro Yi menemui Tony dan memberikan dokumen aplikasi visa Tony. Tony jelas merasa terharu dan sangat berterimakasih atas bantuannya. Seung Kwon merasa kasihan pada Tony yang harus mengurus banyak dokumen hanya untuk bisa tinggal di Korea. Sangat sulit menjadi orang asing. Tony menegaskan kalau dia orang Korea.

Nenek yang mendengar pembicaraan mereka, kepo. Dia bertanya asal Tony darimana. Tony dengan sumringah menjawab kalau dia berasal dari Guinea, negara di Afrika. Mendengar nama negara itu, entah kenapa, wajah nenek tampak berbeda.
Tidak lama, polisi patroli datang dengan membawa banyak selebaran yang tadi Sae Ro Yi tempel. Nenek langsung bergegas pergi, tapi sebelumnya, dia mengambil salah satu selebaran yang ada di atas meja kasir.
Polisi datang karena mendapat laporan dari masyarakat. Yang Sae Ro Yi lakukan itu adalah pemasangan iklan ilegal. Dan karena itu, Sae Ro Yi di denda 100.000 won. Dan polisi memperingatinya untuk tidak melakukannya lagi.
Setelah polisi pergi, Seung Kwon memuji Sae Ro Yi. Sejak kapan Sae Ro Yi menempelkan brosur itu? Sae Ro Yi menjawab sudah sekitar 1 bulan. Mendengar itu, Tony semakin berterimakasih. Seung Kwon menyuruh Tony untuk tidak khawatir karena mereka akan membantu mencarinya bersama.
Yi Seo yang dari tadi diam, akhirnya, mengajak Sae Ro Yi untuk bicara berdua.
Tony hendak menghidangkan pesanan nenek, tapi nenek malah sudah menghilang.
Nenek berjalan dengan membawa brosur itu dan tampak pucat. Dia tampak shock. Matanya juga tampak sedih.
--

Di atas atap, Yi Seo ingin tahu apa komentar Ho Jin mengenai perusahaan tn. Do. Sae Ro Yi menjawab kalau Ho Jin bilang itu perusahaan investasi terkenal dan dia juga meminta Ho Jin memeriksa sesuatu dan dia akan memikirkannya lagi.

“Lalu apa? Apa akan yang kau lakukan bila bus telah lewat? Presdir Do meneleponku hari ini. Dia tak bisa terus menunggu. Membantu Toni dan ayahnya serta hal-hal lain sangatlah baik. Tapi itu semua ada waktunya dan kita perlu belajar tentang prioritas. Apa hanya aku yang khawatir? Kenapa kau selalu buat orang menjadi tidak sabar? Memang aku yang jahat dan tak berperasaan di sini. Tentu saja. Kau yang memutuskan semua ini. Aku akan mengikuti keputusanmu. Namun, tetap saja. Apa kau tak bisa percaya padaku?” kesal Yi Seo.
“Apa kau yakin?” tanya Sae Ro Yi.
“Apa?” kaget Yi Seo, mendapat pertanyaan itu. “Ya,” jawab Yi Seo, untuk pertanyaan Sae Ro Yi.
“Baiklah. Kalau begitu, kita lakukan.”
“Itu bagus. Tapi kenapa tiba-tiba?”
“Karena aku percaya padamu,” jawab Sae Ro Yi dan merangkul Yi Seo. “Bagaimana bisa kau jahat dan tak berperasaan? Masalahnya di bos yang bodoh ini. Maafkan aku. Karena aku, kau terlihat jahat. Atur rapat dengan JM Holdings.”
Yi Seo sangat senang dengan ucapan dan rangkulan Sae Ro Yi itu.
--
Esok hari,
Sae Ro Yi dan Yi Seo menuju ke kantor JM Holdings.
Flashback
Sebelum-nya, Sae Ro Yi pergi menemui dir. Kang untuk meminta saran. Dir. Kang menyuruhnya untuk terlebih dahulu, menentunkan nilai DanBam kalau Sae Ro Yi tidak ingin tergoda oleh pihak lain.
End

Dan karena itu, saat menemui tn. Do, Sae Ro Yi langsung bertanya alasannya memilih DanBam.
“Alasan? Aku penasaran dan mencari tahu soal kedaimu. Kau punya sejarah panjang dengan Jangga. Ayahku dahulu terlibat di bidang politik. Kami sempat beberapa kali makan bersama, sehingga aku tahu sedikit soal Presdir Jang. Tentu saja karena kejadian baru-baru ini aku menjadi tahu cerita kalian berdua. Aku dengar lokasi pertamamu bahkan direbut oleh mereka. Merek kecil tapi kuat dianggap sebagai musuh oleh kedai nomor satu di negara ini. Bos yang berjuang dari titik awal hingga saat ini. Lalu manajer yang pintar dan bisa membaca situasi. Bukankah cukup untuk berinvestasi? Apa kau tak mengerti?”
“Tidak. Terima kasih atas pandangan baikmu pada kami. Aku penasaran lagi. Seberapa besar kau memandang nilai kedai kami?” tanya Sae Ro Yi.
“Maksudmu total investasi? Agar kau tak kecewa...”
“Lima miliar,” potong Sae Ro Yi, memberi tahu nilai DanBam. Angka yang sangat besar. “Aku tak akan kecewa bila totalnya lima miliar won.”
Yi Seo sampai terkejut mendengar angka itu dan menarik ujung baju Sae Ro Yi, tanda agar tidak seperti itu.

“Kami percaya DanBam bernilai sebesar itu,” ujar Sae Ro Yi, tidak gentar dan ragu.
--


Tidak butuh waktu lama, berita DanBam yang mendapat investasi sebesar 5M langsung menjadi viral. Dir. Kang yang melihat berita itu, juga tampak senang dan bergumam kalau Sae Ro Yi benar-benar hebat.
--
Telepon DanBam juga menjadi sibuk, menerima banyak telepon yang juga menawarkan diri untuk berinvestasi.
--
Yi Seo dan Sae Ro Yi pergi menemui Ho Jin untuk berdiskusi. Ho Jin memberitahu kalau JM Holdings kini telah menjadi investor utama DanBam. Perusahaan investasi terkenal beri lima miliar untuk investasi awal. Karena itu, perusahaan lain percaya pada merekmu dan ikut berinvestasi.
Dan karena itu, total semua investasi yang di dapatkan DanBam jika di totalkan : lebih dari 10 M.

Yi Seo sangat senang karena semuanya berjalan lancar.
--

Berita mengenai JM Holdings yang berinvestasi 5M pada DanBam, menarik perhatian Presdir Jang. Sek. Kim menambahkan kalau ada investor lainnya juga, jadi total investasi yang DanBam terima lebih dari 10M. DanBam sekarang membuat kantor dan mendirikan merk. Dua puluh orang daftar untuk membuka cabang dan lebih dari 50 orang menunggu.
Tentu saja, itu bukan berita bagus untuk Presdir Jang.
--
Sae Ro Yi yang dalam suasana hati baik melakukan hobi-nya : Lari.


Tidak hanya itu, DanBam juga mempunyai kantor di sebuah gedung sekarang. Semua staff sibuk menata kantor itu dengan baik. Yi Seo juga menjelaskan pada semuanya dalam rapat mengenai tren makanan yang harus mereka perhatikan.

Hyun Yi sendiri memperkenalkan menu-menu DanBam kepada para pengusaha yang tertarik untuk membeli merk DanBam.
Untuk merayakan berdirinya IC, staff DanBam melakukan pesta.
Semuanya tampak berjalan mulus.
--

Nenek rentenir menangkap basah pria yang waktu itu dia tagih hutangnya, sedang membeli soju. Nenek langsung memarahinya karena bilang tidak bisa beli makanan tapi bisa belu soju. Nenek merebut belanjaan pria itu dan ternyata isinya arang. Nenek jelas terkejut dan memarahinya yang mau bunuh diri dan tidak mau bayar hutang. Nenek memukulinya.

Pria itu menangis. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Dia bahkan tidak bisa memberi makan anaknya!
“Apa kau mati dapat membawa makanan? Kau harusnya mencari kerja. Bagaimana kau bisa menjadi ayah? Kau hanya mau selamat sendiri, dasar tak punya otak! Kau jahat dan bodoh!” marah nenek dan terus memukuli pria itu.

Pria itu tidak tahan dan mengibaskan tangannya. Dan hal itu, membuatnya tanpa sengaja membuat nenek jatuh dan berguling (kebetulan jalannya menurun). Pria itu jelas terkejut.

Para staff DanBam dalam perjalanan pulang dengan perasaan sukacita karena masih antara percaya tidak percaya dengan uang investasi yang mereka dapatkan. Saat itulah, mereka melihat pria itu sedang menangis dengan nenek pingsan di hadapannya.
--


Nenek di bawa ke IGD. Setelah di obati, dokter memberitahu kalau kondisi nenek akan sembuh setelah beristirahat. Pria itu benar-benar merasa bersalah dan terus meminta maaf. Tony yang melihat nenek terus memukuli pria itu, menyuruhnya untuk berhenti.
“Aku ayah tak berguna. Kukira dia akan lebih baik tanpaku,” tangis pria itu.
“Benar-benar tak becus. Kau bisa berkeinginan mati, tapi tak bisa berkeinginan hidup?” omel nenek.
“Jangan bicara segampang itu, Nek. Apa kau tahu perasaanku melihat anak kelaparan? Kau bahkan tak punya keluarga.”
“Paman. Lebih baik punya ayah dibandingkan punya nasi. Putramu akan sedih. Bila kau pergi, dia terus memikirkan serta merindukanmu,” ujar Tony.
Nenek tampak sedih mendengar ucapan Tony. Pria itu juga jadi merasa sedih dan menangis terisak-isak. Nenek tidak tega melihatnya. Dia memberikan sedikit uang pada pria itu dan menyuruh pria itu untuk menjual arang itu padanya. Dia menyuruh pria itu segera pulang karena anaknya pasti menunggu.  
Tony mengantarkan pria itu sampai ke lobby rumah sakit.

1 Comments

Previous Post Next Post