Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 13-2


Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 13-2
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI
4 tahun kemudian, tahun 2020


Waktu sudah berlalu selama 4 tahun dan kini DanBam serta IC telah berkembang menjadi perusahaan besar. Penampilan Yi Seo juga menjadi semakin menawan dengan rambut panjang bewarna hitam. Sae Ro Yi kini juga sudah mempunyai mobil. Hanya saja penampilannya masih sama saja seperti dulu. Tidak terlalu berubah.
Ah, sekarang Sae Ro Yi bukan ‘boss’ lagi, melainkan ‘presdir.’
--
Rapat IC,
Mereka rapat karna beberapa eksekutif ingin menggunakan uang 3M untuk mendapatkan partner baru. Alasannya, karena Masa Distribution sedang mengalami kesulitan dan mereka bukanlah perusahaan filantropi. Daripada membantu yang sekarat, lebih efisien menjalin guanxi dengan perusahaan baru.
“Apa pendapatmu, Direktur Choi?” tanya Sae Ro Yi pada Seung Kwon.
Wkwkw. Seung Kwon dengan rambut barunya. Berusaha bicara dengan bijak walau sedikit terbata-bata. Dia mengerti rencana tersebut, akan tetap Masa Distribution adalah perusahaan yang membantu ekspansi mereka ke Tiongkok. Dan juga mereka seperti ini, bukankah itu sama saja seperti pengkhianatan?
“Bagaimana kau bisa begitu? Kita tidak bisa berbisnis dengan perasaan, Pak,” balas eksekutif tersebut.
“Kalau begitu, menggunakan tiga miliar untuk menjalin guanxi baru adalah cara berbisnis yang benar?” balas direktur Ma Hyun Yi.
“Mungkin kalian tidak tahu ini. Di Tiongkok, bisnis selalu tentang menjalin guanxi. Apa kalian tahu efek dari tiga miliar tersebut? Membaca dokumen di kantor dan melihat hal itu secara langsung hasilnya berbeda.”
“Melihat langsung? Kalian terus menyebut masalah guanxi. Apa kalian tahu apa arti dari kata itu?” Yi Seo mulai angkat bicara. “Artinya "hubungan". Aku dengar putra sulung presdir Masa Distribution baru saja menikah. Apa kalian tahu dia menikah dengan siapa? Putri kedua presdir Tancent. Perusahaan platform daring raksasa. Dari mata kalian, sepertinya kalian tidak tahu akan hal ini. Bagaimana kalian yang selalu melihat secara langsung tak tahu? Bukankah rumor mudah tersebar di tempat ini? Kalau begitu, perusahaan mana yang menguntungkan kita dalam jangka panjang?”
Sae Ro Yi tampak senang dengan apa yang Yi Seo katakan.
“Kalau begitu, mari kita putuskan sekarang. Apa ideologi dari perusahaan kita?” tanya Sae Ro Yi.
“Manusia. Kepercayaan dari mereka,” jawab Seung Kwon.
“Dalam masalah ini, ideologi kita akan menguntungkan kita. Dukung Masa Distribution seperti rencana awal.
Para eksekutif lainnya akhirnya setuju dan tidak protes lagi.
--
Selesai rapat, Seung Kwon, Hyun Yi dan Yi Seo masuk ke dalam ruang kantor Sae Ro Yi. Seung Kwon merasa sangat berat dan tidak cocok seperti ini. Apa Sae Ro Yi tidak bisa mengirimnya kembali ke kedai saja? Sae Ro Yi memuji Seung Kwon yang sudah bekerja dengan baik.
Yi Seo menegur Seung Kwon yang memanggil Sae Ro Yi dengan sebutan : “Hyung-nim.” (dari awal kenal sama Sae Ro Yi, Seung Kwon sudah manggilnya ‘hyung-nim’). Karena mereka sedang di kantor, maka Seung Kwon harus manggil Sae Ro Yi dengan sebutan : “Presdir.”
Eh, baru juga negur Seung Kwon begitu, Yi Seo malah manggil Hyun Yi dengan sebutan : “Eonni.” Seung Kwon jelas protes karena ini kan lagi di kantor. Tapi, tentu saja protesnya sia-sia saja untuk Yi Seo dan Hyun Yi.
Yi Seo memberikan jadwal Sae Ro Yi. Sangat padat. Setengah jam lagi, akan ada rapat dengan direktur Maparam. Kemudian, di lanjutkan dengan makan malam bersama Presdir Hotel Gojoseon dalam 2 jam. Dan ada juga seminar waralaba dengan pemilik cabang. Jadwal besok pun sama padatnya.
Seung Kwon protes dengan jadwal yang Yi Seo buat. Sae Ro Yi pasti lelah. Tapi, Sae Ro Yi bilang kalau dia tidak lelah. Seung Kwon masih protes karena mereka kan sudah di posisi ini.
“Posisi ini? Nomor dua untuk merek paling disukai. Nomor sembilan untuk pendapatan tahunan dan nomor 16 untuk kapitalisasi pasar. Itu posisi kita di bisnis makanan. Jangga nomor satu untuk segalanya. Aku ingin menjadi nomor satu. Yi-seo membuat rencana untuk bisa mewujudkan itu,” ujar Sae Ro Yi.
“Ini yang membuatku suka padanya,” balas Yi Seo.
“Jangan begitu,” balas Sae Ro Yi.
“Kau ini sangat teguh. Aku pikir kita berkumpul dan pergi minum,” gerutu Seung Kwon.
“Kita sudah berkumpul dua hari lalu,” balas Hyun Yi.
Ternyata, Seung Kwon mengira mereka akan berkumpul karena Geun Soo sudah kembali dari Amerika. Semua kaget, karena mereka saja tidak tahu Geun Soo pergi. Seung Kwon memberitahu kalau Geun Soo pergi ke cabang Jangga di Amerika. Dan dia memang masih kontakan dengan Geun Soo, apalagi Geun Soo adalah anak yang ramah.
Hanya Seung Kwon yang masih berhubungan dengan Geun Soo, yang lain tidak.
--

Yang menjemput Geun Soo di bandara adalah Soo Ah. Mereka tampaknya menjadi cukup akrab. Di dalam mobil, Geun Soo menggunakan earphone wireless dan mendengarkan rekaman suara. Sekilas, terlihat seperti dia sedang mendengarkan lagu. Tapi, dia sebenarnya, mendengarkan rekaman pembicaraannya dengan Seung Kwon.
Aduhhh, Seung Kwon ada memberitahu kalau belakangan ini Sae Ro Yi serig pergi ke Pajin. Dan sepertinya menemui dir. Kang.
--


Dir. Kang sudah beradaptasi di Pajin. Dia bahkan dekat dengan det. Oh dan Hye Won. Mereka bahkan pergi ke café bertiga. Dan Hye Won tentu senang melihat ayahnya yang akrab dengan dir. Kang.
--

Perusahaan Jangga,
Saat rapat dengan para eksekutif, Geun Soo memberitahu rencana nya untuk membeli semua bangunan di sebuah jalan yang sepi.
“Ini adalah Jalan Pasar Jangmun. Sepuluh tahun lalu, ada rencana pembangunan, tapi dibatalkan. Saat ini, ada banyak tempat kosong meski sewanya murah. Kenapa begitu? Kebanyakan pemilik gedung bahkan bersedia menjual gedung mereka. Dimulai dari sini sampai ke sini. Dengan mengecualikan beberapa gedung, kita bisa membeli area ini dengan 40 miliar won.”
“Membeli jalan mati dengan harga 40 miliar won. Tidakkah itu terlalu mahal?” protes seorang eksekutif.
“Sepanjang jalan ini akan kita penuhi dengan merek Jangga dan perusahaan rekanan. Semua bangunan berantakan yang ada di jalanan ini kita hancurkan. Kita buat lukisan dinding dan jadikan itu jalan populer seperti Jalan Gyeongridan-gil dan Jalan Songridan-gil. Karena kita Jangga, kita bisa menyebutnya Jalan Jangridan. Menarik, 'kan?”
“Dengan investasi sebanyak itu, apa yang kita dapat? Jalan macam itu cenderung meredup dengan cepat.”
“Benar. Tapi saat jalan semacam itu berada di puncak kejayaan, nilai uang sewanya bisa naik empat kali lipat. Investasi 40 miliar bisa menjadi 120 miliar. Nilai merek kita pun akan naik dengan sendirinya.”
“Bila nantinya nilai jalan itu turun, apa yang akan kau lakukan?”
“Kita naikkan nilai merek kita dan menjual bangunan itu saat berada di puncak.”
“Bukankah itu membuat jelek citra merek kita?”
“Tidak. Tim Pemasaran harus bergerak saat itu. "Area yang nilainya tinggi saat Jangga ada di situ kembali turun ketika Jangga tidak ada." Orang-orang akan mulai berpikir bahwa Jangga... memang sangat hebat.”
Presdir menyukai ide dari Geun Soo dan setuju untuk melakukan proyek tersebut.

Rapat sudah selesai. Geun Soo menemui ayahnya dan mengingatkan kalau untuk membuat proyek ini, hubungan mereka dengan Kepala Wilayah harus baik. Jadi, Presdir harus menemuinya saat peletakan batu pertama bulan depan. Presdir setuju saja. Dia mengajak Geun Soo membicarakan itu lebih dalam saat makan malam.
Dengan halus, Geun Soo menolak. Dia harus bertemu penjual di Pasar Jangmun dengan direktur Oh hari ini. Presdir mengerti dan tidak memaksa.
Akan tetapi, Presdir Jang mengingatkan Geun Soo untuk waspada pada Park Sae Ro Yi dan IC. Perusahaan itu terus bertumbuh besar dan bisa menghancurkan mereka kapan saja.
Geun Soo menanggapi dengan santai. Dia menyuruh ayahnya untuk beristirahat saja karena tampak tak sehat.
Memang, Presdir Jang tampak pucat. Dan dia terus menerus batuk kecil. Bahkan cara berjalannya sudah tidak setegap dulu lagi.
--
Ho Jin dan dir. Kang bertemu. Dir. Kang memberitahu kalau Jangga ingin menghidupkan kembali sebuah jalan. Mereka mencoba promosikan rencana gentrifikasi. Ho Jin merasa kalau Geun Soo bekerja dengan sangat baik. Dir. Kang membenarkan, Geun Soo sangat berbeda dengan Geun Won.
“Apa kau baik-baik saja dengan terus berada di Pajin?” tanya Ho Jin.
“Aku sudah tak bisa apa-apa. Untuk apa aku bergerak? Apa yang dilakukan Saeroyi belakangan ini?”
--


Di gedung IC,
Yi Seo berada di kantor Sae Ro Yi dan menggunakan komputernya untuk melihat-lihat kalung. Sae Ro Yi yang melihat apa yang di lakukannya, tentu menegurnya dan menyuruhnya untuk shopping menggunakan komputer sendiri.

Yi Seo dengan cueknya malah menunjukkan sebuah kalung. Dia merasa kalung itu cantik dan seperti tertawa. Karna itu, dia minta Sae Ro Yi untuk membelikannya kalung itu besok. Hahahaha. Yi Seo sangat gencar mendekati Sae Ro Yi.
Sae Ro Yi tentu jadi tidak nyaman.
“Sudah kukatakan, 'kan? Menyukaimu adalah perasaanku dan hakku,” ujar Yi Seo, sebelum Sae Ro Yi mengatakan sesuatu.
“Itu pernyataan dari sisimu. Bagaimana denganku?”
“Benar juga. Karena kau masih tak punya perasaan padaku, tentu sulit bagimu dengan hal ini. Namun, apa yang harus kulakukan? Aku menyukaimu sampai aku gila rasanya.”
“Hei.”
“Tunggu. Sudah kukatakan juga. Kau bisa pecat aku. Bila tak suka, kau pecat saja aku. Tapi aku bekerja dengan sangat baik. Bila memecatku, kau akan bermasalah. Bagaimana ini? Kenapa kau begitu bingung? Ini bukan sesuatu yang tidak ada solusinya. Kau bisa saja menerima perasaanku.”
Sae Ro Yi sampai speechless.

Dan pembicaraan mereka terhenti sampai di sana karena kedatangan Hyun Yi yang hendak meminta tanda tangan. Jadinya, Yi Seo pamit keluar. Tapi, tidak lupa, dia mengucapkan : “Aku mencintaimu.”

Sae Ro Yi jadi sakit kepala melihat tingkahnya. Hyun Yi mah cuma senyum saja dan meminta tanda tangan Sae Ro Yi di dokumen. Dia memuji pena yang Sae Ro Yi gunakan. Sae Ro Yi tanpa sadar memberitahu kalau itu adalah hadiah ulang tahun dari Yi Seo padanya tahun lalu.
“Kalau kau? Tahun lalu. Kau belikan apa untuk ulang tahun Yi Seo?” tanya Hyun Yi.
Sae Ro Yi langsung terdiam. Dia tidak membelikan apapun. Dan dia baru sadar sekarang.
--


Ho Jin dalam perjalanan pulang. Takdir. Saat menyeberang jalan, dia malah melihat Geun Won. Jang Geun Won telah bebas dari penjara. Ho Jin begitu terkejut hingga memalingkan muka. Dia masih merasa takut pada Geun Won.
Tapi, karena rasa penasaran, dia memanggil nama Geun Won. Geun Won mendengarnya dan berbalik. Akan tetapi, Geun Won sama sekali tidak mengenalinya.
“Siapa kau?” tanya Geun Won.
Selalu begitu. Pelaku bully akan lupa pada korban-nya. Akan tetapi, korban akan selalu ingat pada pelaku seumur hidupnya. Kenyataan yang pahit.
--


Presdir makan sendirian di rumahnya dengan di dampingi sekretaris Kim. Kondisi Presdir tampaknya benar-benar buruk hingga untuk makan bubur saja, dia kesulitan. Presdir juga memberitahu kalau belakangan ini dia tidak berselera makan.
Di saat itu, Geun Soo datang menemuinya. Dia memberitahu kalau besok ada acara makan dengan Kepala Wilayah, dan dia ingin tahu apakah Presdir bisa ikut atau tidak? Sekretaris Kim saja tahu kondisi Presdir dan mengatakan pada Geun Soo kalau sekarang ini, melihat kondisi Presdir, tampaknya tidak memungkinkan.

Bukannya merasa khawatir pada kondisi ayahnya, Geun Soo malah tetap membahas Kepala Wilayah. Dia berujar kalau Kepala Wilayah sedikit sulit di hadapi. Selain itu, ayah kan adalah figur perusahaan Jangga. Jadi, semua lebih mudah jika Presdir yang bertemu Kepala Wilayah.
Dan karena ucapan Geun Soo, Presdir setuju untuk pergi.
Tapi, baru saja mengatakan begitu, ketika berdiri dari duduknya, Presdir merasa sangat pusing dan jatuh pingsan. Semua jelas panik.
--
Rumah sakit Universitas Hankuk,
Presdir akhirnya di bawa ke rumah sakit. Dokter memberitahu kondisi Presdir pada Geun Soo dan Sekr. Kim. Presdir Jang sakit kanker pankreas. Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah benih dan pembuluh darah. Keadaan hati dan paru-parunya juga sudah terlihat sangat buruk. Presdir Jang juga sudah berumur. Kemoterapi dan terapi radiasi adalah hal terbaik saat ini.
Geun Soo yang mendengar penjelasan dokter, langsung menanyakan kemungkinan berapa lama ayahnya bisa hidup?
“Sekitar enam bulan lagi.”
--

Geun Won datang ke rumah sakit menemui Presdir. Presdir memarahi Geun Won yang tidak menghubunginya saat sudah keluar dari rumah sakit. Geun Won jujur kalau dia merasa bimbang. Ayah yang tidak pernah mengunjungi anaknya di penjara, apakah anak yang di buang ini boleh menelponnya?
“Begitu rupanya. Kau pasti sangat membenci ayah. Kau ingin ayah minta maaf atau apa?”
“Sudah empat tahun berlalu. Itu ucapan ayah pada putranya setelah empat tahun tak jumpa?”


Saat itu, Geun Soo datang. Melihat Geun Soo, Geun Won langsung memasang muka jengkel dan marah. Geun Won juga marah karena saat dia berada di sisi ayah, setiap tahunnya, dia selalu memastikan presdir melakukan pemeriksaan kesehatan. Geun Soo membalas dengan dingin kalau itu bukan pekerjaan presdir.
Geun Soo kemudian memberitahu Presdir kalau dia sudah berhasil mencegah media memberitakan berita kesehatan Presdir. Dan dokter juga sudah bilang, pengobatan yang ada tidak akan berpengaruh. Dan karena itu, dia membahas kalau suksesi penerus di lakukan dengan alasan kesehatan memburuk, maka itu akan berpengaruh buruk pada saham. Jadi, ketika Presdir sekarang cukup sehat, Presdir harus memilih presdir berikutnya.
Geun Won marah mendengar ucapan Geun Soo dan menarik kerah bajunya. Geun Soo tidak takut dan berujar kalau Geun Won tidak berubah.
Presdir sampai harus berteriak berulang kali agar mereka berhenti! Dia sudah sangat lemah.
Geun Soo memilih pamit pergi. Dan juga, dia akan menemui Kepala Wilayah sendiri.
“Ayah membuatnya menjadi seperti dirimu,” komentar Geun Won.
“Dengan begitu, dia memiliki kemampuan untuk duduk di posisi ini. Ayah sudah bilang. Ayah tak menyesal dengan yang terjadi hari itu. Semua itu adalah demi Jangga.”
“Ayah masih sama. Jangga, semua tentang Jangga. Untuk apa Ayah seperti ini? Beristirahatlah. Sebenarnya, aku tahu benar alasan hidupku seperti ini. Aku akan melindungi Jangga yang begitu berharga bagi Ayah.”
--


Soo Ah menunggu Sae Ro Yi di depan IC. Tampaknya, Sae Ro Yi tidak tahu kalau Soo Ah datang karna dia bertanya alasan Soo Ah datang. Soo Ah menjawab dengan riang kalau dia lewat dan hendak mampir.
--
Ho Jin merasa cemas dengan Geun Won yang sudah keluar dari penjara. Karna itu, dia menelpon Sae Ro Yi.

Sae Ro Yi sedang bersama Soo Ah akan nongkrong di café. Makanya, saat mendapat telepon dari Ho Jin, dia dengan terpaksa membatalkan janji dengan Soo Ah. Soo Ah tampaknya kecewa, tapi dia bilang tidak apa-apa.
Tampaknya, Soo Ah tahu kalau Sae Ro Yi mulai berubah.
Ah, dan dia malah bertemu dengan Yi Seo. Jadinya, mereka berdua berbincang di café.

Saat di café, Soo Ah sengaja memberitahu Yi Seo kalau dia baru saja berkencan dengan Sae Ro Yi. Dengan santai Yi Seo memberitahu kalau dia sudah melihatnya. Dia juga melhat Soo Ah di tinggalkan Sae Ro Yi. Jadi, kapan Soo Ah akan melepaskan Sae Ro Yi?
“Melepaskan Saeroyi,” ulang Soo Ah, kalimat Yi Seo, sambil tertawa kecil. “Kau harus katakan itu kepadanya. Aku katakan aku benci pria miskin. Karena itu dia ingin jadi pria kaya. Dia berkata akan hancurkan Jangga dan membuatku menjadi pengangguran. Itu semua agar aku tidak kesulitan lagi.”
“Ada apa denganmu? Kau selalu katakan Saeroyi menyukaimu dengan percaya diri. Tapi ini kali pertama aku melihatmu khawatir. Ternyata kau takut... Bos mungkin suka padaku.”
Senyum di wajah Soo Ah menghilang.
“Kau ini benar-benar... menjijikkan,” lanjut Yi Seo. “"Jadi kaya baru datang kepadaku." "Aku lelah, jadi, hancurkanlah Jangga." Semua hanya tentang dirimu. Kau tidak melakukan apa pun untuk hal itu dan hanya berharap darinya, 'kan?”
“Tahu... Tahu apa kau?”
“Setidaknya... aku tahu satu hal. Siapa yang lebih mencintai Bos. Setelah mendengar ceritanya, kau tahu apa yang kupikirkan? "Kaya? Akan aku buat kau menjadi kaya." "Jangga membuatmu kesulitan? Akan aku hancurkan untukmu." Kau... Bila kau... memang punya sedikit perasaan untuk Bos, lebih baik kau... terus... diam saja... seperti ini.”

Soo Ah terdiam mendengar kalimat terakhir Yi Seo. Sepertinya, kalimat itu benar-benar menyerangnya. Yi Seo juga langsung pergi begitu saja.
--
Sae Ro Yi menemui Ho Jin dan bertanya ada masalah apa?
“Masalah ayahmu serta dendammu pada Jangga. Kau tak lupa itu, 'kan?” bahas Ho Jin. “Aku bertemu Jang Geun-won. Aku tak tahu kalau dia sudah keluar. Aku lengah.”
“Lalu? Apa terjadi sesuatu?”
“Dia tidak ingat sama sekali padaku. Padahal aku setiap hari ingat padanya. Kau tahu apa yang lucu? Aku berbeda dengan yang dahulu dan Geun-won kehilangan semuanya. Namun, aku tetap takut,” beritahu Ho Jin. “Aku berdiskusi dengan Direktur Kang. Kita akan mulai lagi. Jang Geun-soo pasti diumumkan menjadi pewaris.”
“Pewaris?”
“Presdir Jang... telah divonis penyakit mematikan. Dia terkena kanker pankreas stadium akhir. Sepertinya itu adalah hukumannya.”
Sae Ro Yi tentu terkejut mendengar hal tersebut.
--
Presdir Jang sudah kembali ke rumahnya. Dia berada sendirian di ruang kerjanya yang besar. Dia juga tidak menyalakan lampu.
Dia teringat kenangan masa lalunya.
Flashback
Saat masih muda, Presdir Jang hidup susah. Untuk bertahan hidup dengan adik perempuan-nya yang masih kecil, Presdir Jang berjualan menggunakan gerobak. Namanya adalah : Gukbab Jangga.

Jang Da Hee berusaha membujuk adinya, Sang Sun agar mau makan. Adiknya menolak makan. Dia lapar tapi tidak mau makan. Da Hee terus membujuknya untuk makan. Bukankah Sang Sun mau jadi dokter saat besar nanti? Makan ini dan jadilah sehat.
Sang Sun akhirnya mulai mau makan. Sambil makan, Sang Sun menanyakan impian Da Hee kelak saat dewasa. Saat itu, Da Hee tersenyum dan menjawab kalau dia akan menjadi pemilik gedung sepuluh lantai. Sang Sun tertarik dan memuji gedung itu yang pasti sangat tinggi.
Sahabat Da Hee, Kang Bo Hyeon (ayah dari dir. Kang) yang mendengar ucapan Da Hee, mengejek karena tidak ada gedung dengan sepuluh lantai. Da Hee membalas kalau dia yang akan membangunnya nanti.
End

“Kang Bo-hyeon. Lihatlah sekarang, Temanku. Dengan meminta-minta, menundukkan kepalaku, mengkhianati orang lain, aku membuang yang tak perlu, merebut, dan menghancurkan orang lain. Aku lakukan itu semua dalam hidupku dan mendirikan Perusahaan Jangga ini. Aku berhasil mendirikannya. Aku berhasil,” ujar Presdir Jang, seorang diri. Lebih seperti menyakinkan dirinya kalau apa yang sudah di lakukannya selama ini adalah benar.
Tapi, rasa sakit kanker itu, membuat Presdir semakin lemah.
Di saat itu, dia mendapat telepon dari nomor tidak di kenal. Sae Ro Yi.
“Ini aku, Pak. Park Saeroyi. Apa kabar?”
“Ada apa?”
“Aku sudah dengar. Kau terkena kanker. Apa kau akan meninggal? Aku pikir... kau tak boleh pergi semudah ini. Hukuman Yang Mahakuasa? Kata siapa bisa kau dapat? Kau harus dihukum olehku. Jangan meninggal dahulu,” tegas Sae Ro Yi.
Satu-satunya yang ingin aku hidup adalah anak ini.
“Menarik. Baiklah. Kau akan menjadi kesenangan terakhirku,” ujar Presdir.
“Mari segera bertemu.”
“Aku tak bisa menunggu lama. Cepatlah datang,” balas Presdir, dan bangkit dari kursinya. Gairah semangat hidup itu, kembali datang pada Presdir. Dan itu semua karena Sae Ro Yi.





Post a Comment

Previous Post Next Post